TUJUH

12K 1.3K 22
                                    

Zaviyar Co.

Siang itu Papa menyambangi kantornya. Zaviyar adalah putra satu-satunya dan lelaki paruh baya itu tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir bila sudah berkaitan dengan putranya.

"Zav, kamu sudah ke rumah sakit lagi, untuk kontrol luka di kepala?"

Zavi mengangguk. Dirinya sudah berusia tigapuluhdua tahun sementara Papanya masih mengganggapnya berusia duapuluh tahun, yang masih perlu diingatkan ini dan itu.

"Sudah dilepas jahitan di RS Prima Medika, yang lebih profesional dari rumah sakit sebelumnya."

Zavi sengaja menyindir Papa karena dia tahu Papa yang ikut andil menarik surat tuntutannya.

"Dokter Fara gadis yang baik dan kamu tidak usah menanggapinya berlebihan. Mungkin kelakuan kamu saat itu juga menyebalkan sehingga gadis itu menanggapi kamu dengan hal yang sama."

Zaviyar terperangah.

Jadi, Papa sudah mengenal perempuan berhijab bernama Fara?

"Papa ingin bicara serius dengan kamu Zav. Usia Papa sudah setengah abad lebih. Papa ingin melihatmu segera menikah. Dan Papa ingin di tahun ini kamu menunaikan janji mendiang Mama kamu."

Zaviyar terdiam. Sudah ada beberapa nama perempuan yang dekat dengan dirinya saat ini. Kayla seorang model iklan sekaligus penyanyi cantik yang baru-baru ini meminta perusahaannya sebagai sponsor untuk album terbarunya.

Renita seorang pramugari tinggi semampai, yang beberapa kali menemaninya makan siang. Serta gadis terakhir, Sofia, guru TK yang keibuan. Mereka bertemu saat Tante Rika, adik Papa memintanya mengantar keponakannya, Zidan, ke sekolah.

Suara telepon di meja kerja Zaviyar berbunyi. Lelaki itu sengaja menyalakan tombol 'loudspeaker', mengira akan ada sesuatu yang penting yang akan disampaikan oleh Rani, sekertarisnya.

"Selamat siang Pak Zaviyar.

Mohon maaf mengganggu Pak. Ada tamu yang hendak menemui Bapak. Utusan dari Direktur Rumahsakit Medika Raya. Atas nama Nona Fara."

Wajah Zaviyar berubah kesal. Berbeda dengan Papa yang tersenyum lebar mendengar nama gadis itu disebut.

"Ayo Zav, kita ajak Fara makan siang hari ini."

Zaviyar menanggapi ajakan Papa dengan rasa malas.

❤❤❤

Kafe Lembayung Senja.

Ada dua orang gadis yang sudah menunggu dan lebih dulu duduk bersama Papa di meja kafe nomer tujuhbelas.

Zaviyar sengaja memilih berangkat sendirian dan menyusul. Sialnya hari ini dia memang tidak ada agenda meeting sehingga mau tidak mau dia harus menuruti keinginan Papa.

Sengaja lelaki itu meminta Rani, sekertarisnya untuk menemani. Gadis cantik ini selalu berpenampilan menawan dengan pakaian yang kerap menggoda kaum Adam. Sebenarnya Papa sudah berulangkali memintanya mengganti dengan sekertaris lain.

Tapi setiap ia meeting atau melobi perusahaan lain untuk bekerjasama, dengan adanya Rani, semuanya berjalan lancar. Bahkan pihak lawan pun bisa menjadi kawan.

Tentu saja Zaviyar tidak menampik ada daya tarik yang selalu diberikan Rani, untuknya. Tapi sayangnya saat ini sudah ada beberapa wanita yang menempati ruang khusus di hatinya.

Lelaki berkemeja bergaris biru itu mendekati meja dimana Papanya dari kejauhan sudah memberi kode.

Yang mana dari kedua gadis ini yang bernama Fara, bahkan dia tidak mengenali. Malam itu saat dirinya terbaring lemah sebagai pasien di Unit gawat darurat, perempuan itu memakai masker saat menjahit lukanya.

LOVE NEEDS NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang