🌸 28 🌸

881 100 2
                                    

Aku berhenti. Memaksanya untuk berhenti. 

Dia menatapku. "Kenapa?"

Aku menghindari tatapannya. "Tolong lepaskan." Tapi dia tidak bergeming. "Kenapa kau melakukan ini padaku?" tanyaku pelan.

"Kudengar kau sakit, jadi aku ingin mengantarmu pulang. Apa ada yang salah dengan itu?" Ada.

"Aku bisa pulang sendiri ... tolong lepaskan." Aku berusaha melepaskan tangannya, tapi genggamannya tak melonggar sama sekali.

"Tak akan kulepaskan. Ada apa denganmu?" Raut wajahnya mengeras. Dia tak suka aku melakukan ini.

Aku terdiam, bingung mau menjawab apa. Aku hanya ingin menghindarinya. Tapi kenapa dia terus datang dan menghancurkan hidupku?

"Aku ... hanya ingin pulang sendiri ... "

"Aku antar."

"Tidak usah, aku ... " Oh, sial. Kepalaku sakit lagi karena terlalu banyak berpikir. Tapi aku masih berusaha melepaskan tangannya disaat kepalaku sedang kunang-kunang. Kumohon jangan pingsan. "Lepaskan aku, Sasu ... ke ..."

Dan aku pingsan.

.

.:0o0:.

.

Aku mengernyit. Kepalaku berdenyut sakit. Hal pertama yang kulihat adalah langit-langit kamar seseorang dan dia disampingku.

Dia membantuku untuk duduk. "Kau tak apa?" tanyanya. Raut wajahnya menyiratkan rasa khawatir menatapku. Tapi aku tak menjawab. Sibuk memperhatikan sekeliling. Jangan bilang ini ... "Ini apartemenku. Aku tak tahu sandi apartemenmu, jadi kubawa kau kesini." Dia membawaku ke apartemennya. Dan sekarang aku ada di kamarnya. Tidur di kasurnya.

"Maaf, aku ... merepotkanmu ya ..." ucapku pelan, tak berani melihatnya. Aku merasa benar-benar memalukan saat ini.

Dia bangkit, mengambil sesuatu yang kurasa itu adalah obat. "Minumlah." Aku menurutinya. "Ah, aku lupa menanyakan kau sudah makan belum."

Aku mendengus. "Telat. Aku sudah meminum obatnya." Aku cemberut menatapnya. Dan dia ternyata sedang tersenyum menatapku. 

"Akhirnya kau tersenyum." Pipiku memanas, tentu saja. Dia selalu tahu cara meluluhkan hatiku. Menyebalkan.

.

.:0o0:.

.

"Terima kasih sudah mengantar dan ... merawatku, Sasuke-kun ..."

"Kau bisa naik sendiri?"

Aku mengangguk. "Tenang saja. Kau sudah cukup membantuku."

"Hn. hati-hati." Aku tersenyum padanya sebelum keluar dari mobilnya. Aku melambaikan tangan padanya, tapi dia belum pergi sampai aku masuk ke apartemenku.

Aku ingin menghindarinya, tapi dia tak pernah pergi dari hidupku. Aku mendesah pelan, menjatuhkan diriku ke atas kasur.

"Ayolah, Sakura ... sampai kapan kau akan terus seperti ini?"

.

.:0o0:.

.

#Don't forget to vote and comments! It's means a lot to me!#

.

#Thank you!#

OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang