DUAPULUH SEMBILAN

10K 1.1K 30
                                    

*Zaviyar Pov*

Aku mengetik pesan singkat untuk Fara.

"Maaf Sayang, aku terlambat pulang. Ada janji ketemuan sama Tristan. Have a cozy sleep, Love."

Suasana hingar bingar musik di luar private room, membuatku tidak nyaman terlalu lama berada disini.

Padahal dulu sebelum menikah, aku bisa betah hingga dini hari bersama Galang dan Tristan.

Kami tidak minum alkohol, hanya duduk menikmati live music dan mengobrol. Kadang Galang dan Tristan mengajak teman perempuan. Demikian juga dengan aku.

Mungkin ini terdengar kuno. Meskipun aku belum bisa menjadi orang baik sampai sekarang, tapi aku tetap menganut kepercayaan sex after marriage.

Suatu keberkahan tersendiri dalam hidupku, dipertemukan dengan Fara.
Menjalani setiap detik dan menit berdua dengannya, semakin membuatku menjadi orang yang lebih baik.

Meskipun di awal pernikahan, aku mengatakan tidak bisa berjanji untuk memutuskan hubunganku dengan perempuan lain, terutama Kayla dan Erlista.

Tapi aku berusaha tidak lagi memperlakukan mereka dengan istimewa. Satu hal yang membuatku pusing adalah keduanya masih sering menghubungiku. Menyisakan rasa bersalahku pada Fara.

Saat aku memutuskan cuti untuk bisa menikmati kebersamaan dengan Fara, aku memilih untuk mematikan ponsel. Aku tidak ingin istriku salah paham apabila melihat nama Kayla atau Erlista muncul di layar ponselku.

Sebuah pesan masuk. Pesan dari seorang wanita yang telah membuatku tergila-gila karenanya.

Jika dulu aku hanya menulis namanya dengan Fara wife, kini aku mengganti namanya dengan seseorang yang telah menjadi 'pemilik' hatiku.

Hanya dengan membaca nama "Fara Mine Forever" di layar ponsel, hatiku sudah berdesir hebat.

"Ya Mas, take care. Love you."

Aku membaca berulang balasan pesan dari Fara, berharap dia akan menelepon untuk sekedar bilang kangen atau sejenisnya.

"Bro, tamu yang kita tunggu, masih lama?" aku memandang gelisah jam di pergelangan tangan.

"Sebentar lagi dia datang. Dia yang akan jadi bintang iklan produk minuman kesehatan yang kemarin gue ceritain. Dia model terkenal dan lu pasti kenal baik sama dia.

Gue yakin produk minuman fermentasi ini bakal punya daya jual tinggi di pasaran. Jadi nggak akan sia-sia Lu invest banyak di bisnis gue."

Kalau saja Tristan bukan sahabat baikku, tentu aku akan berpikir ulang menanamkan modal lebih dari 20 milyar untuk mendanai proyeknya.

Pintu terbuka dan saat aku menoleh, aku tertegun melihat seorang gadis dengan rambut kemerahan dan dress selutut yang mencetak badan, mendekat dan langsung memelukku.

Kayla?

Tidak hanya Kayla yang datang, tapi lelaki yang menyusul di belakangnya juga seseorang yang kukenal.

Aku melepaskan pelukan Kayla. Dulu mungkin aku yang merindukan pelukannya.

Tapi semenjak dia pergi mengejar karirnya ke luar negeri, aku sudah tidak berhasrat lagi dekat dengannya.

Meskipun sebelum berangkat ke New York, Kayla sudah lebih dulu mengantongi kartu kredit yang pernah kubuat atas nama dirinya.

"Why Zav? You're still Zaviyar that I know, aren't you? I really miss you so much."

LOVE NEEDS NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang