DUAPULUH SATU

10.7K 1.3K 18
                                    

Namira buru-buru masuk ke dalam mobil karena dia bangun kesiangan. Sepanjang malam dia masih mual muntah karena kehamilan anak pertamanya. Otomatis jam tidurnya berkurang karena harus beberapa kali ke kamar mandi.

Bobby yang baru akan menyusulkan ponsel adiknya yang tertinggal di atas meja ruang tamu, sudah terlambat. Karena Raka sudah mengebut mengantar Namira yang pasti heboh karena tidak pernah datang terlambat.

Lelaki jangkung bertinggi seratusdelapanpuluhtiga senti itu berdiri di samping kulkas sambil masih meminum soft drink kegemarannya. Dia menelepon Raka, adik iparnya.

Sebentar kemudian terdengar suara si cerewet Namira, di seberang.

"Kak Bob, susulin hpnya ke rumahsakit dong. Habis antar Nami, Mas Raka langsung berangkat ke kantor."

"Oke Sayang... Kakak mandi dulu ya."

"Halah, ganteng-ganteng tapi males mandi. Pantesan nggak laku-laku sampai sekarang."

"Sembarangan. Sudah banyak yang antri Dek, tapi aku tetap menanti yang terbaik yang akan datang."

Bobby menutup telepon. Tanpa sengaja dia melihat wallpaper di ponsel adiknya berganti menjadi foto pernikahan seseorang.

Ada Namira, Raka, dan perempuan berkebaya dengan kerudung biru muda dan seorang laki-laki berkulit putih berdiri di sebelahnya.

Wajah perempuan berkerudung itu mirip dengan Fara. Ini beneran Fara? Jadi Fara sudah menikah? Siapa lelaki beruntung itu.

Bobby tampak familiar dengan wajah itu. Bukankah lelaki itu temannya Renita, pramugari yang bekerja satu maskapai dengannya. Renita pernah menunjukkan foto teman dekatnya yang mirip dengan lelaki di sebelah Fara.

Iseng dia menelepon kembali adiknya melalui nomer ponsel Raka.

"Ya Kak, apa lagi? Ini Nami sebentar lagi sudah mau sampai. Mau buru-buru absen finger print."

"Nam, teman kamu si Fara, sudah married?"

Terdengar suara heboh di seberang berteriak.

"Kak Bobby jangan kepoin foto-foto aku di hp. Dilarang."

"Fara, dia nikah sama siapa? Tadi nggak sengaja Kakak lihat fotonya muncul di wallpaper kamu."

"Zaviyar Zain, itu suaminya Fara. mereka berdua dijodohin. Sudah dulu ya Kak."

Bobby terdiam. Tiba-tiba lintasan pikirannya kembali ke memori beberapa waktu lalu saat tanpa sengaja dia melihat 'kecantikan' Fara.

Damn... ternyata gadis itu malah telah menikah dengan orang lain. Dia bukannya tidak tahu siapa Zaviyar dan bahkan baru menyadari kalau lelaki itu hanya akan menyakiti hati sahabat Namira.

                              ❤❤❤

*Fara Pov*

Aku menghapus air mata sesaat setelah membaca pesan dari suamiku. Setidaknya aku sudah berusaha memasak dan menjalankan peran sebagai istri yang baik.

Zaviyar memang tidak menyakitiku secara fisik. Namun ternyata lebih sakit bila terluka oleh pisau tak kasat mata. Hanya dengan kata-katanya yang tajam, hatiku sudah sepenuhnya berdarah.

Perlahan ku merapal do'a dan memejamkan mata.

"Ya Rabb, ijinkan aku mencintai orang yang Engkau takdirkan menjadi suamiku. Ku tidak tahu lagi bagaimana harus menghadapinya. Setiap kali bertemu, selalu saja kami bertengkar. Berikanlah petunjukMu dan anugerahkanlah padaku keshabaran. Aamiin..."

Aku membuka mata dan membasuh mataku yang sedikit memerah. Moodku langsung terjun bebas hari ini.

Langkahku terhenti di meja dokter jaga UGD, saat Pak Widi, satpam yang bertugas shif pagi mendekatiku.

"Bu Dokter Fara, ada tamu menunggu di depan."

"Siapa Pak?"

"Katanya teman Bu Dokter."

Semoga bukan seseorang yang mengaku-aku teman. Aku sudah bersu'udzon dalam hati. Sejak menikah, aku malah sering mood swing seperti hari ini.

Suamiku pemarah dan aku malah jadi ketularan. Ditambah lagi ternyata hari ini aku haid hari pertama. Salahkan hormon atau memang aku yang belum pandai mengelola emosi dengan baik.

Begitu pintu otomatis UGD terbuka, aku tertegun melihat seseorang tinggi menjulang telah berdiri memegang sebuket bunga mawar merah muda.

"Hai cantik..."

Kak Bobby?

Bisa-bisanya pipiku merona saat Kakak sahabatku berjalan mendekat.

"Ini titipan buat Namira?" mataku mengerling ke arah mawar cantik yang dibawa lelaki itu.

Lelaki itu mengeluarkan ponsel dari saku celana jeans biru yang dikenakannya.

"Ini minta tolong titip hpnya Namira. Tadi ketinggalan di rumah. Yang ini, buat kamu Princess. Permintaan maafku tempo dulu. Dan... Ucapan selamat atas pernikahan kamu. Semoga Fara bahagia selalu."

Air mataku tak terasa jatuh menitik mendengar kata-kata lelaki ini.

Ah, mengapa akhir-akhir ini aku mudah menangis.

"Hei Fara, whats wrong?
Kenapa menangis?"

Duh, mata dan hati ini tidak bisa diajak berdamai. Kenapa juga aku malah menangis di depan Kak Bobby.

Hati kecilku berteriak, menginginkan sebutir perhatian manis yang sama dari suamiku, seperti yang lelaki ini berikan.

Ah Far, kamu hanya bermimpi. Mimpi yang sulit menjadi kenyataan.

"Eh ngga papa Kak, cuma terharu saja. Kakak orang pertama yang kasih saya bunga mawar secantik ini."

Kak Bobby tersenyum.

"Jangan sedih ya Far, saya sayang sama kamu sudah seperti adik saya sendiri."

Aku mengangguk dan melambai saat lelaki itu beranjak pergi.

❤❤❤

LOVE NEEDS NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang