4.7

2.8K 182 36
                                    

Happy reading!💛

“Kita bakalan tetap sama-sama terus. Gak akan ada yang boleh pisahin kita.”

...

Malam ini, Kayla hanya berada di rumah. Menyiapkan buku-buku pelajaran untuk besok, mengerjakan tugas, dan bermalas-malasan, itu sudah menjadi kebiasaan bagi Kayla.

Dia tidak suka jika harus kelayapan seperti orang tidak punya rumah yang pulang hampir dibawah jam 12. Tidak, Kayla benar-benar tidak suka hal itu.

Sejenak tangannya yang sejak tadi menulis terhenti. Dia teringat ucapan Raga yang mengatakan sendiri jika kemarin malam dia mabuk hanya karena Kayla memutuskannya.

"Laki-laki bodoh!" maki Kayla yang belum terucapkan tadi.

Kayla tak pernah menyangka Raga akan melakukan hal seperti itu hanya karena dia putuskan. Bagaimana jika nanti Raga ditinggal Kayla menikah dengan orang lain? Sudah dipastikan cowok itu akan bunuh diri.

"Dek!"

Kayla tersentak. Dia menoleh ke arah ambang pintu. Baron, kakaknya itu sekarang berjalan mendekat ke arahnya.

"Biasakan ketuk pintu sebelum masuk, Laron!" gumam Kayla.

"Iya besok-besok deh kalo gue mau ke sini lagi, gue ketuk pintu," balas Baron.

"Lo mau ngapain ke sini?" tanya Kayla.

Baron terdiam. Tak menjawab pertanyaan Kayla. Tapi cewek itu bisa melihat di mata Baron, jika cowok itu sedang merasakan kebingungan sekarang.

"Kenapa? Pacar lo minta putus? Emang kalo udah jomlo akut tuh gak bisa punya pacar lagi," lanjut Kayla dengan meledek.

"Durhaka amat lo jadi adik!" hardik Baron.

Kayla merotasikan matanya. Sebenarnya apa yang diinginkan kakaknya ini di dalam kamarnya? Kayla benar-benar terganggu dengan kehadiran Baron.

"Emang beneran ya kalo Raga yang udah bikin Dista pergi?" tanya Baron tiba-tiba.

Kayla terkejut. Bibirnya seketika membisu. Entah dari mana cowok itu tahu tentang masalah yang saat ini masih belum ada jalan keluarnya sama sekali.

"Lo udah tahu kan? Kenapa lo belum ngasih tahu gue?" lanjut Baron.

"K-kak, papa sama mama sebelum tahu kan?" tanya Kayla balik.

Baron menggeleng. Dia tidak bodoh sampai harus mengatakannya pada mama dan papanya. Baron juga mengerti jika dia harus mencari kebenarannya dahulu.

"Gue masih cari tahu kebenarannya. Tadi gue dikasih tahu sama temen gue, dia sepupunya Abi, kemarin malam dia ikut acaranya Abi dan lihat semuanya," jelas Baron.

"Kak, tolong banget ya, jangan kasih tahu papa sama mama dulu. Aku juga marah kak sama Kak Raga," kata Kayla.

Baron mengangguk pelan.

"Terus? Emang bener Raga pelakunya?" tanya Baron lagi.

Kayla mengedikkan bahunya. "Dia bersih kuekueh bantah semua itu, Kak. Dia bilang, kalo dia bakalan cari orang yang udah ngefitnah dia dan bikin Kak Dista pergi."

Baron memijat pangkal hidungnya sebentar. Persetan dengan masalah yang menjebak pikiran semua orang.

"Gue percaya banget sama Raga. Gue yakin bukan dia orangnya. Meskipun gue juga kaget kalo dia kenal sama Dista, tapi gue yakin dia gak sejahat itu orangnya," tutur Baron.

"Tapi kalo dia emang ngelakuin itu, gue bakalan kasih pelajaran yang setimpal buat dia. Lo harus jauhin dia, Kay. Gue gak mau adik gue satu-satunya pergi juga. Gue emang gak sebaik kakak di luar sana, tapi satu hal yang lo tahu ..." ucapan Baron menggantung.

RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang