-Minggu-
Aku gugup.
Aku kembali mematut diriku di cermin seukuran tubuh yang ada di kamar Karin. Ya, aku dan Ino akhirnya menginap di apartemen Karin. Dia butuh kami.
Aku duduk, berdiri, duduk lagi, berdiri lagi, terus seperti itu selama tiga menit ke depan. Ada apa denganku sebenarnya?
"Kau kenapa sih? Aku pusing melihatmu tak bisa diam daritadi," kata Ino, kesal.
"Aku gugup," jawabku. Kali ini aku berjalan bolak-balik ke depan pintu lalu kembali lagi.
"Kenapa kau yang gugup? Kau tidak menikah." Ino sedang membenarkan riasannya. Entah apa yang dia tambahkan. Sudah dua jam dia di depan meja rias dan masih belum selesai.
"Tentu saja karena Karin hari ini akan menikah. Memangnya kau tidak gugup?"
"Yah, sedikit sih, tapi tidak seheboh kau," balasnya. Ia sekarang sedang mengedipkan matanya, memperhatikan hasil riasan matanya lalu bangkit berdiri satu menit setelahnya. "Sudahlah, ayo. Kita harus menemui Karin."
Aku mengikuti Ino ke kamar satunya lagi, dimana Karin sedang dirias.
"Ya Tuhan ... lihat siapa ini? Aku sampai tidak mengenalimu kalau bukan karena warna rambutmu, kau tahu," ucap Ino.
Aku ikut takjub melihat Karin. Dia cantik sekali. Ternyata benar, orang bisa berubah jika dipakaikan riasan.
Karin merekatkan kedua tangannya. Ia sedang gugup. Aku tahu itu. Siapa yang tidak gugup di hari pernikahannya?
"Aku gugup sekali ... apa menurutmu, Sui juga sepertiku?" tanyanya.
"Tentu saja. Aku yakin dia bahkan lebih gugup daripada kau."
"Tenang saja. Kau pasti bisa melewatinya." Kali ini Ino yang menyemangatinya.
Karin tersenyum. Kami berpelukan sebentar sebelum Naruto muncul diambang pintu, bertanya apakah pengantin wanitanya sudah siap. Karin menghembuskan napas panjang lalu menghampiri Naruto. "Aku sudah siap."
Aku dan Ino meninggalkan Karin yang menghampiri Paman Minato. Karena orangtuanya sudah tiada, Paman Minato menjadi wali menggantikan Ayahnya. Ngomong-ngomong, Karin dan Naruto sepupu, sekedar informasi.
Aku dan Ino duduk di barisan terdepan bersama para tamu lainnya. Acaranya tidak terlalu ramai karena tamu yang diundang juga tidak lebih dari 100 orang. Karin dan Suigetsu mengadakan acara pernikahan mereka sesederhana mungkin tapi terkesan elegan dan menyentuh. Katanya kalau terlalu ramai, pusing juga haha.
Suigetsu berkali-kali menghembuskan napasnya, gugup. Sebentar lagi ia akan menjadi suami. Aku hanya berharap semoga pengucapan janji mereka lancar nantinya.
"Karin datang!" seru Ino berbisik. Aku mengikuti arah pandang Ino. Aku yakin Sui saat ini sedang menahan napasnya melihat Karin dan Paman Minato berjalan ke arahnya, karena itu juga yang kulakukan saat ini. Rasanya masih tak percaya saja melihat sahabatku saat ini akan melepas masa lajangnya dan menjalani kehidupan rumah tangga.
Karin dan Paman Minato berhenti dihadapan Suigetsu. "Aku memberikan keponakanku padamu, mewakili adikku yang saat in mungkin sedang menyaksikan kita, aku memohon padamu untuk menjaganya sepenuh hati dan jiwamu apapun yang terjadi padanya." Paman Minato berhenti sejenak, memandang Suigetsu yang menelan ludahnya gugup. "Jangan kau berani membuatnya menangis atau kau akan tahu apa yang terjadi selanjutnya padamu." Paman Minato menatap tajam Suigetsu. Seluruh tamu undangan yang mendengar penuturan Paman Minato, termasuk aku.
"Terima kasih, Paman. Kau memang yang terbaik." Karin memeluk Paman Minato, ikut terharu mendengar perkataannya.
"Pergilah." Paman Minato melepas tangan Karin yang kemudian diserahkannya pada Suigetsu.
"Tenang saja, Paman. Aku akan selalu menjaganya. Meskipun amukannya selalu tak masuk akal, tapi pria mana lagi yang bisa tahan dengannya selain aku?" Para tamu bersorak, ramai. Aku tersenyum geli mendengar penuturan Suigetsu.
Mereka berdua akhirnya berbalik menghadap pendeta untuk mengucapkan janji suci. Aku menahan napas ketika Suigetsu dan Karin mengucapkan janji suci mereka, yang untungnya berjalan lancar. Terakhir, mereka berciuman, yang lalu diikuti tepuk tangan riuh pra tamu undangan. Ino tak henti-hentinya mengeluarkan air mata bersama Bibi Kushina. Mereka saling berpelukan sambil menangis haru.
Aku menoleh ke belakang, dia disana. Dan kami saling bertatapan untuk beberapa saat sebelum aku kembali memalingkan wajah. Rasa tidak enak tiba-tiba menghampiri hatiku. Hari ini genap seminggu dia mengabaikan dan menghindariku. Itu membuatku mau tak mau menjaga jarak juga dengannya. Aku tahu aku akan bertemu dengannya disini, tapi entah kenapa hatiku belum siap. Semoga saja hari ini berjalan lancar sampai pesta pernikahan Karin dan Suigetsu selesai.
Semoga saja ...
.
.:0o0:.
.
#Don't forget to vote and comments! It's means a lot to me!#
.
#Thank you!#
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours
Fanfiction-FIVE- Saat kupikir kau telah pergi... tapi ternyata pada akhirnya kau kembali dan menghancurkan pertahanan yang selama ini sudah susah payah kubuat. ✴️ Kau berbahaya. Sangat berbahaya. Aku harus menjauh darimu. Tapi sayangnya tubuh dan hatiku meno...