Aku tidak tahu mengapa. Di depanmu aku seperti seorang pengecut.
🌠Retta duduk di sebelah kanan Indira, sedangkan di seberang sana, duduklah Melvin berhadapan dengan Indira. Sebelumnya, Retta tidak pernah deg-degan seperti ini kala kedatangan tamu ke rumah.
"Melvin, kenalin ini Retta. Dia anak angkat Ibu. Kurang lebih, empat tahun Ibu tinggal dengan Retta." Indira menyentuh tangan kiri Retta. Menatap Melvin dan Retta secara bergantian. Ada senyum kebahagiaan yang terlukis di wajah wanita itu. "Sekarang, Ibu udah punya dua anak. Dan Ibu harap, kalian berdua bisa saling menyayangi layaknya adik kakak."
"Tapi, dia kan bukan adik kandung Melvin, Bu! Kami enggak ada ikatan darah," ucap Melvin. Dia memang kurang suka terhadap Retta, apalagi setelah tahu fakta kalau Retta adalah anak angkat Ibu kandungnya.
Retta menatap ke arah Melvin sekilas. Dia sadar, raut wajah Melvin seolah mengatakan kalau cowok itu sangat tidak suka padanya. Jujur, hatinya sakit.
"Iya, Ibu tahu. Kalo kamu gak mau menyayangi Retta sebagai adik angkatmu, gak papa. Kamu bisa menyayanginya sebagai seorang cewek," ucap Indira sambil menahan senyumnya. Dia memang tidak tahu mengenai perasaan dua remaja itu.
"Ibu ...," desis Melvin tak suka atas ucapan ibunya.
Retta menunduk. Dia mencoba menggigit bibirnya. Dia takut air matanya jatuh. Dia benar-benar tidak ingin terlihat bodoh di depan Melvin.
"Oh iya, Ibu tidak mungkin salah lihat, kan? Tadi, di sekolah, Retta kenapa kamu berlutut di depan Melvin? Apa kalian memang sudah saling kenal?" tanya Indira penasaran.
Mata Retta sedikit terbelalak. Akhirnya, satu pertanyaan yang Retta takuti hari ini sudah mengudara dari Indira. Retta bungkam. Dia terlihat bingung untuk menjelaskan pada Indira. Dia tidak tahu harus bilang apa pada Indira.
Melvin sadar kalau Retta kebingungan untuk menjawab. Oleh sebab itu, Melvin lah yang menjawab, "Mungkin, dia gak sengaja terjatuh di depan Melvin, Bu."
Melvin sebenarnya tidak berniat membohongi Indira, namun, dia melakukan itu agar tidak membebani Indira setelah tahu kalau Retta berutang padanya.
"Beneran, Rett?" tanya Indira memastikan.
Ragu-ragu Retta mengangguk. Dia tidak punya pilihan lain. Dia tidak ingin Indira tahu atas kelakuan bodohnya itu. Dia tidak ingin Indira tahu kalau dia sengaja berlutut di hadapan Melvin, layaknya seorang cewek yang tidak punya harga diri.
Melvin melirik jam tangannya. Lalu kembali menatap ke arah Indira. Dia tahu ini terlalu cepat, tapi, dia harus segera pamit. "Bu, Melvin bentar lagi ada les untuk persiapan ujian nasional dan SBMPTN. Jadi, Melvin pamit ya, Bu. Mungkin nanti malam Melvin akan ke sini lagi. Dan ada banyak hal yang ingin Melvin bicarakan sama Ibu nanti malam."
Indira mengangguk. Dia memakluminya. Dia tahu putranya itu sudah kelas dua belas dan otomatis sibuk belajar untuk persiapan ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi. "Ya udah, pergi sana. Belajar yang rajin, ya! Oh iya, kamu bisa ke sini kapanpun kamu mau. Ini rumah kamu juga, Nak."
Melvin tersenyum. Hatinya menghangat. Sejak berpisah dengan ibunya, inilah pertama kalinya dia kembali merasakan kebahagiaan. Dia senang sekali rasanya diperhatikan oleh Indira. Selama ini, dia memang haus kasih sayang ibunya. Dan sekarang, dia kembali mendapatkannya.
Retta menatap Melvin diam-diam. Tidak ada tatapan tajam di mata cowok itu kala menatap Indira. Itu hal langka, tatapan teduh itu, dan juga senyum bahagia itu. Retta pernah bermimpi, kalau tatapan dan senyum seperti itu akan tertuju padanya. Nyatanya, itu hanya mimpi saja. Di tengah lamunannya, Melvin menatap ke arahnya. Tentu saja bukan dengan tatapan teduh.
"Sepertinya kita perlu bicara sebentar," ucap Melvin pada Retta setelah berpamitan pada Indira.
Retta menyanggupi ucapan Melvin. Keluar lah dia bersama Melvin dan berhenti di teras depan rumah.
"Lo gak perlu gantiin ponsel gue. Gue ngelakuin ini karena tau lo pasti dikasih duit sama Ibu gue, jadi, gue gak mau nyusahin Ibu gue buat bayar utang lo ke gue," ucap Melvin to the point.
"Dan juga, jangan pernah lo nyusahin Ibu gue. Syukur aja udah dipungut sama Ibu gue. Jadi, jangan nyusahin!" ketus Melvin lalu bergegas ke mobilnya yang terparkir di halaman rumah Indira. Dia tidak peduli kalau ucapannya itu akan menyakiti hati Retta.
Retta menatap kosong ke arah lantai teras. Entah mengapa, dia selalu seperti pengecut di hadapan Melvin. Dia tidak memiliki keberanian untuk membalas ucapan cowok itu yang jelas-jelas menyakiti perasaannya.
"Gimana Rett? Melvin ganteng, kan?" tanya Indira yang tiba-tiba datang. "Kamu suka enggak sama Melvin? Mau enggak kamu nikah sama Melvin suatu hari?"
"Sepertinya ... Retta pengin nikah sama orang lain, Bu." Retta terpaksa tersenyum.
"Loh, kok kayak gitu? Hari itu, katanya kamu mau nikah sama anak kandung Ibu," heran Indira.
"Iya, Bu. Itu sebelum Retta tahu kalau anak Ibu adalah Melvin," batin Retta.
"Benarkah? Bagaimana kalau suatu hari Retta dan Ibu benar-benar bertemu sama anak Ibu?"
"Jika itu benar terjadi. Ibu harap dia tertarik padamu. Dan kalian, akan menikah. Lalu kalian akan memberi Ibu cucu yang lucu."
Retta ingat, ucapannya dan Indira malam itu. Dia bersemangat untuk bertemu dengan anak kandung Indira dan berharap agar anak kandung Indira menyukainya dan dia bisa melupakan Melvin dengan mudahnya. Namun, siapa sangka kalau Melvin adalah anak kandung Indira.
Dengan begitu, bukankah berarti apa yang pernah diucapkannya itu tidak akan terjadi? Pikirnya.
Melvin tidak menyukainya. Jadi, Retta menarik kembali ucapannya itu. "Melvin pasti udah punya cewek yang disukainya. Dia pasti ingin nikah sama ceweknya itu. Jadi, Retta gak mau ganggu hubungan orang, Bu. Lagian, Retta bakalan anggap Melvin sebagai kakak angkat Retta. Hanya sebagai kakak angkat."
"Retta ...," Indira sadar kalau Retta sedang sedih. Mata anak angkatnya itu berkaca-kaca saat ini. "Kamu mau nangis? Kamu kenapa?"
Retta menggeleng. Lalu tertawa tawar. "Enggak kok, Bu. Retta terharu. Walau Retta gak punya keluarga kandung. Walau Retta gak tau siapa orang tua kandung Retta, Retta beruntung punya Ibu yang dengan senang hati menganggap Retta sebagai anak Ibu walau Retta enggak sedarah dengan Ibu."
"Retta, kamu bohong?" Indira sadar kalau ada yang ditutupi oleh Retta.
Retta tersenyum paksa. Lalu mengalihkan pembicaraan. "Retta belum ganti seragam sekolah nih, Bu. Jadi Retta masuk dulu ya, Bu."
Retta pun bergegas masuk rumah dengan dada sesak. Lebih tepatnya untuk menghindari pertanyaan Indira.
🌠🌠
See you;)
By Warda, 15 November 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Approccio [Completed]
Teen FictionSatu sekolah tahu kalau Retta suka Melvin. Satu sekolah juga tahu kalau Melvin tidak suka Retta. Tapi, karena suatu hal, Melvin mulai mencemaskan Retta. Apalagi setelah keduanya sering bertemu di rumah yang sama. Dan memanggil seseorang dengan pangg...