0.2

15.8K 992 75
                                    

"Beri tahu saya kalau kamu sudah mulai memiliki perasaan itu untuk saya."

...

Hari-hari berikutnya terasa sangat mengerikan. Raga selalu memperhatikan gerak-gerik Kayla dari jauh yang semakin membuatnya merasa jika hidupnya tidak aman hanya karena Raga selalu memperhatikannya.

Kayla keluar dari kamarnya. Rumahnya sangat sepi semenjak Dista-kakak perempuan Kayla meninggal 2 tahun yang lalu.

Papanya lebih memilih menghabiskan waktu di luar rumah. kakak laki-lakinya itu lebih suka menghabiskan waktunya untuk hura-hura dan menghabiskan uang orang tuanya.

Untung saja masih ada mamanya yang selalu memberikan perhatian lebih untuknya. Meskipun Kayla tetap menjadi nomor dua di keluarganya.

Kayla selalu berpikir kenapa bukan dia saja yang meninggal. Kenapa harus kakaknya kalau Kayla tahu jadinya seperti ini. Kayla selalu menjadi nomor dua di keluarga ini.

Tak ada yang pernah peduli dari dia kecil hingga saat ini. Kayla selalu mencari kebahagiannya sendiri yang itu juga belum tentu bisa membuat Kayla bahagia.

Kayla berangkat ke sekolah dengan naik bus kota. Namun di tengah perjalanan gadis itu berpikir untuk tidak masuk hari ini. Kayla butuh udara segar untuk melupakan kejadian yang masih di ingatannya.

Kayla turun di halte yang seharusnya bukan tempat berhentinya. Dia berjalan menjauh dari halte itu. Beberapa langkah ke depan, ada sebuah motor yang mendekatinya.

"Mau bolos?"

Kayla menoleh. Lagi-lagi dia harus bertemu dengan cowok yang sangat ingin Kayla hindari. Raga. Kenapa cowok itu selalu ada di manapun Kayla pergi. Raga itu kayak cenayang bagi Kayla. Selalu tahu ke manapun gadis itu pergi.

Kayla melanjutkan langkahnya.

"Ets, gue belum selesai ngomong." Raga menghentikan langkah gadis itu.

Kayla menghentikan langkahnya lalu berbalik pada cowok itu. "Kak Raga tuh kenapa sih selalu ada di manapun aku pergi?! Kak Raga tuh kayak cenayang tahu nggak."

Raga tersenyum melihat ekspresi kesal yang tergambar jelas di wajah cewek itu. Raga selalu menyukai ekspresi itu.

"Gue dari tadi ngikutin lo. Dari lo keluar rumah sampai lo di sini," balas Raga.

Kayla sedikit menganga mendengar penjelasan Raga. "Kak Raga tahu di mana rumah aku?"

Cowok yang sekarang duduk di atas motor itu mengangguk.

"Kak Raga ngintilin aku, ya? Ish, jadi cowok suka banget sih kepoin orang. Udah nge-add line aku lagi. Aku tuh nggak mau punya kontaknya Kak Raga," lanjut Kayla dengan suara ketusnya.

Raga mengorek kupingnya seakan-akan tidak mendengar ucapan gadis itu. Dan itu membuat Kayla semakin kesal pada cowok itu.

"Kak Raga denger nggak sih?" geram Kayla.

"Jadi bolos nggak nih. Ini udah jam tujuh lewat sepuluh menit," gumam Raga.

Kayla langsung menarik lengan tangan Raga yang terlihat memakai jam tangan dan benar saja, Kayla sudah melewatkan sepuluh menit berharganya hanya untuk mengobrol dengan cowok ini.

"Seneng banget megang tangan gue," sindir Raga.

Kayla yang menyadari itu langsung mengibaskan tangan Raga. "Apaan sih. Udah ah aku mau pergi."

"Mau bolos ke mana? Biar gue yang nganterin."

Kayla menautkan alisnya berpikir. "Beneran mau nganterin?"

RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang