-Senin-
Hinata kembali muncul dalam kepalaku. Aku kesulitan mengeluarkannya. Dia benar-benar mengisi semua sisi dikepalaku.
Sebenarnya aku juga bingung kenapa aku terus menerus memikirkannya. Apa ini karena Naruto? Atau karena dia? Atau ya, karena keduanya? Kurasa itu pilihan yang terakhir.
Ino memandangku bingung sekaligus ... apa nama ekspresi itu? Jijik? "Kenapa? Ada yang salah denganku?" tanyaku akhirnya. Tak tahan dengan ekspresi wajahnya.
"Ya. Ada apa denganmu?"
Aku mengendikkan bahu. "Ada apa denganku?"
"Kau memasukkan krimer ke dalam tehmu lalu garam lalu ... sedikit kopi instant." Ekspresi menjijikkannya terlihat lagi.
Aku menyeruput tehku. Dan ya ... rasanya sangat aneh. Aku langsung membuangnya dan membuat teh yang baru.
"Jujur, Sakura. Apa yang terjadi kemarin?" Aku menatapnya sebentar sebelum mengalihkan perhatian pada tehku, mengaduknya. "Aku bisa mengerti kenapa kau tidak pergi ke toko, tapi apa yang terjadi selain itu?"
"Apa maksudmu? Tidak ada yang terjadi." Aku mengelak. Ino memutar mata, menatapku.
Aku memutar badanku, bersandar pada meja sembari menyeruput pelan tehku —kali ini rasanya biasa. Ya, sedikit kurang gula sih.
"Stok es krimku habis. Jadi aku membelinya ke supermarket. Dan aku bertemu Hinata disana." Aku mulai bercerita.
"Gadis yang makan siang dengan kita minggu lalu?" potong Ino. Aku mengangguk.
"Kami ... ya ... kurasa dia cukup menyenangkan. Aku banyak mengobrol dengannya. Kami berbelanja bersama lalu dia pulang lebih dulu setelah membayar belanjaannya ." Jeda sejenak. Ino diam, mempersihlahkanku untuk terus bercerita. "Lalu ... saat aku selesai membayar belanjaanku, aku melihatnya. Di mobil. Dia keluar parkiran. Tapi apa yang sedang dilakukannya? Aku bahkan tak melihatnya didalam. Dan saat mobilnya maju, Aku melihat Hinata disana. Disampingnya ... dan kau tahu? Ini kedua kalinya aku melihat mereka bersama."
Tanganku melemas. Teh yang baru saja kuminum entah kenapa mendadak terasa pahit.
"Hinata? Dengan Sasuke? Kau yakin?" tanya Ino, memastikan.
Aku tersenyum nanar. "Sebelum Naruto memperkenalkan Hinata pada kita juga, aku pernah bertemu dengannya di toko bungamu. Dia beli bunga dengannya. Aku jelas melihat mereka bersama. Kau ingat?"
"Ya Tuhan ... " Ekspresinya terkejut. Tentu saja, aku juga akan seperti itu. "Tapi tidak mungkin Naruto tidak tahu soal ini. Sasuke 'kan sahabat dekatnya. Kau tahu maksudku. Mereka seperti prangko. Jadi, kurasa mereka tidak punya hubungan yang seperti itu."
Ino benar. Kurasa aku terlalu memikirkannya. Lagipula, aku tidak harus peduli dengannya 'kan? Pernyataan itu sudah berkali-kali kuucapkan dalam kepalaku, tapi akhirnya selalu sama.
Aku masih peduli padanya..
.
.:0o0:.
.
#Don't forget to vote and comments! It's mean a lot to me!#
.
#Thank you!#
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours
Fanfiction-FIVE- Saat kupikir kau telah pergi... tapi ternyata pada akhirnya kau kembali dan menghancurkan pertahanan yang selama ini sudah susah payah kubuat. ✴️ Kau berbahaya. Sangat berbahaya. Aku harus menjauh darimu. Tapi sayangnya tubuh dan hatiku meno...