15 | Kepikiran

3.9K 256 4
                                    

Retta menatap cermin yang ada di toilet sekolah. Lebih tepatnya menatap pantulan dirinya yang ada di sana. Wajahnya basah, berusaha menghilangkan jejak tangisannya agar tidak ada banyak pertanyaan yang terlontar kala dia masuk ke kelas nanti. Retta menarik napasnya panjang. Dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Memantapkan dirinya untuk melangkah keluar dan menuju kelasnya.

Sesampainya di kelas, duduklah dia di sebelah Adora yang sudah duluan sampai ke kelas. Retta tersenyum buat-buat ke arah Adora, agar temannya itu tidak curiga dan tidak terlalu kentara kalau dia habis menangis.

"Lo kenapa?" Adora bertanya. Nyatanya, Adora sadar kalau Retta habis menangis. Adora dapat menyadari itu dari mata Retta yang agak sembab.

"Gue gak kenapa-kenapa, kok," bohong Retta.

"Jangan bohong, Rett. Ceritain ke gue!"

Retta menghela napasnya, menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Gak sempat, Ra. Bentar lagi gurunya masuk."

"Masih sempat, kok. Kali aja Bapak tuh telat masuk." Adora penasaran. "Lo nangis, apa karena Melvin?"

Retta mengangguk.

"Pantesan, sudah gue duga. Tuh cowok emang hobinya nyakitin perasaan cewek." Tiba-tiba mata Adora melotot. Dia teringat sesuatu. "Apa ini karena gue? Dia pasti sudah tahu kalo Ibu lo tau tentang lo yang suka sama Melvin. Benerkan? Pasti Melvin marah karena itu, kan?"

Retta mengangguk lagi, tanpa bersuara.

Wajah Adora langsung berubah. Dia merasa bersalah pada Retta. "Maaf, Rett. Ini salah gue. Kalo gue gak bilang sama Ibu lo. Pasti Melvin gak bakalan marahin lo. Serius, gue minta maaf."

Retta menarik napasnya. Matanya berkaca-kaca lagi. Teringat ucapan Melvin tadi. "Ya udahlah, Ra. Lagian semuanya udah terjadi."

Tangan Adora terangkat, menyentuh bahu Retta. "Dia bilang apa sama lo?"

"Melvin pengin gue ngejauhin dia," jawab Retta dengan suara kecil.

Tangan Adora yang tadinya menyentuh bahu Retta berpindah ke tangan Retta. "Bagus kalo begitu. Memang seharusnya lo jauhin dia. Orang kayak Melvin itu enggak pantas buat lo, Rett. Lo terlalu berharga."

"Tapi, susah, Ra. Apalagi dia sering ke rumah."

Adora terdiam, terlihat berpikir. "Susah juga, sih. Gue ikut bingung. Tapi, yang penting, lo tetap semangat. Lo pasti bisa."

"Entahlah," balas Retta kurang semangat.

Adora ingin melanjutkan bicara, namun, guru yang akan mengajar di kelas mereka baru saja memasuki kelas. Jadi, dia menundanya.

🌠🌠

Guru yang seharusnya mengajar di kelas Melvin tidak masuk karena sakit. Jadi, guru piket hari ini menyuruh seluruh siswa-siswi kelas Melvin untuk belajar di perpustakaan.

Ada yang berbeda dengan pikiran Melvin saat ini. Entah kenapa dari tadi dia tidak fokus dengan materi yang hendak dia pelajari di buku cetak yang ada di hadapannya itu. Tubuhnya memang ada di perpustakaan, tapi, pikirannya melayang-layang keluar.

Apa ucapannya tadi pagi pada Retta keterlaluan? Apa Retta akan mengadu pada Indira? Itulah sedikit pertanyaan yang tidak terjawab dalam pikirannya. Dia juga memikirkan perihal Retta malam itu. Di mana Retta tidak sengaja memeluknya. Serius, dia merasa aneh.

"Kenapa gue kepikiran, ya? Ah bego, ngapain juga gue mikirin tuh cewek," gerutu Melvin dengan suara kecil. Namun, masih dapat didengar oleh orang yang duduk di sebelahnya.

"Kepikiran kenapa? Lo lagi mikir cewek yang mana, nih?" tanya Ziggy tiba-tiba.

Ah, iya. Melvin lupa akan kehadiran manusia yang satu itu di sebelahnya. Jika ingat, mungkin dia tidak akan menggerutu dengan suara yang tidak kecil. Sehingga tidak membuat Ziggy penasaran dan berakhir melontarkan pertanyaan padanya seperti sedang mewawancarainya.

"Lo lagi suka sama cewek?" tebak Ziggy. "Benar pasti, kan? Kalo suka sama cewek lo pasti kepikiran, kan? Siapa sih? Cewek itu mau gak sama kingkong kayak lo?"

Benar, kan? Apa Ziggy sedang mewawancarainya saat ini? Melvin menatap Ziggy datar. Lalu jari telunjuknya dia taruh di depan bibirnya. Lalu berucap dengan nada tegas, "Diam!"

"Gak mau diam kalo lo gak cerita sama gue. Serius gue nanya, lo lagi mikirin siapa? Gue kepo, Vin!" ucap Ziggy dengan suara keras.

Ziggy lupa, dia sedang berada di perpustakaan saat ini. Otomatis ucapan kerasnya mengundang perhatian dari siswa siswi yang ada di sana. Terutama tatapan melotot dari pengawas yang seolah-olah ingin segera mengusirnya dari perpustakaan.

"Itu di sana kenapa ribut?" tanya pengawas perpustakaan. "Kalo mau ribut keluar saja sana!"

"Eh, maaf Bu. Saya enggak sengaja. Saya bakalan diam kok, Bu," ucap Ziggy tahu dirinya bersalah. Karena itupun keadaan mulai seperti semula kembali. Mereka yang tadinya menatap ke arah Ziggy kini kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Ziggy mendekatkan mulutnya ke telinga Melvin. Lalu berbisik, "Nanti cerita sama gue. Kalo enggak, gue doain lo biar jadi kingkong beneran."

"Up to you," balas Melvin cuek, seperti biasa.

🌠🌠

Akhirnya bisa update, walau pendek.

Tapi yang penting update kan?😂

See you;)
By Warda.
Rabu, 11 Desember 2019.

Approccio [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang