Kita, ada di pijakan yang begitu dekat. Namun, kita terasa jauh. Sejauh bumi dan langit.
🌠Karena hari Sabtu ini libur, Indira mengajak Retta dan Melvin ke kampung halamannya yang perjalanannya kira-kira hanya dua jam saja. Ditambah Retta dan Melvin yang sedang tidak memiliki kegiatan apapun di sekolah, Indira juga mengajak keduanya untuk menginap di sana.
Sekarang masih pagi, dan mereka masih di rumah Indira dan masih bersiap-siap. Setelah selesai bersiap-siap, ketiganya memasuki mobil Melvin. Indira menyuruh Retta untuk duduk di sebelah Melvin, dan dia sendiri duduk di bagian belakang.
Tentu saja Retta menolaknya. Bagaimana bisa dia duduk di sebelah Melvin? Selama dua jam pula. Dan juga, dia dan Melvin sedang tidak baik sekarang. Ditambah Retta ingin melakukan apa yang diminta Melvin, yaitu menjauhi cowok itu. Jika begini, usahanya akan sia-sia.
"Bu, Retta duduk di belakang aja sama Ibu, ya! Atau enggak Ibu saja yang duduk di sebelah Melvin," pinta Retta pada Indira.
"Di depan aja, Nak. Kenapa? Takut sama Melvin? Kalo ada Ibu, kamu aman. Dia gak berani bantah Ibu. Kamu tenang aja," ucap Indira pada Retta. Sejujurnya, Indira memang ingin sekali Retta dan Melvin dekat. Apalagi setelah tahu bahwa Retta ternyata menyukai Melvin dan tentu saja Indira semakin bersemangat untuk mendekatkan keduanya.
"Ibu ...," desis Retta. "Retta-"
"Udah-udah, cepat masuk!" Indira membuka pintu mobil yang di sebelah Melvin. Sedikit mendorong Retta dan memaksakan cewek itu duduk di sana.
Retta pasrah, akhirnya dia tetap duduk di sebelah Melvin. Hingga tatapan tajam Melvin melayang untuknya.
Kalo Melvin marah sama gue gimana? Gue gak mau dia makin benci sama gue, batin Retta sedih.
Melvin tahu yang menyuruh Retta untuk duduk di sebelahnya adalah Indira. Jadi, dia tidak terlalu mempersalahkannya. Toh, dia tidak berani membantah perkataan Indira sekalipun kehadiran Retta di sana tidak dia inginkan.
Melvin melajukan mobilnya, tidak sabar untuk bertemu dengan nenek dan kakeknya yang ada di desa sana.
Indira menyuruh Melvin untuk berhenti di mini marketnya sebentar. Karena Indira ingin mengambil tiga botol air mineral, beberapa snack, dan kue-kue untuk mereka selama di perjalanan.
Setelah itu, berangkatlah mereka. Setelah satu jam perjalanan, Indira menyuruh Melvin untuk menepikan mobil di depan toilet umum. Indira kebelet pipis. Maka tinggallah Retta dan Melvin di dalam mobil sementara.
Retta menatap keluar jendela mobil. Tidak berani menatap cowok yang sudah membuatnya patah hati itu. Dia berharap Indira kembali ke mobil dengan cepat. Dia kikuk sekali berada di posisi itu sekarang. Karena haus, Retta mengambil sebotol air mineral. Karena belum terbuka, dia agak susah membuka botol air mineral itu karena terlalu keras. Dia enggan meminta bantuan Melvin.
Karena tidak juga berhasil membuka tutup botol itu, Retta kembali menaruh botol air mineral itu ke tempat semula.
Melvin yang melihat itu, entah mendapat dorongan dari mana, mengambil sebotol air mineral yang Retta taruh tadi dan membukanya untuk Retta. Lalu menyodorkannya untuk Retta.
Tidak Retta sangka kalau Melvin akan membantunya. Benar-benar di luar dugaan Retta. Kalau begini, tentu saja jantung Retta sudah berdebar-debar, tidak perlu heran lagi. Retta meraih botol minum yang disodorkan oleh Melvin tersebut.
"Gitu aja gak bisa! Makanya jadi orang jangan cepat nyerah!" ketus Melvin dengan mata fokus ke depan.
Retta terdiam. Tidak berani bersuara apalagi menimpali. Lalu Retta meneguk air mineral tersebut hingga Indira kembali ke mobil. Dan mereka pun melanjutkan perjalanan mereka yang masih agak jauh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Approccio [Completed]
Teen FictionSatu sekolah tahu kalau Retta suka Melvin. Satu sekolah juga tahu kalau Melvin tidak suka Retta. Tapi, karena suatu hal, Melvin mulai mencemaskan Retta. Apalagi setelah keduanya sering bertemu di rumah yang sama. Dan memanggil seseorang dengan pangg...