Seperti perkiraannya, suasananya dan Sakura canggung sekali ketika mereka berbelanja bersama ke supermarket terdekat.
Sakura sama sekali tak membuka pembicaraan diantara mereka, dan ia bukan tipe orang yang memulai pembicaraan terlebih dahulu jika bukan terkait pekerjaan.
Intinya, Sasuke payah dalam hal ini.
Mereka menghabiskan waktu satu jam untuk berbelanja sebelum akhirnya kembali ke villa dan memasak bersama. "Biar aku saja. Kau tunggu saja di ruang tengah bersama yang lain," kata Sakura begitu mereka sampai di dapur. Ia merebut kantung belanjaan di tangan Sasuke lalu mengeluarkan isinya.
"Biar kubantu. Akan lama kalau kau hanya memasak sendiri. Aku sudah lapar," balas Sasuke, merebut sayuran di tangan Sakura.
"Hai, ada yang bisa kubantu?" Hinata menghampiri mereka.
"Hinata-san." Sakura tersenyum. "Tidak usah. Kami baik-baik saja kok. Terima kasih."
"Tak apa. Bukankah kalau lebih banyak yang memasak lebih cepat? Nii-san, bukan begitu cara memotongnya," Hinata menghampiri Sasuke yang sedang memotong wortel dengan ukuran yang tidak sama rata. "Begini nih, pelan-pelan. Ukurannya jangan terlalu besar."
Sasuke memperhatikan adiknya sebentar lalu mengikuti cara gadis itu memotong wortel yang benar. "Seperti ini?" tanyanya, memperlihatkan hasil potongannya.
"Betul! Nii-san memang cepat belajar," ucap Hinata bangga. Sasuke tersenyum tipis menanggapi ucapan adiknya.
Sakura yang melihat kakak beradik itu merasa iri. Rasanya ia juga ingin punya saudara jika seperti itu. Sakura menggeleng pelan, mengenyahkan pikiran itu sebelum kembali melanjutkan masakannya yang tertunda.
.
.:0o0:.
.
"Wah, akhirnya. Terima kasih, Saku. Kau memang yang terbaik." Ino mengusap-usap perutnya yang sedikit buncit karena baru saja makan. Gadis itu makan banyak sekali tadi. Padahal katanya sedang diet.
"Hinata-san dan Sasuke-kun juga membantuku kok," ucap Sakura. Hinata hanya tersenyum menanggapi perkataannya.
"Kita tidak jadi barbeque dong nanti malam kalau kenyang begini?" tanya Naruto sedih. Raut kecewa kentara di wajahnya.
"Kita 'kan bisa barbeque besok," sahut Karin. "Kau lupa kalau kita disini sampai hari minggu nanti?"
Wajah pria itu langsung cerah. "Kau benar!"
Setelah itu, Naruto mengajak Sui dan Sasuke bermain play station sedangkan Ino dan Karin memutuskan untuk istirahat di kamarnya karena merasa lelah.
Sakura memutuskan untuk berjalan-jalan di pantai depan villa mereka. Disini sangat sepi, tentu saja. Tempat ini tidak terlalu banyak orang apalagi kalau malam. Ia benar-benar sendirian sekarang. Dan lagi, Sakura selalu suka suasana pantai di malam hari. Tidak panas seperti siang hari. Dan dingin, tentu saja.
Sakura melihat ke belakang, sepertinya ia sudah jalan terlalu jauh. Ombak malam ini tenang sekali. Sakura memutuskan untuk duduk ditepi pantai, di atas salah satu batu besar disana. Ia menutup mata, menikmati angin dingin dan air laut yang menyapa kakinya dibawah sana.
Jika sedang sendiri seperti ini, pikirannya selalu terarah pada Sasuke. Pria itu. Yang beberapa hari kebelakang ini dekat dengannya, tapi ia dan pria itu kembali menjauh gara-gara ulahnya. Dirinya lah yang telah membuat hubungan mereka kembali berjarak. Mulut bodohnya yang tak bisa diam dan mengutarakan semua apa yang dipikirkannya telah menghancurkan hubungan mereka yang telah membaik.
Sakura merutuki dirinya sendiri. Dia memeluk lutut, memendam kepalanya diantara lipatan tangan diatas lutut. Menghembuskan napas pelan. Kepalanya menoleh ketika seseorang memanggil namanya. Ia tahu jelas suara siapa itu. Dan sepertinya kali ini ia takkan bisa menghindar lagi.
"Sakura ..."
.
.:0o0:.
.
#Don't forget to vote and comments! It's means a lot to me!#
.
#Thank you!#
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours
Fanfiction-FIVE- Saat kupikir kau telah pergi... tapi ternyata pada akhirnya kau kembali dan menghancurkan pertahanan yang selama ini sudah susah payah kubuat. ✴️ Kau berbahaya. Sangat berbahaya. Aku harus menjauh darimu. Tapi sayangnya tubuh dan hatiku meno...