🌸 55 🌸

1K 115 4
                                    

-Selasa-

Melamun.

Itu menjadi kebiasaaan Sakura sekarang. Semenjak kepergian Sasuke, ia sama sekali tak bisa mengerjakan apapun dengan fokus. Bahkan Naruto sering dibuat menghela napas karenanya. Pada akhirnya hari ini pria Uzumaki itu memberikan cuti pada Sakura karena keadaannya yang sangat sangat tidak baik ini.

Sakura terkesiap ketika mendengar bunyi bel apartemennya. Ia bergegas membukakan pintu depan. Dan disana ada teman-temannya dengan beberapa bungkusan plastik yang dibawa mereka.

"Hei. Bagaimana keadaanmu?" tanya Ino ketika mereka sudah berkumpul di ruang tengah.

"Aku ... aku baik-baik saja. Lagipula kenapa sih kau memberikanku cuti? Aku tidak sedang dalam keadaan untuk itu," jawab Sakura. Kalimat terakhirnya tertuju pada Naruto.

"Kau bisa saja bilang begitu. Tapi membuat laporan saja kau bahkan tidak bisa, Sakura. Bagaimana mungkin aku memperkerjakanmu dalam keadaanmu sekarang, huh?" jawab Naruto. Sorot matanya memancarkan kekhawatiran. Sebenarnya ia tahu apa alasan Sakura menjadi seperti ini. Ini semua karena Sasuke. Ia juga melihat gadis itu ketika menangis di bandara, hanya saja ia tak menghampirinya. Tapi Naruto sama sekali tak menyangka kalau kepergian Sasuke akan berdampak begini besar pada gadis itu.

Sakura memeluk lututnya. "Maaf ... aku pasti sudah menyusahkan kalian semua ..." Suaranya bergetar. Ino mengulurkan tangannya untuk memeluk sahabatnya, sedangkan Karin hanya mengelus pelan punggung gadis itu. "Aku juga tak tahu kenapa aku bisa jadi seperti ini ... maafkan aku ..."

"Tenanglah. Kau tahu 'kan ada kami disini? Jadi, tak perlu menyimpan semuanya sendirian oke?" Ino tersenyum lirih menatap sahabatnya yang berlinang air mata. Sakura memeluk Ino, tak kuasa menahan tangisnya.

Hebat sekali kau, Sasuke. Bisa membuatnya sampai seperti ini.

.

.:0o0:.

.

4 Tahun Kemudian ...

Tokyo, Jepang

Sakura meregangkan otot-otot badannya yang pegal karena terus menerus duduk di depan komputer dari dua jam yang lalu. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan sekarang waktunya untuk pulang ke rumahnya yang nyaman untuk mengistirahatkan dirinya yang kelelahan.

Ia masih menjadi sekretaris setia Naruto Uzumaki, tentu saja. Sakura menyukai pekerjaan ini. Memiliki atasan yang sekaligus sahabatnya, gaji yang lebih dari cukup -bahkan sebenarnya sekarang tabungannya sudah cukup untuk menghidupi dirinya selama beberapa tahun kedepan dan membeli rumah hanya untuk dirinya sendiri, tapi tentu saja Sakura tak melakukan itu, karena hidup hemat adalah mottonya-, teman satu kantor yang menyenangkan, yah banyak sekali keuntungannya bekerja dengan Naruto dan ia menyukai itu. Apalagi kadang pria itu mengadakan acara liburan untuk karyawan kantornya atau bersama teman-teman dekatnya.

Dengan keuntungan sebanyak itu, kenapa pula ia harus pindah kerja? Tidak mungkin 'kan.

Sakura melirik jam tangannya. Sudah hampir jam 9 malam. Ia harus mencari taksi. Memakai bus membutuhkan waktu lebih lama untuknya sampai ke apartemen. Dan ia sudah lelah sekali sekarang ingin cepat-cepat bertemu dengan kasurnya.

Ia tersenyum lega ketika berhasil menemukan taksi yang lewat dan cepat-cepat masuk ke dalamnya. Mengatakan alamat tujuannya lalu duduk santai, sembari menunggu taksi yang ditumpanginya sampai ke depan gedung apartemennya.

Ponselnya bergetar. Pesan masuk.

.

From: Gaara

Sudah pulang? Jangan pulang terlalu larut ...

.

Sakura hanya menatap layar ponselnya sekilas, membaca pesan masuk di layar utama ponselnya lalu mematikannya lagi tanpa ada niatan untuk membalas.

Tatapannya beralih keluar jendela, jalanan yang masih cukup ramai meskipun malam semakin larut, sisa hujan tadi sore, dan air hujan yang menggenang membasahi seisi kota, membuat pikirannya melayang ke empat tahun lalu dimana ia kembali bertemu dengan pria yang dicintainya lagi -yah, meskipun kini orang itu sudah pergi lagi sih- tapi kenangan tentangnya selalu terbesit setiap kali Sakura menatap kota yang penuh dengan guguran bunga sakura pada musim semi ini diguyur hujan.

Sakura menutup matanya sejenak, lalu kembali membukanya ketika supir taksi memberhentikan mobilnya dan mengatakan kalau mereka sudah sampai tujuan. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang lalu keluar. Sakura mengeratkan mantelnya karena udara dingin diluar yang menusuk lalu setengah berlari masuk ke dalam gedung apartemennya.

Ia menjatuhkan dirinya di kasur setelah berhasil mencapai kamarnya. Hembusan napas terdengar panjang keluar dari mulutnya. Ponselnya kembali bergetar. Ah, ia lupa membalas pesan.

Jarinya dengan cepat membalas pesan yang sebelumnya masuk lalu kembali melempar asal ponselnya di atas kasur. Matanya beralih kearah pajangan fotonya saat masih SMA. Disana ada Naruto, Sasuke, Karin dan dirinya yang sedang berpose didepan gerbang sekolahnya ketika mereka akan naik ke kelas tiga.

Sasuke ... kira-kira bagaimana keadaan pria itu sekarang?

Ah, ternyata Sakura masih memikirkannya ... sudah empat tahun lamanya dan ... apa rasanya masih ada untuk pria itu? Bahkan ketika sekarang ia sudah dekat dengan orang lain? Atau ... tidak?

.

.:0o0:.

.

#Don't forget to vote and comments! It's means a lot to me!#

.

#Thank you!#

OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang