SEBELAS

10.7K 1.3K 28
                                    

Terdengar suara canda dan tawa dari dalam kamar. Zaviyar sudah lama tidak mendengar Papa tertawa bahagia sejak Mama meninggal lima tahun lalu.

Perlahan ia membuka pintu kamar perawatan Papa.

"Jadi Ayahmu dan Om termasuk anak-anak yang paling bandel waktu SD dulu.

Ada kejadian ketika itu, tiba-tiba kepala sekolah masuk ruang kelas 4, dan membuat kuis matematika hanya 2 soal. Kami sama-sama tidak belajar.

Kami saling mencontek karena duduk sebangku. Coba tebak, berapa nilai yang kami dapatkan?"

Fara pura-pura menebak.

"Seratus? Atau lima puluh?"

"Salah. Kami sama-sama dapat nol."

Bola mata Fara kontan membulat tidak percaya.

"Dan wali kelas kami akhirnya memanggil orangtua Om dan Ayah kamu. Karena malu, akhirnya sejak saat itu kami berdua rajin belajar."

Fara tertawa lebar.

"Keren juga ya kepala sekolahnya Om. Pantas, Ayah ingin mengikuti jejak menjadi kepala sekolah SD. Oya Om, Insya Allah besok Fara ajak Ayah kesini ya. Pasti Ayah bakal senang banget ketemu sama Om."

Sebuah deheman dengan nada suara berat, terdengar. Begitu melihat sosok lelaki yang masuk, Fara mendadak terdiam.

"Om, saya pamit dulu ya. Masih ada kerjaan lagi habis ini."

"Lho kok buru-buru Far." Pak Zul keheranan tapi lelaki tua itu dapat merasakan aroma permusuhan antara Fara dan putranya.

Fara cepat pamit dan meraih takzim punggung tangan Pak Zul.

"Zav, tolong antar Fara pulang. Kasihan dia sendirian. Salam buat Ayah kamu ya Far. Besok Om tunggu disini."

Zaviyar masih berwajah datar seperti biasa.

"Ayo saya antar."

Lelaki itu hanya berkamuflase di depan Papanya. Fara tahu itu. Dia memiliki banyak jurus untuk menolak dengan halus.

"Urusan kita belum selesai."

Sejurus kemudian Zaviyar menghampiri Fara dan berbisik penuh intimidasi.

Lelaki itu mencium kening Papanya dan pamit pergi tentu saja dengan alasan hendak mengantar Fara.

Begitu mereka berdua berada di luar kamar, mulailah keluar tabiat asli lelaki itu.

"Kamu jangan coba-coba mendekati Papa saya dengan cara kotor seperti itu."

Lelaki itu memaksa Fara mengikuti langkahnya menuju taman di rooftop rumahsakit.

"Bisa nggak sih, Bapak membersihkan otak Bapak yang bermasalah itu? Nggak semua orang bersikap seolah-olah hanya mencari keuntungan dari orang lain."

Baru kali ini ada seseorang yang berani menantangnya.

"Ooh, jadi kamu bisa membuktikan kalau dugaan saya salah? Saya sudah bilang, jangan pernah muncul dalam hidup saya lagi."

Fara tertawa pahit.

"Mungkin kita jodoh kali ya Pak. Saya sudah berusaha menghindari Bapak, tapi tetap ketemu juga.

Saya nggak keberatan kok Pak, jadi istri orang kaya seperti Bapak. Kalau suatu saat Bapak berubah pikiran, saya mau menerima Bapak dengan senang hati."

Fara sengaja membuat Zaviyar kesal. Bos properti terkenal seperti lelaki ini, ternyata adalah tipe pria yang payah jika menyangkut human relationship terutama dengan wanita.

Bahkan Zaviyar sedikitpun tidak menghargai keberadaannya.

"Kamu tuh.... "

"Apa? Ada lagi yang mau dibicarakan? Kalau nggak ada, saya mau pulang. Bicara sama Bapak cuma menguras energi saya hari ini."

Fara membalikkan badan saat Zaviyar kembali memanggilnya.

"Undangan... Mana Undangan untuk saya, yang dititipkan oleh dokter Faris?

Siang ini saya bertemu beliau dan mengatakan telah menitipkan undangan pernikahan anaknya ke kamu."

Fara menepuk jidat. Undangannya lagi-lagi masih tertinggal di dalam tas yang disimpannya di loker rumah sakit.

"Besok siang saya mau kamu mengantar sendiri undangannya di ruangan saya jam 1 siang, tepat. Silahkan kamu pergi."

"Baik Pak, besok saya titip undangannya via ojek online saja."

Fara menjulurkan lidahnya, mengejek kesombongan pria di depannya. Zaviyar memandang gadis itu dengan kekesalan mencapai ubun-ubun.

                          ❤❤❤

LOVE NEEDS NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang