🌸 33 🌸

937 120 0
                                    

"Jadi, apa hubunganmu dengan Sakura sebenarnya? Tidak mungkin 'kan kalian hanya berteman?"

"Ibu! Kami hanya teman, sungguh. Berhenti menanyakan hal yang sama berkali-kali."

Itu adalah ketiga kalinya Ibu bertanya padanya mengenai hubungan kami. Ibu membuatku malu. Padahal sikapnya dulu saat bertemu Naruto tidak seperti ini kok. Kenapa harus berbeda dengannya?

"Oh, aku baru ingat. Kau pernah menulis menyukai Sasuke di buku harianmu dulu, bukankah begitu, Saku?"

Oh, sial. Wajahku terasa panas. Aku yakin aku pasti sudah tersipu sekarang. "T-tidak kok! Lagipula kenapa juga Ibu lihat-lihat buku harianku sih?! Itu 'kan privasi!"

"Benarkah itu?" tanyanya. Perasaanku saja atau memang ekspresinya terlihat senang?

"Benar! Ibu yakin sekali. Siapa suruh kau membiarkan bukumu terbuka. Bukan salah Ibu dong." Ibu membela diri. Menyebalkan sekali dia.

"B-bukan! Pokoknya bukan! Ibu salah lihat kali! S-sasuke-kun bukannya kau harus kembali ke kantor?" Pikiranku tiba-tiba berputar. Ibu sangat menyebalkan!

"Tidak kok. Hari ini aku libur." Oh, sial. Kenapa juga kau harus menjawab seperti itu sih?! Dia sama menyebalkannya dengan Ibu.

"Sasuke-nii kerja di kantor? Pasti kantornya besar. Iya 'kan? Aku juga ingin kerja di kantor nanti!" seru Konohamaru semangat.

"Tentu. Belajarlah yang baik supaya nanti kalau sudah besar kita bisa kerja bersama," sahut nya.

"Oh! Kita bisa kerja bersama?! Aku akan bekerja dengan Sasuke-nii? Nenek, kau dengar itu?! Wah!" Ia senang, tentu saja. Siapa anak kecil yang tak senang diberi semangat seperti itu?

"Kenapa kalian tidak pacaran saja? Ibu setuju kok." Ibu mengerling ke arahku. Aku memutar mata, kesal.

"Cukup, Ibu. Bukankah sebaiknya kau pulang? Ini sudah sore dan kurasa Ibu harus menyiapkan makan malam untuk Ayah." Aku mengusirnya. Tentu saja ini tidak sopan, tapi ini lebih baik daripada Ibu terus-terusan membuatku malu dihadapan nya.

"Oh, tidak. Kau mengursi, Saku?! Anak macam apa yang mengusir ibunya sendiri padahal kita sudah lama tak bertemu?!" Aku menatap Ibu datar. Ibu lalu tertawa. "Hahaha maaf maaf. Ibu mau pulang kok. Tenang saja. Ibu tak akan mengganggu kalian lagi kok."

Ibu mengambil belanjaannya lalu memanggil Konohamaru. Anak itu terlihat kecewa karena aku menyuruhnya pulang. Ia terlihat begitu nyaman bersama Sasuke membicarakan entah apa tadi.

Aku dan Dia mengantar Ibu ke depan. Ia mengerling pada kami sebelum melambai, pergi.

"Dadah Nii-chan! Nanti main lagi ya!" Konohamaru melambai pada nya. Lihat, dia bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal padaku. Dasar anak itu.

"Maaf ya ... Ibuku biasanya tidak menyebalkan seperti itu," ucapku ketika kami sudah tinggal berdua. Kami jalan ke tempat parkir. Aku mengantarnya sampai depan mobil nya.

"Tak apa. Ibumu lucu. Sepertimu." Uh, sial. Tolong jangan buat aku tersipu lagi.

Aku hanya tertawa hambar membalas perkataannya.

"Apa ... yang tadi itu benar?"

"Eh? Yang mana?" tanyaku balik, bingung.

"Kau pernah menyukaiku."

"Eh, itu ... iya ..." Entah kenapa dadaku berdenyut sakit. Selama ini ia tak tahu aku menyukainya? Kenapa aku merasa kecewa?

"T-tapi ... itu dulu! Ya, itu dulu! Kau tahu, saat kita masih sekolah ..."

Dia yang tadinya sempat mendekat padaku, tiba-tiba berhenti. "Berarti, sekarang tidak?"

Aku memalingkan wajah. "Kurasa ... tidak."

Hening sesaat. Aku menoleh, raut wajahnya yang tadu cerah, entah kenapa terlihat sedih sekarang. Apa dia kecewa? Mana mungkin 'kan.

"Sasuke-kun?" Tapi dia tak menanggapiku. Sampai aku kembali memanggilnya.

"Maaf. Aku pulang dulu," katanya lalu masuk ke mobilnya.

Ia bahkan tak melihat ke arahku lagi semenjak itu.

.

.:0o0:.

.

#Don't forget to vote and comments! It's means a lot to me!#

.

#Thank you!#

OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang