DUAPULUH DELAPAN

10.9K 1.1K 11
                                    

Lelaki dengan kemeja biru yang sedikit kusut itu masih tertidur di sofa. Sesuatu yang bergetar berulang kali di lantai, membuatnya terjaga.

Mimpi. Ia bangun dari mimpi yang sebenarnya tidak ingin ia akhiri. Meski hanya bertemu dalam mimpi, baginya itu sudah cukup membuat hatinya bahagia.

Masih terekam dengan baik di alam bawah sadarnya, pertemuan pertama dengan gadis itu. Seperti orang bingung, gadis itu keluar dari toilet wanita dan hampir menabrak dirinya yang sedang berjalan menuju lift.

"Maaf Pak, saya yang salah."

"Nggak apa-apa mbak."

"mm.. Aula Gedung Garuda, dimana ya Pak?"

Gadis itu menatapnya lekat dan lelaki itu sempat tertegun melihat iris mata coklat dengan bulu mata lentik yang sempurna tanpa perlu memakai bulu mata palsu.

"Mbak ikut wawancara pagi ini kah?"

Gadis itu mengangguk.

"Ayo kita naik lift bareng. Aula Garuda di lantai 5. Saya sendiri ada urusan di lantai 3. Nama mbak siapa?"

"Fajar Ramadan. Panggil saja Fara."

Gadis itu menjawab cepat dan lelaki itu tersenyum menanggapinya.

"Saya, Fawaz."

Lelaki itu meraba debaran di dadanya. Ingatkan ia dan ambisinya mendekati Fiona untuk menjadi bagian dari dinasti Rumahsakit sebesar Medika Raya.

Fokus pada tujuanmu, berulang lelaki itu menanamkan asa pada benaknya. Namun saat gadis itu kemudian diterima dan mereka sering bertemu saat dinas pagi ataupun di morning report, saat itulah ia malah terjebak pada perasaannya sendiri.

"Nam, Fara kenapa kok jarang dinas pagi. Apa dia sengaja nggak mau ketemu saya ya."

Namira yang memang terbiasa berbicara apa adanya, mengatakan sesuatu yang membuatnya goyah.

"Lha, yang buat jadwal jaga kan Fiona. Fiona sengaja taruh Fara jaga weekend atau jaga malam. Supaya nggak sering ketemu sama Dokter Fawaz."

"Oya? Masak Fiona kekanakan seperti itu."

Namira mengangguk.

"Saya yang langsung tanya ke Fiona, Dok. Dia terang-terangan bilang nggak suka kalau Dokter Fawaz sering ngobrol sama Fara. Tapi saya nggak pernah kasihtahu ke Fara.

Oya Dok, Fara sebentar lagi juga mau menikah. Alhamdulillah kalau Fara nikah, Fiona sudah nggak ada alasan lagi untuk cemburu sama dia."

Fawaz menghela napas panjang, mengingat percakapannya dengan Namira. Dan kini Fara telah menikah. Ia benar-benar kehilangan sosok perempuan yang disayanginya.

Layar dari ponsel yang tergeletak di lantai, berulangkali menyala.

"Fiona, miscall sebelas kali.

Kayla, miscall tujuh kali."

Diraihnya malas, benda pipih dengan chasing gold itu.

Mengapa hidup seolah mentertawakannya. Tidak hanya Fiona, bahkan Kayla adik sepupunya yang sejak kecil lengket padanya, juga terikat dengan benang merah tak kasat mata, yang menghubungkan dirinya dengan lelaki bernama Zaviyar.

Ponselnya kembali bergetar. Ia sengaja membuat suaranya senyap. Pukul sebelas malam lewat tigapuluh menit.

Baru kali ini ia menghabiskan lebih dari separuh harinya dengan tidur di rumahsakit dan pulang larut.

"Halo, Abang. Kenapa nggak jemput aku di bandara tadi siang?"

Fawaz akhirnya mengalah menjawab telepon dari Kayla. Adik sepupunya yang manja dan menyita perhatiannya.

Terlebih setelah selesai syuting untuk keperluan iklan produk kecantikan dan album keduanya yang dilakukan di New York dan Chicago, selama berbulan-bulan.

Dan siapa lagi yang membiayai itu semua, kalau bukan dari Zaviyar, yang diakui Kayla sebagai kekasihnya.

"Sorry, Abang ketiduran."

"Jemput aku di East and West."

Begitu mendengar nama klub malam di bilangan ibukota itu, darah lelaki itu langsung mendidih.

"Abang sudah bilang, jangan bawa kebiasaan buruk kamu di US ke tanah air."

Fawaz sudah sering menegur Kayla. Adik sepupunya ini masih kerap menegak minuman beralkohol bila suasana hatinya sedang buruk.

"Aku nggak akan minum malam ini, kalau Abang jadi jemput. Oya Bang, dua minggu lagi aku akan launching album terbaru.

Dan aku akan membuat kejutan manis untuk Zaviyar. Aku akan merebut apa yang semula menjadi hak aku."

Fawaz menarik napas panjang.

"Zaviyar sudah menikah, Kay. Kamu nggak usah ganggu dia lagi. Please, you have to let him go."

Suara di seberang tertawa miris.

"Kalau aku nggak bisa dapatin Zaviyar. Tidak juga dengan wanita lain. Lagipula media belum meliput pernikahan mereka. Mereka baru menikah secara agama."

"Kay, just stop this time. Oke?
Kamu hanya akan menyakiti diri kamu sendiri."

"Terserah Abang mau bilang apa. Kay nggak peduli. I'll wait you here."

Tidak berapa lama terdengar suara telepon diputus.

Fawaz melangkah gontai menuju wastafel. Ia menyeka wajahnya yang berantakan.

Mengapa hidupnya jadi rumit seperti ini. Dengan malas ia keluar dari ruangan Kepala Instalasi Gawat Darurat, menuju ke basement.

Pintu lift terbuka. Ia berjalan menuju Alpard hitamnya dan baru ia hendak membuka pintu. Tiba-tiba matanya menangkap bayangan di seberang.

Sepasang kekasih terlihat berjalan memunggunginya, saling bergandengan tangan. Lelaki di sebelah perempuan itu melepas genggamannya dan membuka pintu mobil.

Fawaz bersembunyi di balik pilar. Pandangan matanya berubah nanar ketika menyadari siapa kedua orang itu yang kemudian membuat hatinya bergejolak.

Fara dan Zaviyar. Kenapa mereka ada disini? Bukankah sudah jelas isi pesan arogan yang dikirimkan oleh suami Fara yang tiba-tiba meminta Fara libur jaga tiga hari hanya karena mereka hendak honeymoon.

Ia pernah beberapa kali memergoki Fara saat jaga malam, tidak fokus. Gadis itu sering terlihat melamun dan menyembunyikan sesuatu.

Ia tidak menyangka secepat itu Fara bisa berubah. Malam ini gadis itu banyak tersenyum sebelum masuk ke dalam mobil.

Samar terlihat dari balik kaca mobil yang buram, Zaviyar mencium Fara. Fawaz berdiri mematung, melihat pemandangan yang entah kenapa membuat hatinya perih.

Sejak kejadian di rooftop rumahsakit, saat Fara menolaknya, ia seharusnya sudah sadar dimana posisinya kini berada.

Zaviyar lelaki dengan reputasi ladykiller, akankah lelaki itu tulus mencintai Fara. Atau lelaki itu akan pergi setelah puas mempermainkan hati perempuan yang disayanginya.

Ia merutuki jalan pikirannya yang terus saja memikirkan Fara. Ia meminta Kayla untuk berhenti merebut Zaviyar, sementara dirinya sendiri belum mampu melupakan gadis itu.

Sadar Fawaz, sekarang Fara sudah menjadi istri orang. Dan orang itu adalah Zaviyar, seorang pengusaha kaya dengan semua kekuasaannya.

Tidak mungkin baginya untuk masuk ke dalam celah kehidupan Fara. Tapi satu dari bagian hatinya sudah telanjur menyayangi gadis itu.

Apapun status gadis itu kini, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, akan tetap menjadi malaikat pelindungnya.

Ia tidak akan membiarkan Fara terluka. Karena ia tahu pada akhirnya, Zaviyar hanya akan menyakiti gadis itu.

❤❤❤

LOVE NEEDS NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang