"Karena cewek itu makhluk yang susah ditebak."
...
Kayla masih menatap langit-langit kamarnya. Sesekali gadis itu ingat dengan sebuah janjinya di masa lalu. Dua tahun, isi kepala Kayla hanya memikirkan satu cara untuk mengungkap yang belum terungkap hingga sekarang.
Bagaimana strategi untuk mengungkap semuanya tanpa membuat orang lain tahu apa keinginan Kayla.
Disaat Kayla sedang memikirkan sebuah rencana, Raga sekarang sedang berada di dalam sebuah kamar yang ukurannya cukup luas bagi Raga.
Ya, beberapa hari lalu, pria itu sudah mulai tinggal di rumah orang tuanya. Bukan karena kemauannya, tapi semua ini adalah keinginan ayah Raga.
"Ga!"
Raga menoleh ke arah ambang pintu.
"Akhirnya lo pulang," lanjut Galang dengan berjalan ke arah Raga.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Raga dengan nada tak suka.
"Gue hanya ingin ngobrol gitu sama lo," jawab Galang dengan duduk di sebelah Raga.
"Apa yang mau lo obrolin?" tanya Raga lagi.
Galang tersenyum miring dan menjawab, "Gimana hubungan lo sama Kayla?"
Raga melirik ke arah Galang. "Ngapain lo nanya kayak gitu? Gue gak suka."
"Ck. Lo kalo ngomong to the poin banget ya. Gak pake basa basi dulu." decak Galang.
"Ngapain harus basa basi kalo sama lo. Gak guna."
Galang menganggukkan kepalanya pelan. Lalu pria itu mengeluarkan sebuah benda dari dalam sakunya.
"Kayla suka gelang gak?" tanyanya yang bisa membuat isi kepala Raga mendidih.
"Kenapa emangnya? Lo mau ngasih dia kado? Langkahin dulu mayat gue!" Raga dengan penuh penekanan.
Galang berdecak dan tersenyum miring mendengar jawaban Raga yang terdengar sangat posesif bilang menyangkut Kayla.
"Enggak. Tadi gue beliin gelang buat pacar gue. Di toko sisa dua gelang. Nah, gue gak tahu yang satunya mau gue kasih siapa. Gue kasih lo aja ya. Barang kali aja lo mau ngasih Kayla," katanya dengan menyodorkan gelang berwarna putih itu pada Raga.
Raga mengerutkan dahinya ketika melihat gelang itu.
Kayaknya gue pernah lihat tuh gelang deh. Tapi di mana ya? Batin Raga.
Raga mengambil gelang dan mulai meneliti gelang yang baru saja diberikan pada Galang.
Sedangkan Galang, pria itu hanya tersenyum sinis dengan satu alis yang terangkat ke atas.
"Kalo gitu, gue balik ke kamar. Jangan lupa kasih ke Kayla sebagai hadiah. Biar pacar lo seneng," Galang mengingatkan Raga sebelum dia pergi.
Galang berjalan menuju pintu kamar Raga. Tapi sebelum keluar, Raga menghentikannya.
"Thanks, Lang!" ucapnya.
Galang menoleh dan mengangguk.
...
Keesokan paginya, Kayla dan Nasya sudah duduk di sekitaran taman sekolah. Mereka sudah bersiap untuk melaksanakan olahraga.
"Oh ya, Kay. Minggu depan bakalan ada bazar sekolah," kata Nasya.
Kayla mengerutkan dahinya dan menoleh ke arah Nasya. "Bazar sekolah?"
Nasya mengangguk, lalu menjawab, "Iya bazar sekolah. Setiap satu tahun sekali SMA Cempaka biasanya bakalan ngadain bazar. Biasanya sih juga bakalan ada pensi gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raga
Teen Fiction(OPEN PRE ORDER) ⚠️ RAGA MASIH BISA DIPESAN DI RDIAMOND PUBLISHER "Gue udah pernah bilangkan sama lo. Gue egois kalo sama orang yang gue sayang. Apapun yang udah gue genggam gak kan gue lepas buat orang lain," kata Raga. ... Raga Satya Pandega. Ket...