TIGAPULUH DELAPAN

10.3K 1K 16
                                    

*Zaviyar Pov*

Tanggal 9 November. Aku meletakkan kalender meja yang telah kupenuhi dengan tanda silang, setiap hari. Kupejamkan mata sejenak. Berharap bayangan Fara yang kurindukan, muncul di sampingku.

Fara, aku sekarang sudah bisa berjalan. Kemarin untuk pertama kalinya aku tidak memakai kruk untuk menyangga tubuhku.

Dokter Fauzi, dokter dari divisi Rehabilitasi Medik dan Mas Aris terapisku, memuji kesungguhanku untuk bisa pulih lebih cepat. Hanya satu tujuanku, aku ingin membawa Fara kembali ke pelukanku.

Namira mengirimkan foto saat dirinya sedang menemani Fara makan siang. Mereka berdua duduk di kantin perusahaan berlambang AD.

Arsen Devanoputra, aku akan menjemput istriku kembali.

"Bagaimana kabar Fara? Apa Arsen memperlakukannya dengan baik?"

Namira membalas pesan singkatku.

"Arsen memperlakukan Fara seperti adiknya sendiri. Mama dan Papa Arsen akan datang dari Amerika hari ini. Mereka akan menjemput di bandara."

Faraku sayang. Aku tidak mau dia lebih lama lagi, terjebak dalam kearoganan Arsen.

"Nami, bisakah aku minta bantuanmu lagi? Hari ini jam 4 sore."

Namira membalas pesanku dengan emoticon senyum.

"Siap, Mr Zaviyar."

Suara telepon dari sekertarisku, berdering.

"Selamat siang Pak, mohon ijin, Pak Wisman sudah menunggu di depan."

Aldo, sekertarisku yang baru, mengabarkan kalau pengacaraku sudah datang.

Tentang Rani... Dia sudah lama aku pindahkan ke bagian lain, sejak tahu dialah yang sering diperalat Kayla untuk mencari informasi tentang diriku.

"Oke Al, persilahkan Pak Wisman masuk."

Aku merapikan jas yang kukenakan. Sambil memandang langit yang biru cerah dari jendela di ruanganku, aku mendengarkan pemaparan Pak Wisman.

Apa yang beliau sampaikan, bisa membuatku sedikit tersenyum. Aku menyiapkan kejutan yang manis untuk Arsen. Ia mungkin mengira aku akan jatuh dengan mudah di tangannya.

Bahkan jika ia tidak mengembalikan aset yang semula diambilnya, hanya dengan menjual satu pulauku saja, aku bisa membeli seluruh saham perusahaannya di New York dan Eropa.

Fara, istriku yang masih polos dan hatinya terlalu baik. Dia mengorbankan diri karena diperdaya oleh Arsen. Aku tidak hanya akan membuat perusahaan Arsen kolaps, aku akan membuatnya menyesal, berurusan denganku.

Aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku. Arsen, dia telah membuatku harus bershabar selama dua bulan untuk berpisah dengan Fara.

Suara pintu diketuk. Seorang office boy masuk dan membawakan dua cangkir kopi latte untuk kami.

"Terimakasih Soni."

Aku melihat nametag bernama Soni,  di seragam karyawanku. Soni pergi dan menutup pintu dengan sopan. Masih kuingat selalu kata-kata Fara.

"Meskipun mereka mungkin hanya seorang petugas bersih-bersih di kantor, atau seorang satpam.

Mas jangan pernah lupa untuk mengucapkan kata 'tolong, maaf dan terimakasih.' Apalagi kalau Mas memanggil nama mereka. Pasti mereka akan senang sekali."

Waktu itu kami sedang menunggu petugas Valet mengambilkan mobil di depan lobi Mall saat belanja bulanan. Fara mengucapkan terimakasih saat petugas Valet memberikan kunci mobil padaku.

LOVE NEEDS NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang