DUAPULUH TIGA

11K 1.2K 35
                                    

Satu pekan sebelumnya.

*Fara Pov*

Namira memeluk bahuku dari belakang. Sejak hamil tri semester pertama, sahabatku satu ini hobi banget bermanja-manja dengan memelukku erat.

"Far, baby aku cowok kali ya. Seneng banget dekat-dekat sama kamu."

Aku tersenyum kecil. Kami berdua berjalan bersama menyusuri etalase buah di supermarket yang tidak jauh dari rumah sakit.

"Beli buah untuk siapa? Banyak amat."

Namira mengomentari pilihanku. Begitu sadar aku mengembalikannya lagi sebagian. Aku lupa, aku sudah berhenti membawakan buah ke kantor suamiku.

Tiba-tiba aku menitikkan air mata. Terlambat, Namira keburu menyadari kalau aku menangis.

"Hei Fara, kamu kenapa? Ya ampun, kamu... Lagi ada masalah sama Pak Zaviyar?"

Aku menggeleng.

"Nggak. Nggak ada apa-apa kok. Habis ini aku mau bawain buah ke rumah Papa. Sudah dua minggu aku belum nengokin Papa."

Namira geleng-geleng kepala.

"Pantesan disayang Papa mertua. Gue aja jarang main ke rumah mertua di Bogor kalau nggak Mas Raka yang ngajak kesana."

"Ya wajar kali, kamu kan lagi hamil muda. Sudah lelah jaga di rumahsakit, bakal capek juga kalau maksain weekend ke Bogor.

Tapi Nam, meskipun kamu sibuk, jangan lupa teleponan sama Ortunya Mas Raka. Minimal sms. Mereka pasti kangen sama anak mantu kesayangan."

Aku pelan menghapus sisa air mata yang sempat menggenang. Berusaha mengalihkan kesedihanku dengan mengobrol bersama Namira.

Kami berdua duduk sebentar di mini food court yang berada beberapa blok sebelum meja kasir.

"Kamu, cuma belanja bulanan barang kamu aja? Keperluan suami kamu nggak sekalian dibeliin?"

Namira seperti detektif yang sedang menyelidik isi trolley belanja yang berada tepat di sebelahku.

Aku memesan kentang goreng dan es jeruk. Ku terdiam sambil menghirup minuman.

"Aku belum hafal barang kesukaannya. Mending beli sendiri-sendiri aja daripada salah."

"Tahu gitu, mending dari dulu aku jodohin kamu sama Kak Bobby. Gue hampir lupa kakak gue masih single saking jarangnya dia pulang ke rumah.

Kalau udah flight ke Eropa, dia bisa lupa sama Indo. Mungkin sudah punya calon orang sana. Tadinya aku pikir begitu. Tapi, akhir-akhir ini kok aku jadi mikir yang lain.

Dia masih cinta Indonesia kayaknya. Lama bener liburan di rumah. Aku malah jadi pusing dia sering nginep. Gangguin honeymoon aku sama Mas Raka.

Oya Far, Kak Bobby ajakin nonton. Kita berempat aja. Bulan depan dia kayaknya sudah mau flight lagi."

Mataku berbinar melihat tiket VVIP yang dikeluarkan Namira dari dalam tasnya. Ya ampun, tiket konser sewindu Tulus, penyanyi favoritku. Bahkan lagu-lagunya semua kusimpan di ponselku.

"Aku dah bilang sama Kak Bobby. Nggak boleh jatuh cinta sama kamu. Kamu tuh dah jadi wanita bersuami. Kamu tenang aja Far, kakakku sudah menyadari posisinya.

Dia cuma bilang, mau ajak kamu nonton supaya kamu nggak sedih lagi. Kok bisa-bisanya ya Kakakku merhatiin kamu sampai segitunya. Aku aja nggak tahu kalau kamu lagi sedih."

Namira mengusap sudut bibirku yang terkena saus.

"He is the best brother you ever had."

Aku memuji Kak Bobby. Namira mengiyakan. Jemariku iseng browsing harga tiket VVIP dan menjumpai jumlah yang cukup fantastis yang dikeluarkan Kak Bobby untuk membuatku senang.

LOVE NEEDS NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang