Jika itu maumu, maka aku akan berhenti. Dan membiarkanmu terus melangkah, mencari sosok yang membuatmu bahagia.
🌠Retta menghela napasnya. Siap-siap mendengar pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Indira yang tengah duduk menghadapnya, di atas tempat tidurnya. Percuma jika dia ingin menyembunyikannya, toh Indira sudah tahu. Jadi, inilah saat untuk menjelaskan.
"Apa benar cowok yang udah bikin kamu nangis itu Melvin? Dia yang buat kamu patah hati?" Indira bertanya, memastikan.
Retta mengangguk, membenarkan pertanyaan Indira. Dia menunduk, tidak berani menatap wajah Indira.
Indira menatapnya tidak percaya. Sungguh, dia sama sekali tidak menyangka atas fakta yang baru dia ketahui hari ini itu. "Kenapa kamu enggak cerita sama Ibu kalo Melvin itu cowok yang kamu suka?"
"Retta enggak berani, Bu. Retta," ucapan Retta terhenti, ragu melanjutkan. "Udahlah, Bu. Udah malam ni, Retta mau tidur. Retta bakalan lupain Melvin kok, Bu. Retta bakalan anggap Melvin sebagai kakak Retta kok."
Indira mengusap kepala Retta. Sadar akan senyum paksa yang terlukis di wajah anak angkatnya itu. "Ya udah, tidur sana! Ibu keluar dulu."
Setelah Retta bersiap-siap untuk tidur, Indira bergegas keluar. Tepat sekali di sofa ruang tengah ada Melvin yang sedang membaca buku paket pelajaran ekonomi peminatan. Maka, duduklah Indira di sebelah putranya itu. Indira tersenyum tipis. Lalu bertanya, "Setelah lulus SMA, kamu mau kuliah di mana, Nak?"
Melvin menatap ke arah Indira, lalu tersenyum simpul. "Hmm ...'' Melvin tampak berpikir. "Mungkin Stanford, Harvard, atau Oxford. Dan juga, kalo di Indonesia bisa jadi UI, UGM, atau ITB. Pokoknya Melvin mau kuliah di salah satu universitas itu, Bu."
"Wah, universitas top semua, ya? Bagus, Nak! Makin rajin belajarnya ya!" Indira menyemangati putra semata wayangnya itu.
Melvin mengangguk sambil tersenyum. Dan mengalihkan pandangannya kembali ke buku paket.
"Kamu punya waktu enggak sebentar? Ibu pengin bicara sama kamu," ucap Indira sambil menatap Melvin yang kembali fokus ke buku paket.
Melvin menutup bukunya, lalu bersiap mendengarkan Indira. "Ada apa, Bu?"
Indira terdiam sesaat. Menatap Melvin dengan serius. "Ibu marah kalo kamu jadi laki-laki bejat. Ibu gak nyangka kalo kamu bakalan nyakitin orang yang suka sama kamu. Sekali saja, Nak. Jangan buat perempuan sakit hati. Kalo kamu gak suka. Coba kamu tolak mereka baik-baik, jangan bentak-bentak apalagi menghina."
Melvin terdiam. Melvin menduga, pasti Indira sudah tahu kalau Retta menyukainya. Pasti Retta menceritakan perihal dirinya yang pernah menghardik cewek itu pada Indira.
"Ibu ingatkan lagi, Nak. Jangan sakitin hati siapa pun!" ucap Indira memperingati.
"Ya sudah, Ibu ke dapur dulu. Lanjut belajarnya," pungkas Indira sambil bangkit berdiri dan bergegas ke dapur.
Tinggallah Melvin sendirian di sana. Karena ucapan Indira barusan, moodnya untuk kembali membaca buku tiba-tiba hilang. Sepertinya, dia harus berbicara pada Retta besok.
🌠🌠
Ruang tamu yang tadinya gelap, berubah menjadi terang kala seseorang menghidupkannya tepat saat Melvin menginjakkan kakinya di ruang tersebut. Lalu muncullah Ezar dengan wajah tanpa senyum, siap bertanya pada Melvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Approccio [Completed]
Teen FictionSatu sekolah tahu kalau Retta suka Melvin. Satu sekolah juga tahu kalau Melvin tidak suka Retta. Tapi, karena suatu hal, Melvin mulai mencemaskan Retta. Apalagi setelah keduanya sering bertemu di rumah yang sama. Dan memanggil seseorang dengan pangg...