1.0

6.3K 419 57
                                    

"Gue gak akan cari cewek lain. Gue tuh tipe cowok yang setia. Jadi gue hanya akan buat satu cewek darah tinggi dan itu lo!"

...

Saat ini Ervan berada di depan gerbang rumah Kayla. Pria itu mengantar Kayla setelah dua jam berada di dalam sebuah cafe untuk mempersiapkan Olimpiade untuk beberapa bulan ke depan.

"Makasih ya, Van," ucap Kayla.

Pria itu menganggukkan kepalanya.

"Gue langsung pulang ya, Kay. Salam juga buat orang tua lo," ujar Ervan.

"Iya, nanti gue sampain."

Setelah itu Ervan menyalakan mesin motornya dan menjauh dari rumah Kayla. Gadis itu melangkahkan kakinya untuk memasuki rumahnya.

"Kayla!"

Kayla menghentikan pergerakannya. Lalu membalikkan badannya dan mendapati Raga sekarang berada di belakangnya.

"Lo habis dari mana?" tanya Raga.

"Aku habis keluar sama Ervan. Belajar bareng, Kak."

Raga mendekatkan jarak mereka. "Kay, mungkin tadi siang gue biarin lo jalan sama cowok lain. Tapi lain waktu, gue gak akan biarin lo jalan sama cowok selain gue."

"Maksud Kak Raga?" tanya Kayla.

"Lo masih ingatkan, gue pernah bilang ke lo kalau gue egois sama orang yang gue sayang."

Kayla menatap manik mata Raga. Sepertinya saat ini pria itu sedang serius. Tak ada tatapan jahil di sana.

...

"Berhenti di situ!"

Kayla menghentikan langkahnya, sesaat mendengar teriakan ibunya.

"Anak gadis pulang jam tujuh malam itu gak baik," ucapnya dengan berjalan memutar Kayla.

"Ma, aku kan tadi udah izin. Aku mau belajar bareng temen aku buat Olimpiade besok," sanggah Kayla.

"Jangan mencoba menyangga Mama, Kayla."

Kayla berdecak. Matanya terlihat sekali jika gadis itu malas menghadapi drama ini.

"Kamu habis keluar jalan sama selingkuhan kamu kan?" todong Mama Kayla.

Kayla mengerutkan dahinya. "Ma, selingkuh dari mana coba. Kayla itu gak punya pacar sama sekali."

"Jangan berdusta kau anak muda!" sanggah mama Kayla.

"Drama lagi," lirih Kayla.

"Tadi siang pacar kamu ke sini."

"Pacar?" beo Kayla.

Mamanya itu berdecak mengetahui anak perempuannya ternyata memiliki kadar peka yang sangat rendah.

"Raga kan pacar kamu. Cowok kamu tuh udah ganteng banget, baik pula sama mama dan papa. Kamu tahu, Kay, dia bisa bikin papa kamu senyum lagi kayak dulu sebelum Kak Dista ninggalin kita," jelasnya.

"Mama yakin Kak Raga ke sini?"

"Ck. Dibilangin juga gak percaya banget sih sama mama sendiri," decak mama Kayla.

Gadis itu hanya meringis. Kalau Kayla tahu Raga tadi ada di rumahnya, mungkin saja gadis itu akan mengganti hari untuk keluar bersama Ervan.

"Jangan berani nyakitin cowok. Apalagi pacar kamu itu ganteng banget lho, Kay. Sayang kalau lepas."

Kayla memutar bola matanya. "Mending mama aja yang jadian sama Kak Raga."

"Ya maunya juga gitu. Tapi kan usia mama udah gak muda lagi."

RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang