"Lalu, apa gunanya gue disini?"
...
Sambungan terputus. Kayla hanya bisa menghelakan napasnya pasrah. Jika berdebat dengan Raga, Kayla selalu kalah. Karena pria itu yang selalu menang. Tetapi setidaknya, malam ini dia sudah mendengar suara pria itu.
Setelah sambungan telpon itu terputus, tak ada lagi obrolan mereka malam ini. Tak ada chat ataupun sebagainya. Sudah hampir pukul dua belas lewat namun Kayla masih belum bisa tidur juga. Entahlah mungkin Kayla masih memikirkan kejadian tadi siang di sekolah.
Drt.
Kayla membuka ponselnya dengan gerakan malas. Mungkin dia belum tidur, namun raganya sudah mulai kecapean untuk melakukan aktivitas.
Raga
Lo belum tidur? Kenapa?Kayla hanya membacanya tanpa ada niatan untuk mengirimi cowok itu balasan dari pesan singkatnya.
Dan tanpa Kayla sadari kini jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua dini hari. Dan itu tandanya dia tak tidur sama sekali.
Drt.
Kayla mendengus kesal. Ponselnya kembali berbunyi.
Raga
Buka jendela kamar lo sekarang.Kayla membulatkan kedua matanya. Kini tatapannya tertuju pada jendela dengan dekor berwarna putih yang semakin menambah kesan elegan nya.
Tanpa basa basi lagi, Kayla berjalan dan memenuhi semua perkataan Raga.Kayla membulatkan matanya saat melihat punggung seorang pria yang berdiri tepat di depan jendela kamarnya.
"Kak Raga ngapain kesini?" tanya Kayla.
"Mau liat lo. Kenapa gak tidur?" tanya balik Raga.
Kayla hanya menganga.
"Lo gak bisa tidur kenapa?" tanyanya ulang.
"Eng-enggak Kak, aku cuma-"
"Cuma apa?" potong Raga.
"Aku laper Kak, makanya gak bisa tidur." Bohongnya.
"Mau makan?" tanya Raga.
"Ini kan udah malam. Lagian, stok makanan di rumah ku juga udah abis," jawab.
Raga memperhatikan Kayla dengan tatapan dingin yang menusuk. Alisnya terangkat satu. "Lalu, apa gunanya gue di sini?"
Kayla merengutkan dahinya. Masih mencerna apa yang diucapkan oleh Raga beberapa detik itu.
"Ini buat lo,"lanjutnya dengan menyodorkan sebungkus sate ayam yang baru saja dia beli. "Gue tahu, lo gak bisa tidur karena lapar."
Kayla menerimanya. "Kak Raga tahu darimana?"
"Itu udah bukan rahasia lagi, Kay," ucapnya dengan tersenyum.
"Semua cewek memang begitu. Gak bisa tidur karena lapar. Nanti kalau tiba-tiba dia gendut, pasti bakalan marah-marah sendiri. Nyalahin semua orang yang ada di dekatnya. Padahal, dia sendiri yang bisa kontrol dirinya sendiri," lanjut Raga.
Kayla terkekeh pelan. Bagaimana mungkin seorang Raga bisa begitu tahu semua tentang perempuan yang bahkan Kayla sendiri sebagai wanita sepenuhnya, belum tahu segalanya.
Sepanjang yang Kayla tahu, Raga itu bukan cowok yang neko-neko atau bisa dibilang dia cukup cuek dengan keadaan. Begitu yang Kayla dengar dari teman-teman nya. Namun semuanya terasa berbeda saat Kayla sendiri berada di dekat pria dengan wajah yang hampir sempurna itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raga
Teen Fiction(OPEN PRE ORDER) ⚠️ RAGA MASIH BISA DIPESAN DI RDIAMOND PUBLISHER "Gue udah pernah bilangkan sama lo. Gue egois kalo sama orang yang gue sayang. Apapun yang udah gue genggam gak kan gue lepas buat orang lain," kata Raga. ... Raga Satya Pandega. Ket...