Normal POV
"Baiklah, aku siap. Lihat saja, kami akan mengalahkan kalian nanti!" seru Ino semangat. Mereka akan bermain voli pantai sekarang. Tim perempuan melawan tim laki-laki. Sedangkan Hinata menjadi wasit karena tidak bisa bermain. Untungnya Naruto berhasil membujuk Sasuke untuk ikut ini, karena tadinya pria itu tak mau dan lebih memilih diam di villa daripada main ke pantai.
.
Dua set telah berlangsung. Untuk saat ini, tim laki-laki yang memimpin. Ino mendecih, kesal. Ia menatap kedua temannya, mengangguk. Kali ini babak penentuan. Ia dan timnya harus menang.
"Sakura!"
Sakura berlari kedepan, melakukan service sebelum bola menyentuh pasir, mengoper pada Karin yang lalu melakukan smash dan mendapatkan poin.
"Yes!" Mereka saling beradu tos sebelum kembali pada permainan.
Permainan terus berlangsung sampai akhirnya tim Ino, Sakura, Karin mendapatkan poin tertinggi. 15-13.
"Selamat teman-teman," kata Hinata menghampiri mereka.
"Yey! Kami menang!" seru Ino semangat. Sekarang mereka bisa bersantai untuk tidak menyiapkan makan malam. Karena tim Naruto dan kawan-kawan yang harus memasak.
Menjelang sore, mereka semua memutuskan untuk menghabiskan waktu di pantai, bersenang-senang.
Tapi hati Sakura saat itu sama sekali tidak senang. Percakapannya dan Sasuke tadi pagi masih belum bisa lepas dari pikirannya. Berbagai pertanyaan kembali muncul.
Untuk apa sekretarisnya menelpon Sasuke di pagi buta? Apa yang mereka bicarakan? Sebenarnya sedekat apa hubungan mereka? Apa mereka juga suka bertukar panggilan tiap malam?
Sakura menggelengkan kepalanya. Mengenyahkan berbagai pikiran itu. Tapi ... bukannya Hana sudah memiliki kekasih? Ketika waktu itu dia bilang akan pergi kencan? Atau hanya kencan buta?
"Sakura! Kemarilah! Ayo berenang! Lihat! Karin membawa selancar!" teriak Ino dari laut. Mereka sedang berenang.
Sakura mendengus. Ya, dia harus bersenang-senang sekarang. Bukankah itu gunanya liburan?
.
.:0o0:.
.
Sasuke harus bicara pada Sakura. Ia harus menyelesaikan percakapan mereka tadi pagi. Ya, ia harus. Tapi tidak bisa sekarang. Masih banyak orang. Teman-temannya pasti bertanya apa yang akan dilakukannya dan Sakura jika mereka hanya berduaan saat ini. Mungkin nanti malam.
Gadis itu, benar-benar terlihat menghindarinya -meskipun secara tidak langsung, tapi Sasuke menyadarinya dan mungkin hanya ia yang menyadarinya. Semuanya tidak akan serumit ini jika saja tadi pagi Hana tidak menelponnya, menginterupsi percakapannya dengan Sakura, tapi keadaan tak selalu berpihak padanya. Nyatanya sekarang ia yang harus memperbaiki semua ini jika tak mau Sakura semakin menghindarinya.
.
"Masak yang enak ya! Dah!" seru Ino sambil berlalu ke ruang tengah. Meninggalkan para lelaki dibelakang.
"Bagaimana ini? Aku tak pernah masak apapun selain ramen dan telur mata sapi!" seru Naruto panik. "Sui, kau saja dan Sasuke yang memasak ya?"
"Hah?! Mana bisa begitu! Kita kalah juga 'kan sebagian besarnya salahmu jadi kau harus membantu! Aku tak peduli kita bisa masak atau tidak. Paling paling kalau rasanya tak enak nanti mereka masak lagi sendiri haha," kata Suigetsu dengan senyuman liciknya.
.
Karin terbatuk. Ino langsung memuntahkan yang dimakannya tadi. "Apa ini?! Kalian mau membunuh kami? Yang ini asin sekali, yang ini manis, yang ini bahkan tidak ada rasanya sama sekali! Yaampun ..."
Gadis Yamanaka itu memijat pelan jidatnya. "Sudah tahu kami tidak bisa masak. Kenapa juga kau memberikan taruhan seperti ini? Bukan salah kami," ucap Suigetsu ketus.
"Kau memasak yang mana?" tanya Karin pada suaminya.
"Yang manis. Yang keasinan itu Naruto. Sasuke yang tidak ada rasanya."
"Aku menambahkan garam ko. Lidahmu mungkin yang salah," kata Sasuke, cuek.
"Kau bahkan tidak merebus sayurannya dengan benar. Ini masih keras," balas Ino, tak mau kalah, membuat Sasuke memalingkan muka.
"Kalau begitu, biar aku saja yang masak," ucap Sakura tiba-tiba. "Kasian juga 'kan kalau memaksa mereka yang tak bisa masak. Bisa-bisa kita tak makan apa-apa malam ini."
"Yah, terserahlah. Tapi bahan-bahannya masih ada 'kan?" tanya Ino.
"Ah, sepertinya kami menghabiskan semuanya," jawab Naruto, menggaruk pelan pipinya. Wah benar-benar, batin Ino dalam hati.
"Kalau begitu, salah satu dari kalian temani Sakura belanja dan memasak!" seru Karin yang disetujui Ino.
"Baiklah, kita gunting kertas batu!"
"Sasuke! Kau menemani Sakura belanja!"
"Selamat, Teme! Beli makanan yang banyak ya! Jangan lupa ramen instant!"
Sasuke mengerutkan keningnya. Oh, sial. Ini pasti akan canggung sekali. Lihat saja, Sakura bahkan memalingkan wajahnya ketika ia menatapnya.
Wah, selamat berjuang Sasuke.
.
.:0o0:.
.
#Don't forget to vote and comments! It's means a lot to me!#
.
#Thank you!#
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours
Fanfiction-FIVE- Saat kupikir kau telah pergi... tapi ternyata pada akhirnya kau kembali dan menghancurkan pertahanan yang selama ini sudah susah payah kubuat. ✴️ Kau berbahaya. Sangat berbahaya. Aku harus menjauh darimu. Tapi sayangnya tubuh dan hatiku meno...