TIGAPULUH TIGA

9.2K 991 35
                                    

*Fara Pov*

Petugas di loket kamar operasi, memberikan aku sepasang baju dan hijab berwarna hijau. Aku melangkah masuk ke dalam ruang ganti.

Saat masuk ke dalam kamar ganti, perlahan aku mulai menggantung blus ungu lavender yang kukenakan. Samar terdengar pembicaraan di luar.

"Siang ini, ada operasi cito Zaviyar Zain."

Suara sopran lainnya menimpali.

"Pengusaha muda yang kaya dan ganteng itu?"

"Ngeri kalau lihat video kecelakaan karambol yang ada di tivi. Nggak nyangka kalau dia bisa selamat. Mobilnya hancur."

"Dengar nggak kabar lainnya? Bocah SMA yang naik motor dan nabrak mobil Zaviyar, kabarnya meninggal dunia. Keluarganya mau nuntut 50 milyar buat ganti rugi."

"Namanya nyawa, dihargai bermilyar-milyar juga nggak akan kembali."

"Jangan-jangan Zaviyar kecelakaan karena pas nyetir, kepikiran video klip mantan pacarnya yang cantik, Kayla Kasandra.

Dengar-dengar dari teman gue yang kerja di RS Medika Raya, istrinya Zaviyar biasa banget. Nggak cantik. Apa mungkin Zaviyar nyesal dan mau balikan sama mantannya."

Ceklik. Aku membuka slot pintu dengan menahan marah. Shabar Far, tidak ada gunanya kamu memaki mereka, meski kata-kata mereka menyakitkan.

Kurapihkan kerudung dan kacamata di depan kaca. Aku memandang petugas kamar operasi yang tadi sedang berghibah tentang aku dan suamiku.

"Saya istri Zaviyar Zain. Suami saya sedang berjuang untuk operasi siang ini. Saya hanya minta kepada kalian, tolong hargai perjuangan suami saya, dengan tidak membicarakan lagi kehidupan kami. Terimakasih."

Beberapa perempuan yang masih berdiri di depan loker, terdiam. Sebagian yang lain tampak terkejut dengan kehadiranku. Satu persatu dari mereka kemudian minta maaf padaku.

Aku hanya dapat memeluk mereka dan menahan isak.

"Terimakasih. Mohon do'anya agar suami saya selamat. Kalian tidak pernah tahu rasanya akan kehilangan seorang yang kalian cintai. Dan saya tidak mau kalian merasakan seperti apa yang saya rasakan sekarang."

Suasana di kamar ganti berubah penuh isak tangis. Aku memaafkan mereka yang telah membicarakan keburukan suamiku di belakangku.

Mereka hanyalah segelintir orang yang tidak tahu, namun tersulut oleh persepsi mereka sendiri karena pemberitaan beberapa media yang tidak proporsional.

Aku mencuci tangan dengan cairan antiseptik di air mengalir dan kemudian mengeringkannya dengan dua lembar tissue. Kupejamkan mata sejenak dan kemudian mengambil masker.

Seorang perawat masuk dari dalam kamar operasi dan memanggil namaku.

"Istri dari pak Zaviyar? Mari masuk Dok. Operasinya akan segera dimulai."

Aku mengikuti langkah perawat di depanku, sambil tidak hentinya melafadzkan istighfar, tahlil, tahmid sampai jejak kakiku memasuki kamar operasi nomer dua.

"Oke semua sudah hadir. Time out. Identitas pasien, Tn Zaviyar Zain, usia 32 tahun, nomer rekam medis C358241."

Perawat kamar operasi mencocokkan data dengan gelang berwarna biru yang melingkar di pergelangan tangan suamiku.

"Jenis operasi siang ini adalah ORIF fraktur femur proksimal dekstra. Marking site lokasi tindakan sudah sesuai.

Akan dilanjutkan dengan repair vulnus laceratum palpebra dekstra. Operator utama dokter Ilman Nafis, Spesialis Bedah Orthopedi dan operator kedua dokter Rahma Fatimah, Spesialis Mata. Dokter Rendi Ramadan Spesialis Anestesi siap.

LOVE NEEDS NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang