1. Amplop Cokelat dari Semarang

10.8K 445 11
                                    

Pradnya Pramitha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pradnya Pramitha

Anya baru saja pulang dari kampus dengan ojek online yang senantiasa mengantarnya pulang-pergi dengan selamat dikalau macet menerjang padatnya jalanan. Dengan terburu-buru, ia melepaskan helm dan menyerahkan selembar uang seratus ribu rupiah kepada pengemudi ojek online yang mengantarnya barusan.

"Mbak, kembaliannya?" tanya pengemudi ojek online tersebut seraya menerima helm yang diberikan Anya. Sedangkan Anya nampak sibuk dengan barang bawaannya yang ada di kedua tangannya.

"Ambil saja kembaliannya, Mas." Setelah mengatakan itu, Anya langsung berlari seraya membawa tas jinjing yang berisi laptop di tangan kirinya dan menenteng seplastik buah mangga di tangan kanannya. Membeli buah mangga sepulang dari kampus kini sudah menjadi kebiasaan baru bagi Anya, tentunya karena saat ini memang sedang musim mangga. Maka dari itu, hampir setiap hari ia akan membeli buah mangga sebagai buah tangan sepulang dari kampus.

Anya berlari kencang ke arah garasi dan menuju pintu samping rumahnya, karena ada suatu keperluan yang harus segera ia tuntaskan yaitu buang air kecil. Anya bahkan sudah menahan buang air kecil sejak perjalanan pulang sampai perutnya terasa nyeri, oleh karena itu ia sangat buru-buru untuk segara masuk ke dalam rumahnya.

Setelah menuntaskan buang hajat kecilnya, Anya langsung melangkah menuju dapur untuk mengupas buah mangga yang tadi ia beli.

"Sudah pulang, Kak? Bunda kok nggak tahu ya? Kakak lewat mana?" tanya Dian—bundanya Anya, yang tiba-tiba muncul karena mendengar suara kasak-kusuk dari dapur. Rupanya, putri sulungnya itu sedang mengupas buah mangga.

"Sudah, Bun." jawab Anya dengan memperlihatkan deratan gigi putihnya, lalu mencium tangan sang Bunda. "Tadi lewat pintu samping, Bun. Abis itu langsung lari ke kamar mandi. Hehe." 

"Pikir Bunda maling tadi," kata bunda, lalu Bunda memilih duduk di sebelah Anya dan mencomot mangga yang sudah Anya potong-potong kecil di piring. "Kamu itu kebiasaan banget beli mangga terus akhir-akhir ini."

"Kemarin Anya nggak beli kok, Bun." Sanggahnya sambil mencomot potongan buah mangga.

Bunda hanya terkekeh ringan sambil menikmati potongan buah mangga. "Oh iya Kak, tadi ada kurir yang anterin amplop buat kamu, nggak tahu isinya apa." kata Bunda sambil mencomot lagi potongan buah mangganya.

"Amplop dari siapa, Bun?" tanya Anya penasaran dengan alis yang saling bertaut.

"Sebentar, Bunda ambilkan dulu." Setelah itu Bunda bangkit dari duduknya dan mengambil amplop tersebut.

Tidak lama kemudian Bunda berjalan mendekat ke arah Anya sambil membawa sebuah amplop berwarna cokelat di tangannya. "Nih. Bunda mau nganterin Adek ke tempat bimbel dulu ya, Kak." kata Bunda seraya menyerahkan amplop cokelat itu kepada Anya.

"Iya Bun, hati-hati." Setelah Bundanya pergi untuk mengantar Lula—adik perempuan Anya. Anya langsung membawa sepiring potongan mangga dan amplop cokelat tersebut ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Anya langsung membawa amplop cokelat itu ke kasurnya dan membaca alamat pengirim dari amplop cokelat tersebut. Anya sangat penasaran siapa yang mengiriminya amplop itu, karena sejauh ini belum ada seorangpun yang dengan sengaja mengiriminya amplop melalui kurir seperti ini. Jadi, Anya sangatlah antusias ingin segera mengetahui isi dari amplop cokelat tersebut sekaligus penasaran dengan siapa pengirimnya.

Setelah selesai membaca nama pengirim amplop cokelat itu, jidatnya berkerut tajam untuk mencoba mengingat apakah ia memiliki kenalan yang tinggal di luar kota. Nampaknya ingatannya tidak berhasil menemukan titik terang, karena Anya masih tidak mengenali seseorang tersebut.

Setelah membaca nama pengirim amplop cokelat tersebut, bukannya menemukan jawaban atas kebingungannya, Anya justru semakin dibuat kebingungan sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membaca nama pengirim amplop cokelat tersebut, bukannya menemukan jawaban atas kebingungannya, Anya justru semakin dibuat kebingungan sendiri. Siapa Bara itu? Seingatnya dia tidak pernah memiliki teman, saudara ataupun kenalan jauh yang bernama Bara. Apalagi kenalan luar kota yang tinggal di Semarang.

Lalu siapa Bara ini?

Akhirnya dengan rasa penasaran, Anya langsung membuka amplop cokelat tersebut. Ia lalu merogoh isi yang ada di dalam amplop cokelat itu dan menemukan sebuah undangan dan selembar surat.

BERSAMBUNG...

Selamat membaca semuanya.

Sabtu, 22 Februari 2020 | salam, tmsky

Yang Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang