05 | Sadar Diri

5K 363 2
                                    

Dicintai olehmu, rasanya seperti apa ya? Sebentar saja tak apa, aku ingin merasakannya.
🌠

Retta terdiam di depan cermin yang ada di kamarnya. Dia sedang mematut dirinya di depan cermin itu.

"Rett, lihat diri lo! Lo gak pantas buat Melvin. Melvin aja gak betah lihat wajah lo lama-lama. Terus, dengan lancangnya lo berkhayal kalo Melvin juga bakalan suka sama lo? Sadar diri, Rett! Melvin itu cuma mimpi buat lo. Lo sangat gak pantas buat dia. Dia gak pernah mikirin lo Rett. Lo gak akan pernah bisa gapai dia," batin Retta pesimis. Matanya sudah buram dengan air mata.

"Lebay banget lo ya, Rett! Gara-gara patah hati lo jadi cengeng kayak gini," rutuk batin Retta sambil menyeka air matanya.

Retta mulai membayangkan, seperti apa rasanya dicintai oleh Melvin. Seperti apa rasanya saat cowok itu tersenyum padanya. Seperti apa rasanya diperhatikan oleh cowok itu. Seperti apa ya, rasanya? Retta ingin merasakannya, walau hanya sebentar. Retta menggelengkan kepalanya, mencoba menepis apa yang barusan dia pikirkan.

"Nah, kan, mulai lagi lo Rett. Mulai lagi berkhayal. Sadar Rett, itu hanya khayalan!" gerutu Retta.

"Retta!" panggil seseorang diiringi suara ketukan pintu.

Retta menoleh ke arah pintu yang masih tertutup itu. "Iya, Bu."

"Makan malamnya udah siap, ayo makan!" ajak Indira di luar sana.

"Baik, Bu. Nanti Retta ke meja makan Bu."

"Oke, Ibu tunggu."

Tidak ingin menunjukkan wajahnya yang baru siap menangis pada Indira, Retta bergegas ke kamar mandinya terlebih dahulu untuk mencuci wajahnya, menghilangkan jejak tangisannya. Lalu dia pun berjalan ke arah meja makan yang ada di dapur. Langsung saja dia duduk di sebelah Indira.

"Besok Ibu jangan lupa ke sekolah ya?" ucap Retta basa-basi. Besok memang ada rapat orang tua atau wali siswa di aula SMA Orchid.

Indira mengangguk. "Siap, Ibu gak akan lupa, kok."

🌠🌠

Di meja paling pojok di sebuah kafe. Duduklah Melvin dan Ziggy saling berhadapan. Melvin sibuk dengan buku cetaknya, alias sedang belajar. Sedangkan Ziggy sibuk dengan ponselnya, entah apa yang dilihat cowok itu.

"Vin," ucap Ziggy setelah mematikan ponselnya.

"Hm," balas Melvin singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari buku cetak pelajaran sejarah yang sedang dia baca.

"Gue heran aja sama lo," ucap Ziggy lagi.

Hening. Tidak ada balasan dari Melvin. Masih sama, tatapan Melvin tidak juga teralihkan dari buku cetak itu. Karena buku itu lebih menarik baginya ketimbang meladeni ucapan Ziggy.

"Kenapa sih lo hobinya marah-marah? Terus, kenapa lo suka gertak cewek-cewek? Bahkan ke cewek yang suka sama lo. Apa itu karena lo trauma sama masa lalu lo dan mantan lo?" lanjut Ziggy sambil berpikir. "Omong-omong, lo gak niat jatuh cinta lagi?"

Berhasil. Pertanyaan Ziggy barusan ternyata berhasil mengalihkan tatapannya Melvin. Kini Melvin menatap ke arah Ziggy, tentunya dengan tatapan tajam cowok itu. Namun, hanya lima detik saja tatapan itu bertahan dan kembali ke arah buku cetak.

"Bisa diam gak lo?" ketus Melvin.

"Sekali orang kek lo pacaran, bertahannya cuma seminggu doang. Ternyata, orang kayak lo bisa juga dimainin perasaan sama cewek. Kasian banget lo ya, ternyata mantan lo cuma main-main aja sama perasaan lo. Makanya kalian pacaran cuma seminggu doang," ucap Ziggy mengungkit masa lalu Melvin kala mereka masih kelas sepuluh SMA.

Omong-omong, Melvin memang pernah berpacaran. Namun, hanya seminggu saja. Karena, ternyata mantan Melvin tidak pernah suka pada Melvin, hanya main-main saja. Setelah Melvin tahu perihal itu, langsung saja Melvin memutuskan hubungannya dengan cewek itu, walaupun saat itu Melvin masih suka pada cewek itu. Namun, sekarang Melvin benar-benar sudah melupakan cewek itu. Dia bahkan tidak peduli kalau cewek alias mantannya itu sudah pindah sekolah.

"Lo suka sama siapa sih sekarang?" tanya Ziggy lagi. Sebenarnya, saat ini Ziggy sedang bosan. Sehingga dia bertanya hal-hal yang bisa memancing emosi temannya itu.

"Diam!" teriak Melvin sambil memukul meja. Langsung saja beberapa pasang mata menatap ke arahnya. Namun, hanya sebentar.

"Lo ini, ya! Kejam banget jadi cowok. Serius, kalo gue jadi cewek, gue gak bakalan suka sama orang kayak lo, walaupun wajah lo lumayan. Sebenarnya gue kasian sama cewek yang bakalan jadi istri lo suatu hari nanti. Kayaknya istri lo perlu ganti hati jadi besi, biar kuat pas marah dan kejam lo kumat. Sekarang gue beneran serius nanya, lo kenapa sih kayak gitu?" heran Ziggy.

Tidak ada jawaban dari Melvin. Ziggy kesal dibuatnya.

"Heh, kalo orang nanya ya dijawab!" kesal Ziggy.

"Lo gak liat kalo gue lagi baca buku? Lo ngeganggu banget tau, gak?!" hardik Melvin.

"Gak usah ngegas juga kali. Dasar kingkong!" cibir Ziggy. "Sekarang gue heran sama diri gue sendiri. Kenapa ya gue betah temenan sama kingkong kayak lo?"

Melvin menutup buku cetaknya dengan kasar. Menatap Ziggy sekilas lalu berlalu pergi tanpa mengucap sepatah kata pun.

"Lah, lo marah, Vin? Cih, sensitif amat lo!"

🌠🌠



By Warda
09 November 2019

Approccio [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang