•Raga Satya Pandega•

26.2K 1.5K 147
                                    

"Mengenal kamu adalah hal yang terindah dalam hidupku. Namun bersamamu adalah haluku yang terlalu tinggi."

**

Raga Satya Pandega.

Pria blesteran yang memiliki pawakan badan proposional dengan kornea mata yang berwarna biru. Pria ini menjadi incaran seluruh murid perempuan di seluruh penjuru sekolah SMA Cempaka.

Hari ini adalah hari pertamanya masuk ke sekolah setelah libur panjang. Minggu kemarin siswa/i yang diterima di sekolahannya mengikuti kegiatan MPLS. Raga membenarkan rambutnya sesaat dia turun dari motornya. Beberapa siswi yang ada di koridor sekolah menatap Raga dengan penuh kekaguman. Para wanita itu benar-benar sangat memuja-muja Raga.

Raga hanya menunjukkan senyuman singkat kepada beberapa gadis yang ada di Koridor sekolah. Pria itu juga tidak segan untuk menyapa para siswi baru yang sekarang menjadi adik kelasnya. Satu tingkat lebih tinggi dari mereka menjadikan pria itu lebih percaya diri karena ketampanannya.

Cowok dengan rambut ke atas itu menghentikan langkahnya tepat di depan mading. Mencari di mana dia akan masuk kelas. Bodohnya Raga malah membaca deretan nama anak kelas sepuluh. Dia berhenti di nama yang selalu dia ingat sejak dulu.

Kayla Aina Agusta : X IPS 2

Raga termenung sejenak setelah membaca nama itu. Kemudian dia beralih pada nama-nama kelas sebelah. Ternyata pria itu berada di kelas XI IPS 4. Pria itu tersenyum bangga dengan pencapaiannya.

"Apa yang gue bilang. Gue tuh emang nggak bego-bego amat. Faktanya gue sekarang ips 4," ujarnya dengan senyuman yang terus mengembang.

"Hala, naik satu level aja bangga lu."

Raga menoleh ke samping. "Yaiyalah, gue tuh bangga karena ternyata gue nggak bego-bego amat. Gue yakin nih sama lo pada. Kalian pasti tetep di ips 5 kan, ngaku aja sama gue."

Bayu yang juga teman Raga itu menoyor kepala pria itu, membuat Raga mengadu kesakitan.

"Gini-gini aja ya, Ga. Kita ini kayak soulmate. Ke manapun lo pergi, pasti kita ngikut," ucap Bayu.

Raga mengerutkan dahinya menatap kedua temannya yang sekarang tersenyum padanya dengan alis yang mereka naik turunkan. "Maksud, lo pada?"

"Kita sekelas lagi, Bro!" seru Bagas.

Bagas dengan sangat ceria merangkul temannya itu. Raut wajah Raga langsung berubah menjadi orang yang malas. Berkali-kali menghelakan napas berat. Berkali-kali pula Raga memutar bola matanya.

"Btw, Haikal juga satu kelas lagi sama kita," lanjut Bagas.

Untung saja Haikal satu kelas dengannya. Raga jadi tidak akan begitu bosan jika mendengar ocehan Bayu maupun Bagas yang terkenal membosankan itu.

...

Gadis cantik dengan rambut panjang bergelombang itu terlihat begitu cantik. Beberapa pria menatapnya dengan kagum. Namun juga ada siswi lain yang juga iri dengan gadis itu. Sebut saja kakak kelasnya. Di hari pertama gadis itu mengikuti MPLS, kakak kelas wanitanya sudah banyak yang was-was. Mereka takut jika pacar mereka akan direbut oleh gadis itu.

Gadis itu memasuki kelas X IPS 2 yang terlihat begitu ramai karena mereka sedang mencari tempat duduk dan sedang sibuk berkenalan dengan teman satu sama lain. Ia berjalan lalu duduk di samping gadis dengan rambut ikal yang ada di pojok kelas.

"Hai, kamu Nasya, kan?"

Cewek berambut ikal itu menoleh ke arahnya dan tersenyum tipis pada gadis itu. "Iya. Kenapa, ya?"

"Kita, satu gugus, waktu MPLS. Cuma kita nggak terlalu dekat karena kamu sama temen kamu," tutur gadis itu.

Gadis itu terlihat sedang berpikir keras. "Sebentar.."

Nasya masih menatap jeli gadis yang ada di hadapannya sekarang. "Kamu ... Kayla, kan? Cewek yang direbutin kakak pembina kemarin."

Kayla mengerutkan dahinya. Selalu seperti ini. Jika ingin memulai sesuatu, selalu ada saja yang mengingatkan dia jika beberapa pria sering membuatnya jengah karena terus merebutkannya.

"Yang diingat harus itu, ya?" tanya Kayla.

Nasya tersenyum pada gadis itu. "Iya, maaf. Lagian tuh wajah kamu gampang diingat. Karena banyak banget kakak senior yang lagi ngomongin kamu. Apalagi senior cowok."

Kayla mengangguk seraya tersenyum pada Nasya. Tak lama kemudian, wali kelas mereka masuk ke dalam kelas. Beliau meminta untuk masing-masing anak memperkenalkan diri mereka di depan kelas.

Tak lama kemudian, giliran Kayla yang maju untuk memperkenalkan dirinya. Semua siswa bersorak melihat betapa cantiknya gadis dengan alis tipis, bibir berwarna sedikit pink dengan kulit yang begitu bersih dan putih. Gadis itu tersenyum di depan semua anak.

"Hai, nama aku Kayla Aina Agusta. Kalian bisa panggil aku Kayla."

Bu Ema selaku wali kelas ikut tersenyum melihat gadis di depan itu tersenyum begitu manis. Lalu beliau mempersilahkan Kayla untuk duduk kembali di bangku. Nasya tersenyum pada Kayla.

...

Nasya dan Kayla sekarang sedang berada di lapangan basket sekolah. Mereka menonton anak cowok sedang bermain basket. Di tengah sana juga ada Raga yang juga sedang bermain basket. Nasya tampak heboh sendiri ketika menonton basket itu. Ada juga beberapa cewek yang sedang meneriaki nama salah satu anak di tengah sana. 'Genta' nama itu paling ramai disoraki oleh cewek-cewek.

Bugh.

Kayla meringis kesakitan saat kepalanya terkena bola basket itu.

"WOII, LEMPAR BOLANYA!" pekik Raga.

Kayla mendongakkan kepalanya lalu gadis itu berdiri dari tempat duduknya setelah mengambil bola basket yang ada di sampingnya. Gadis itu berjalan ke tengah lapangan dan sekarang dia sudah berhadapan langsung pada Raga.

Raga sempat terdiam karena dia melihat sosok yang selama ini ia cari. Kayla menatapnya dengan tatapan kesal, sebal campur aduk.

"Nih bolanya!" seru Kayla.

Kayla melempar bola itu pada dada bidang Raga. Cowok itu meringis kesakitan. Seluruh penonton ikut melongo melihat Kayla. Dan pemain lainnya hanya memandang heran pada gadis yang tengah berada di dalam lapangan permainan itu.

"Kalau nggak bisa main tuh gak usah main. Malah nyakitin orang lain tahu nggak," lanjutnya dengan memaki Raga.

Raga mendongakkan kepalanya menatap gadis yang saat ini mendumel tentangnya. Raga tersenyum mendengar suara Kayla.

"Ngapain senyum-senyum? Sakit jiwa? Perlu aku telponin rumah sakit jiwa?" tanya Kayla.

Raga menggelengkan kepalanya. Lalu cowok itu menepi ke samping lapangan dan mengambil benda pipih yang ada di samping Haikal. Kayla hanya menatapnya bingung sedikit terasa pusing karena cowok itu sudah membuatnya sakit kepala.

"Minta nomor telpon lo aja," todong Raga.

Kayla menganga sesaat Raga menyodorkan ponsel hitam itu di hadapannya. "Aku gak bisa ngasih nomor telpon aku ke sembarang orang."

Raga tersenyum penuh arti. "Mulai sekarang lo pacar gue. Sekarang, tulis nomor telpon lo."

...

Hailooo! Follow juga yuk Ig raga dan Kayla! Supaya kalian bisa lebih dekat dengan mereka!

1. @ragapandega
2. @kaylaagsta

And about ma story'
@xxcloudiix

See u next time gaisss!💛

RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang