Normal POV
Setelah 21 jam perjalanan yang melelahkan dari Tokyo ke Hokkaido, akhirnya rombongan Naruto sampai di villanya di Hokkaido ketika menjelang pagi.
"Kukira kita akan sampai pagi. Jangan bilang kau tidak tidur tadi malam?" tanya Naruto pada Sasuke.
Sasuke hanya bergumam sambil mengeluarkan barangnya dari mobil. Naruto yang masih mengantuk akhirnya memilih menyerah dan menyelesaikan penurunan barangnya supaya bisa melanjutkan tidur.
Sakura tidak lagi mengantuk. Setelah menyimpan barang-barangnya di kamarnya bersama Hinata. Sedangkan Ino dan Karin dikamar terpisah —yang tidak diperbolehkan sekamar dengan Suigetsu karena ini bukan bulan madu— akhirnya memutuskan untuk tidur di satu kamar berdua. Sedangkan cowo dikamar terpisah yang juga bersama.
Karena jam masih menunjukkan pukul tiga pagi, mereka semua memutuskan untuk melanjutkan tidur kembali. Tapi Sasuke tidak lagi mengantuk karena efek segelas kopi hitam yang diseduhnya saat perjalanan tadi dan sepertinya ia membutuhkan satu gelas lagi sekarang, jadi itu yang dilakukannya di dapur saat ini.
Sasuke memutuskan untuk diam di tepi kolam. Tempat ini memang tempat favoritnya di villa Naruto setelah beberapa kali ia kemari. Matanya menangkap sosok tak asing yang juga sedang diam disana. Duduk di tepi kolam sembari menengadah memperhatikan langit.
"Tidak tidur?"
Sakura menoleh. "Sasuke-kun. Kau juga tidak tidur?"
Sasuke ikut duduk disamping gadis itu. "Tidak mengantuk."
"Tentu saja tidak. Kau baru saja membuat kopi hitam. Bagaimana bisa kau mengantuk?" cibir Sakura.
"Kau mengantuk meminum kopi hitam, bukan?" Sasuke memandangnya. Sakura yang mendengar itu langsung menoleh. Sasuke ternyata tidak lupa kebiasaannya selama ini.
Sakura mengalihkan pandangan, menunduk menatap air kolam yang bergerak karena ulah kakinya. Ia menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya. "Bagaimana kau tahu?" Tapi Sasuke tak menanggapinya.
Hening selama beberapa saat. Hanya ada suara Sasuke yang menyeruput kopinya perlahan dan suara air kolam yang bergerak karena Sakura. Sebenarnya ada yang ingin dikatakan Sakura saat ini. Ketika mereka sedang berdua dan tak ada siapapun yang mendengar, tapi lidahnya kelu. Takut perkataannya mengubah hubungannya dan Sasuke yang saat ini sudah lebih baik dari sebelumnya -setidaknya, begitulah menurutnya.
"Aku ... " Sasuke menoleh, mendengar Sakura yang bersuara. "Kau tahu, beberapa hal memenuhi benakku belakangan ini." Kepalanya menengadah menatap langit. "Setelah kejadian kau menciumku tiba-tiba di pernikahan Karin."
Sasuke diam, tak menyela. "Dan kurasa aku harus memberitahumu tentang ini. Meskipun ... sebenarnya aku ragu, tapi ... kenapa kau berkata kalau aku adalah segalanya bagimu? Jujur saja, rasanya aku senang ketika mendengar itu, tapi ... lalu aku berpikir, memangnya kau memiliki perasaan walau sedikit padaku? Atau aku hanya bertepuk sebelah tangan? Aku tak suka memikirkan itu. Rasanya seperti ada sesuatu yang menghantam kebahagiaanku ...
Tapi lalu aku benar-benar ingin bertanya padamu. Sebenarnya kita ini apa? Apa aku bagimu? Kenapa kau tak pernah pergi dari hidupku? Kenapa kau tak melepaskanku? Kenapa kau ... selalu berhasil membuatku jatuh padamu berkali-kali?" Air mata Sakura menggenang. Rasanya ia ingin menangis sekarang juga, tapi ia tak boleh. Akan terlihat tidak keren rasanya jika ia menangis didepan Sasuke saat ini.
Tapi sial, terlalu banyak air mata yang menggenang membuatnya tak kuasa menahan. Sakura memalingkan wajah ketika air matanya mengalir, langsung mengusapnya.
"Maaf ..." katanya, serak. Sakura tidak berharap Sasuke akan menjawab semua pertanyaan yang keluar dari mulutnya tadi, tapi masih ada secercah harapan dari dirinya kalau pria itu akan memberikan jawaban yang diinginkannya selama ini. Tapi sekarang, Sasuke diam. Entah memikirkan apa. Kopi hitamnya sudah hampir habis dan ketika pria itu menoleh padanya, Sakura membuang muka, kembali menunduk menatap air kolam yang merendam kakinya.
"Sakura ..." Sakura melirik pria itu dari ujung matanya, masih tak berani untuk bertatapan langsung.
Tapi lalu suara dering ponsel memecah keheningan mereka. Sasuke mendecih pelan, mengambil ponselnya di saku celana, langsung mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa yang menelponnya.
"Apa?" ucapnya, menahan amarah.
"Sasukeee! Bagaimana ini???!!!"
Hana. Apa yang dilakukan sekretarisnya di pagi buta seperti ini? "Kau mabuk?"
"Aku diputuskan pacarku! Teganya dia! Setelah ketahuan selingkuh olehkuu!!!"
Sasuke mengusap wajahnya. Sekretarisnya itu memang selalu tahu waktu yang tepat untuk menghubunginya.
"Aku kesal sekali! Bagaimana bisa dia memperlakukanku seperti ituuu??!!!"
"Cukup, Hana. Lebih baik kau tidur sekarang," ucapnya tegas. Ia benar-benar kesal dengan gadis itu sekarang.
"Bagaimana aku bisa tidur jika dia terus memenuhi pikiranku??!! Aku bahkan tak tahu kenapa aku menelponmu sekarang!!?? Aarrghhh." Lalu terdengar suara tangisan setelah itu.
Hana mabuk. Dan ia takkan bisa berbicara dengan gadis itu dalam keadaan seperti ini. Sasuke langsung menutup telponnya tanpa aba-aba.
"Maaf, Sakura tadi ..."
"Maaf, Sasuke-kun, kurasa aku akan tidur. Aku duluan."
Oh, bagus. Sekarang Sakura pergi. Terima kasih pada sekretarisnya tercinta karena telah menggangu mereka.
.
.:0o0:.
.
#Don't forget to vote and comments! It's means a lot to me!#
.
#Thank you!#
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours
Fanfiction-FIVE- Saat kupikir kau telah pergi... tapi ternyata pada akhirnya kau kembali dan menghancurkan pertahanan yang selama ini sudah susah payah kubuat. ✴️ Kau berbahaya. Sangat berbahaya. Aku harus menjauh darimu. Tapi sayangnya tubuh dan hatiku meno...