*Zaviyar Pov*
Aku terbangun dari mimpi yang panjang. Sudah tidak terdengar lagi suara alat monitor yang terpasang di lenganku. Yang ada hanyalah suara lantunan ayat Al-Qur'an dari radio kecil yang diletakkan di sebelah tempat tidurku.
Perlahan mataku dengan berat membuka. Nyeri di seluruh badanku terasa menghujam sampai ke dasar tulang.
Buram... Pandanganku sesaat masih buram. Seseorang menghampiriku dan pandanganku menjadi lebih jelas dari sebelumnya. Wajahnya samar mulai dapat kulihat.
"Alhamdulillah, Mas Zavi sudah bangun."
Seraut wajah menghampiriku dengan penuh keceriaan.
"Kamu siapa?"
Aku merasa ada ikatan yang kuat antara aku dengan dirinya. Tapi aku belum sanggup mengingatnya. Seperti ada jutaan beton menimpa kepalaku.
Gadis itu tertegun dan sesaat air mukanya berubah muram.
"Aku Fara, istri Mas. Maafin aku Mas, sudah beberapa hari ini aku nggak bisa temani Mas. Ada beberapa urusan yang perlu diselesaikan.
Alhamdulillah Mas sudah beberapa hari ini pindah dari ruang intensif. Dokter bilang suatu keajaiban Mas bisa pulih dengan cepat. Cuma satu hal, Mas masih lupa kalau aku ini istrinya Mas. Aku yakin suatu hari nanti Mas akan ingat."
Istri? Jadi aku sudah menikah. Tapi kenapa aku bisa menikah dengan perempuan ini. Dia sama sekali bukan tipe gadis yang kuimpikan. Sejak kapan aku memilih perempuan berhijab menjadi pasangan hidupku.
Aku memandang kaki kananku yang masih terbalut perban dan sulit kugerakkan. Mengerikan. Apa yang terjadi padaku? Mengapa aku mendadak bisa jadi cacat seperti ini.
Apakah karena aku cacat, tidak ada yang mau menerima kondisiku. Apa hanya dia yang mau menikah denganku, karena aku seperti ini?Bahkan ruang perawatan mewah yang kini kutempati, tidak membuat suasana hatiku menjadi lebih baik.
"Sudah berapa hari aku dirawat? Apa aku kecelakaan? Apa kata dokter, aku bisa normal lagi? Kapan aku bisa berjalan?"
Perempuan bernama Fara itu menunjukkan kesepuluh jari tangannya. Sudah selama itukah aku berada disini.
"Banyak yang sayang sama Mas Zavi. Kemarin Kak Galang dan Kak Tristan kesini. Hampir setiap hari mereka mampir. Besok teman-teman Mas dari Inggris juga mau nengok."
Fara mengaduk cairan seperti susu dalam wadah gelas bening.
"Siapa yang meminta mereka menengok aku? Aku tidak mau menerima mereka. Tidak dengan keadaanku seperti ini."
Perempuan itu meladeni kemarahanku dengan diam.
"Aku minta selang ini dilepas. Aku mau makan seperti biasa."
Aku menunjuk selang seperti belalai yang masih terpasang di hidungku.
"Iya Mas, tadi dokter Gizi klinik sudah visite. Sore ini selang makannya dilepas. Mas coba makan puding dulu dan bubur sumsum."
Aku menepis jemari Fara dengan kasar.
"Aku mau makan nasi, seperti orang normal. Bukan seperti orang yang mau mati. Ngerti kamu?
Aku minta kamu pergi. Pergi sekarang. Aku hanya mau sendiri. Kalau aku butuh bantuan, aku bisa panggil perawat."
Aku menepis gelas beling yang dipegang perempuan itu. Gelas itu pun jatuh berserakan di lantai.
"Astaghfirulloh. Mas Zavi... "
Perempuan itu berteriak kencang.
"Apa kamu? Berani bentak aku? Kalau kamu nggak ikhlas nungguin aku disini, pergi. Aku nggak butuh rasa iba dan kasihan dari kamu."
![](https://img.wattpad.com/cover/202747337-288-k201700.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE NEEDS NO REASON
Romance(BELUM REVISI) Di kala takdir hampir berkali-kali mempertemukan mereka, di kala itu pula mereka akhirnya dipertemukan oleh Pemilik semesta. Zavi vs Fara. "Mau tahu alasan gue mau nikahi Lu?" Zavi bertanya dan Fara menanggapi dengan malas. "Kenapa...