0.8

6.3K 472 38
                                    

"Kadang, orang memang harus selalu membela diri. Karena apa? Agar dia tidak ditindas seenak hati saat apa yang tidak dia lakukan menjadi kesalahan yang harus dia terima."

...

Deruman motor itu terus terdengar di setiap sudut jalanan. Dari arah kiri dipimpin oleh Raga dari sekolah SMA Cempaka dan sisi arah kanan dipimpin oleh laki-laki dengan bandana merah di atas kepalanya. Mereka saling melemparkan pandangan sinis diantara dua belah pihak.

Raga dan seluruh pasukannya menghentikan motor dan berjalan kearah tengah arena. Pihak kedua juga melakukan hal yang serupa.
Pria berbandana merah itu tersenyum miring dan melipat tangannya di depan dada menghadap Raga.

"Gue denger lo udah ketemu sama cewek yang lo cari," ucap pria itu.

"Gak usah banyak omong. Apa yang lo mau dari gue?" todong Raga.

"Santai, Ga. Gue temen lo, Kan?"

Raga tersenyum miring. "Dulu lo emang temen gue. Sekarang gak lagi, Lang."

Pria yang diketahui namanya Galang itu hanya melempar senyuman yang tak bisa diartikan oleh Raga.

"Lo tahu, Kayla pacar lo sekarang ada di basecamp anak Liberty."

Rahang Raga mengeras mendengar itu. "Jangan apa-apain Kayla! Dia gak tahu apapun tentang ini."

"Santai, Ga. Dia gak gue apa-apain. Cuma tadi gue megang pipinya. Abisnya dia cantik, Ga. Lo dapet dari mana cewek kayak gitu?" balas Galang.

Mendengar itu, Raga langsung mencengkram krah baju sekolah Galang dengan tatapan marah.

"Gue bilang jangan pegang dia, bangsat!" pekik Raga.

Bugh!

Raga mendorong Galang hingga pria itu terjatuh.

Raga mendekat dan melemparkan beberapa pukulan mendarat pada beberapa bagian wajah Galang.

Bayu dan Haikal langsung menarik Raga. Karena jika mereka tidak melakukannya, bisa jadi Galang akan kehilangan nyawanya.

"Sekali lagi lo megang Kayla, gue pastiin lo gak akan bisa bernapas lagi!" Raga memberi peringatan untuk Galang.

Galang hanya tersenyum sinis. Pria itu sekarang berada pada pegangan teman-temannya. "Dia cantik, Bro! Gue gak bisa nahan buat gak pegang dia."

"Bangsat!" pekik Raga.

Saat itu juga Raga akan memukul Galang. Namun itu tidak terjadi karena Haikal menghentikannya.

"Gak usah manas-manasin Raga lagi, Lang. Sekarang kasih tahu di mana Kayla," timpal Haikal.

"Siapa yang manas-manasin Raga, hah?" tanya Galang.

"Lo tahu Raga gak akan bisa nahan emosinya kalau ada yang manas-manasin dia. Gak usah memperpanjang. Cukup lo kasih tahu di mana Kayla dan semua akan selesai," balas Haikal.

Galang tersenyum miring mendengarnya. "Lo dari dulu masih mau aja jadi pembantunya Raga."

"Galang!" teriak Raga.

Seketika Raga maju dan langsung memukul Galang dengan terus-menerus. Liberty mencoba untuk menjauhkan Galang dari Raga begitu juga dengan pasukan Raga yang melerai pertengkaran itu.

"Kak Raga!"

Raga menghentikan pukulannya sesaat mendengar suara gadis itu. Semua orang berbalik ke belakang pasukan Liberty.

Kayla berlari ke arah Raga.

Kayla jatuh dipelukan Raga yang saat ini tubuhnya dipenuhi dengan keringat karena pertengkaran tadi. Gadis itu menangis tanpa henti. Seharusnya tadi Raga mengantarnya pulang. Bukan meninggalkannya.

RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang