Kafetaria Rumahsakit Medika Raya.
Kedua gadis berkacamata itu menghabiskan waktu istirahat makan siang di spot favorit mereka.
Di pojok kafetaria dengan kolam ikan tidak jauh dari mereka duduk. Bunyi gemericik air dan lalu lalang ikan koi yang berenang di antara kerikil kecil, membuat suasana hati mereka lebih relaks.
Namira sedang memakan kentang dan ayam goreng tepung bersama sahabatnya, Fara.
Nyonya Raka memang sedang program mengurangi makan nasi dan mengganti makanan pokoknya dengan makanan berindeks glikemik lebih rendah.
"Memang nggak kelaperan ya, cuma makan kentang goreng kayak gitu?"
Fara melirik menu makanan Nami, tanpa minat. Bedakan dengan makanan miliknya sendiri, nasi putih satu porsi dan dua porsi sop ikan kakap yang menggugah selera.
"Gue lagi program pengen punya anak Say. Sama dokter kandungan, gue diminta nurunin berat badan. Bahaya, sudah masuk ambang obesitas. Suami gue malah sekarang ikutan fitness juga, buat sama-sama program."
Fara memandang ngeri. Sebegitunya kah keinginan mereka untuk bisa punya momongan.
Sebenarnya usia Nami lebih muda darinya, Nami baru berusia tigapuluh satu tahun. Tapi suaminya memang enam tahun lebih tua. Mungkin itu alasannya mereka ingin cepat punya anak.
"Nam, gue mau dijodohin sama Ayah."
Namira hampir tersedak saat tidak angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba Fara mengeluarkan statement mengejutkan.
"Serius?"
Fara mengangguk.
"Ya baguslah, lanjutkan Far.
Secara lu udah berumur. Trus kayak gimana orangnya? Ganteng nggak? Tajir melintir kah?"Fara menjitak Namira yang melihatnya dengan senyum tidak waras.
"Yang terburuk, gue nggak cocok sama lelaki itu. Gue sudah putuskan akan menolak."
Namira hanya geleng-geleng kepala. Apa gunanya sesi curhat siang ini, kalau ujung-ujungnya Fara batalin rencana perjodohan ini.
"Gue mau minta tolong Nam. Bantuin gue ya, kenalin sama teman suami Lu atau biro jodoh. Kayaknya lu pernah cerita, teman SMA lu ada yang buka biro jodoh. Yang penting gue jangan sampai dijodohin sama anak temannya Ayah. Please Nam... "
Farah memasang wajah memelas.
"Far, sadar ngga sih, kita saat ini hidup di jaman milenial. Tapi tetap aja cari jodoh nggak bisa instan kayak gitu. "
"Please Nam, gue sudah dideadline Ayah, satu bulan buat cari calon suami. Bantuin ya."
"Gilingan Lu ya. Lu kira deadline suratkabar. Nikah tuh buat seumur hidup. Jangan asal-asalan milih."
Nami menyentil kening Fara."Gue tiba-tiba kenyang Nam. Nggak nafsu lihat nasi. Gue habisin sop ikan kakapnya aja."
Nami membelalakkan mata melihat dua piring sop kakap di meja, sudah hampir tandas disantap Fara.
"Lu stress atau rakus?"
"Dua-duanya. Tunggu sebentar, gue mau nambah lagi."
Namira menepuk jidat. Dia sudah hampir hafal kebiasaan Fara.
Kalau sahabatnya itu lagi banyak pikiran atau bad mood, makanan menjadi solusi dalam hidupnya. Membuat gadis itu lebih bahagia.
❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE NEEDS NO REASON
Romance(BELUM REVISI) Di kala takdir hampir berkali-kali mempertemukan mereka, di kala itu pula mereka akhirnya dipertemukan oleh Pemilik semesta. Zavi vs Fara. "Mau tahu alasan gue mau nikahi Lu?" Zavi bertanya dan Fara menanggapi dengan malas. "Kenapa...