-Past-
Aku mengemasi barang-barangku lalu menghampiri Ino, menatapnya dengan wajah berbinar. "Apa? Sana pergi. Jangan datang padaku kalau kau hanya mau cerita tentangnya lagi nanti." Aku tahu Ino bercanda saat berkata seperti itu. Aku tahu dia akan mendukungku, meskipun memang aku mendatangkan banyak masalah padanya.
"Maaf, tapi aku tidak akan pulang malam," ucapku seraya mencubit pelan kedua pipinya lalu kabur sebelum ia mengamuk.
Aku berkali-kali menghela napas lalu menghembuskannya, berusaha menenangkan diri. Disana Sasuke sedang bersandar pada gerbang sekolah sambil menatap jalanan. Aku akhirnya menghampirinya. "Hai, sudah lama?" sapaku. Dia menengok padaku. "Tidak kok."
Kami berjalan berdampingan. Tapi ada jarak disana karena aku tak berani mendekat padanya.
Aku tak berani bertanya mau kemana kita, dan dia pun tak berkata apapun. Maka dari itu, hanya hening yang menemani perjalanan kami.
Setelah berjalan daritadi, aku bukannya tidak sadar, tapi ... ini benar jalan pulang ke rumahku 'kan? Apa Sasuke mau mengantarku pulang? Tapi kenapa? Jalan pulang kami 'kan berlawanan. Jika dia kemari, akan jarak ke rumahnya akan menjadi dua kali lipat lebih jauh, bukan?
"Mm ... Sasuke-kun?" Dia menoleh. "Kau ... mengantarku pulang?"
"Kenapa? Kau tak suka kuantar pulang?"
"Eh, b-bukan begitu ... hanya saja ... bukankah arah kita berlawanan? Kau akan lebih jauh saat pulang nanti." Aku menunduk, merasa merepotkan.
"Sudah sampai," ucapnya, membuatku menengadah kembali. Rumahku tepat disamping kami berdiri.
Dia mengacak pelan rambutku, tersenyum tipis. "Sesekali biarkan aku mengantarmu pulang. Kau selalu menolak ajakanku," ucapnya. Ada nada kesal disana. Tapi matanya melembut melihatku. Membuatku tak tahu harus membalas apa. Berhenti menatapku seperti itu! Kau selalu membuatku gugup ...
"Kalau begitu, aku pulang dulu." Dia berbalik, dan entah kenapa tanganku refleks menahannya.
"Mm ... t-terima kasih, Sasuke-kun ... maaf merepotkanmu ..."
Kali ini Sasuke-kun mencubit pipiku, membuatku mengaduh kesakitan. Hei, cubitannya benar-benar menyakitkan tahu! "Aduh, pelan-pelan dong! Sakit tahu!" protesku, melupakan rasa gugupku tadi.
Dia mendengus geli. Berkata, "Dah." Lalu membalikkan badan, mulai berjalan tanpa menatap kebelakang lagi.
Pipiku berdenyut, sakit ... tapi menyenangkan.
.
.:0o0:.
.
#Don't forget to vote and comments! It's mean a lot to me!#
.
#Thank you!#

KAMU SEDANG MEMBACA
Ours
Fanfic-FIVE- Saat kupikir kau telah pergi... tapi ternyata pada akhirnya kau kembali dan menghancurkan pertahanan yang selama ini sudah susah payah kubuat. ✴️ Kau berbahaya. Sangat berbahaya. Aku harus menjauh darimu. Tapi sayangnya tubuh dan hatiku meno...