Zaviyar bersyukur kondisi Papa sudah jauh lebih baik. Papa sudah diperbolehkan pulang beberapa hari lalu.
Namun di sisi lain, ada hal yang mengganjal di dirinya karena berulang kali Papa selalu menyinggung masalah antara dirinya dan Fara. Terutama sejak Papa bertemu dengan teman lamanya, Om Sandi, yang ternyata adalah Ayah gadis itu.
Akhirnya mimpi buruk itu datang juga. Saat selesai makan malam di rumah Papa, lelaki yang membesarkan dirinya sendirian lima tahun belakangan ini, menagih janji.
"Tahun ini Papa ulangtahun keenampuluh lima. Selama ini Papa tidak pernah meminta kado apapun dari kamu.
Tapi tahun ini, Papa ingin meminta sesuatu. Setelah ini, Papa tidak akan meminta apapun lagi sama kamu, Zav. Papa ingin kamu... menikah dengan Fara, putri teman Papa."
Tanpa sengaja Zaviyar membanting sendok dan garpu.
"Papa tahu kan, Zavi sudah dewasa dan bisa memutuskan sendiri, pilihan hidup Zavi. Saat ini Zavi sedang dekat dengan beberapa gadis. Dan itu bukan Fara.
Papa juga belum mengenal watak asli Fara. Dia itu gadis yang kasar, keras kepala, tidak menghormati orang yang lebih tua, dia hanya terobsesi menjadi istri orang kaya."
Gantian Papa yang tampak marah mendengar perkataan Zavi.
"Cukup Zav. Fara gadis yang baik. Kalau pun dia bersikap tidak baik sama kamu, itu karena kamu juga tidak memperlakukannya dengan baik.
Ini adalah permintaan terakhir Papa, menikahlah dengan Fara. Hentikan petualangan cinta kamu dengan perempuan-perempuan lain. Bulan depan, kita akan ke rumah orangtua Fara untuk melamarnya."
Zaviyar terdiam. Ia merasa gadis itu sudah mempengaruhi pikiran Papanya, begitu dalam.
Ia teringat detik-detik Papa mengalami serangan jantung, dan sempat masuk ICU satu hari setelah pemasangan ring di ruang kateterisasi jantung, karena dalam kondisi pengawasan.
Dokter Lukman, dokter jantung sekaligus dokter pribadi Papa, mengatakan tidak mustahil Papa sewaktu-waktu bisa mengalami serangan kedua, bila tidak disiplin minum obat dan menjaga gaya hidup sehat.
"Ada dua sumbatan lagi di pembuluh darah arteri, namun masih kurang dari 50 persen. Yang mengkhawatirkan, letak sumbatan itu ada di percabangan.
Apabila muncul serangan yang sama, kemungkinan Papa kamu akan dilakukan tindakan by pass di kamar operasi. Dari mulai sekarang, kamu sudah harus bersiap menghadapi kemungkinan ini.
Selagi orangtua kamu masih hidup, sebaiknya kamu penuhi keinginannya Zav. Orangtua kadang memiliki intuisi yang baik dan pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya."
Nasihat dokter Lukman kembali terngiang di benaknya. Kenapa Tuhan harus mengirimkan seorang perempuan asing dalam hidupnya untuk membahagiakan Papanya. Tambahan lagi, yang lebih miris, ia pernah menuntut gadis ini melalui pengacaranya, beberapa bulan lalu.
Beruntung ia tidak sempat menceritakannya kepada kedua sahabatnya, Galang dan Tristan. Kalau iya, ia akan menjadi bulan-bulanan keduanya.
Zaviyar mengacak rambutnya kesal. Bagaimana mungkin ia akan menghabiskan sisa hidupnya bersama seseorang yang selalu membangkitkan emosinya.
Entah kenapa setiap berdekatan dengan gadis bernama Fara itu, ia selalu mudah naik darah. Lama-lama ia bisa kena darah tinggi karena gadis itu selalu bisa membalikkan kata-katanya semau hatinya.
❤❤❤
Namira melambai dari balik kaca mobil setelah mengantar Fara ke rumahnya.
"Ehem... Baru pulang?"
Ayah menunjuk jam yang melingkar di pergelangan tangan. Jam 22.30 malam.
"Maaf Yah. Hp Fara mati. Ini baru pulang nonton bareng Namira."
"Iya, tadi Namira sudah telpon ke rumah. Besok-besok bawa power bank supaya gampang dihubungi. Ayah sama Bunda tadi sempat khawatir takut ada apa-apa di jalan."
Fara memeluk bahu Ayah dari belakang. Berdua mereka masuk ke dalam rumah.
"Fara mandi dulu. Ayah sudah menyiapkan air hangat di kamar mandi. Setelah itu, ada yang ingin Ayah bicarakan."
Fara mengangguk. Dalam hati dia merasa cemas. Apa yang sebenarnya ingin dibicarakan oleh Ayah.
❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE NEEDS NO REASON
Romance(BELUM REVISI) Di kala takdir hampir berkali-kali mempertemukan mereka, di kala itu pula mereka akhirnya dipertemukan oleh Pemilik semesta. Zavi vs Fara. "Mau tahu alasan gue mau nikahi Lu?" Zavi bertanya dan Fara menanggapi dengan malas. "Kenapa...