DELAPAN BELAS

10.4K 1.2K 21
                                    

*Zaviyar Pov*

"Assalaamu'alaikum.
Selamat malam. Selamat datang di Lotus resto."

Seorang perempuan berhijab menyapa ramah saat pintu terbuka.

Hotel ini sudah banyak berubah sejak berganti nama menjadi Andalusia.

"Saya ada janji dengan seseorang. Bisakah reservasi di private room?"

"Maaf, apakah dengan istri Bapak atau dengan kerabat?"

"Dengan seorang teman."

Aku menjawab pendek.

"Mohon maaf Pak, untuk private room saat ini hanya dapat direservasi untuk rapat Company atau acara keluarga.

Apabila Bapak berkenan, akan kami carikan tempat di luar mendekati taman."

Aku mengangguk dan mengikuti pelayan resto menuju tempat yang dimaksud.

Not bad. Tempat yang dimaksud relatif sepi dan ada beberapa orang yang duduk namun relatif jauh dari tempat yang akan kupesan.

Sambil menunggu seseorang yang kumaksud, aku membaca laporan finishing gedung rumahsakit dari Mas Raka, arsitek kepercayaan Papa.

Pikiranku sedikit tidak fokus mengingat kemarin siang dokter Lukman menelepon dan mengajakku bertemu.

Setelah menjalani serangkaian evaluasi pemeriksaan jantung, dokter Lukman memprogram Papa untuk menjalani operasi by pass jantung. Dikarenakan lokasi sumbatan di pembuluh darah terdapat di beberapa titik yang sulit ditangani dengan teknik kateterisasi.

Lagi-lagi sepulang dari rumahsakit, Papa kembali menanyakan tentang kemajuan hubunganku dengan Fara.

"Papa ingin melihat kamu menikah dengan Fara, sebelum Papa menjalani operasi. Papa nggak pernah tahu kapan usia ini saatnya dijemput oleh Yang Maha Kuasa... "

Pandangan Papa tampak berkaca-kaca dan aku juga lama kelamaan lelah dengan kemauannya yang keras.

"Pa.. Papa pasti sehat dan panjang usia. Itu buat Zavi sudah cukup. Papa positive thinking menjalani terapi dan Zavi akan berusaha mewujudkan keinginan Papa."

Papa memelukku erat dari kursi roda.
Aku sendiri tidak tahu apa yang sudah kuputuskan. Aku benar-benar tidak mencintai gadis itu. Gadis yang dipilih Papa, untukku.

Sampai akhirnya pesan itu kukirim ke Fara. Memintanya datang siang ini. Aku memijat kepalaku yang tiba-tiba migren.

Suara seseorang yang mengucapkan salam, membuyarkan lamunanku.

Aku terdiam.

"Salam itu baiknya dijawab." gadis itu dengan santai menarik bangku dan duduk di depanku.

"Iya, wa'alaikumsalam. Terimakasih kamu sudah mau datang."

Aku sedikit memperhatikan, wajah Fara tampak sembab.

"Kamu kenapa? Sedih karena tiba-tiba aku meminta bertemu?"

Fara menggeleng. Dia tampak menyembunyikan sesuatu. Tapi sudahlah, aku mengabaikannya jika gadis ini memang tidak ingin bercerita.

Sebelum aku memberi isyarat, seorang pelayan laki-laki lebih dulu menghampiri kami, untuk menanyakan pesanan.

"Mas, pesan chicken cordon blue dengan mash potato, beef lasagna, es wafel cokelat sama air mineral dingin dua botol."

Aku menganga. Gila, gadis ini banyak benar porsi makannya.

"Sudah sering pesan makanan disini ya? Lancar bener tanpa melihat menu."

LOVE NEEDS NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang