07 | Gugup

4.7K 340 1
                                    

Retta berjalan mondar-mandir di depan kelasnya. Memikirkan kejadian yang terjadi beberapa saat yang lalu. Apa ini hanya mimpinya? Untuk memastikan itu, Retta mencubit pipinya dan ternyata sakit. Maka berarti sekarang adalah nyata, dan bukan mimpi.

Wanita yang mengadopsinya selama ini adalah ibu kandungnya Melvin. Dengan kata lain, selama ini ibu angkatnya itu adalah ibu dari cowok yang disukainya? Jadi, apakah Retta harus senang dengan fakta yang baru dia ketahui itu?

Sebenarnya, dia sedang bingung saat ini. Dia benar-benar tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Resah, senang, keduanya seakan bercampur aduk.

"Oi, Retta!"

Suara seseorang di ambang pintu menginterupsi kebingungannya, sekaligus menghentikannya yang sedari tadi mondar-mandir tidak jelas. Setelah sadar siapa yang memanggilnya, air mukanya Retta langsung berubah kecut. Dia merasa ada aura tidak menyenangkan kala menatap wajah Leo yang tampak menyeringai.

Leo mendekat ke arah Retta. Menatap Retta dari ujung rambut hingga kaki dengan tatapan sinis. Dia memang melihat kejadian Retta yang berlutut di hadapan Melvin tadi.

"Dasar gak punya harga diri! Pindah kelas aja lo sana! Gue, malu banget punya teman sekelas yang gak punya harga diri kayak lo," ucap Leo ketus.

Retta tersenyum tawar. Benar-benar perasaan yang membingungkan. Sebenarnya, diantara perasaan resah dan senang, juga ada perasaan sedih dan terluka. Mengingat dirinya yang sudah jelas-jelas ditolak oleh Melvin. Bahkan dia bertindak bodoh di depan Melvin, dan akhirnya dicap sebagai cewek yang tidak punya harga diri, seperti sekarang.

"Mau gue punya harga diri atau enggak, apa itu rugiin lo?" tanya Retta sengit.

Leo bersedekap dada. Wajahnya terangkat, angkuh. "Tentu saja. Gue bakalan punya image buruk gara-gara sekelas sama cewek gak punya harga diri kayak lo."

Retta terdiam. Lalu tersenyum pada Leo. Senyum tawar tepatnya. "Makasih, lo udah nyadarin gue. Gue emang gak punya harga diri. Jadi, apa yang bakalan lo lakuin karena punya teman sekelas kayak gue? Lo mau hina gue? Lo mau jahatin gue? Silakan! Gue gak takut sama lo."

Leo terbungkam. Cowok itu kehilangan kata-katanya. Dia tidak tahu harus membalas apa lagi.

Retta mengedarkan pandangannya. Menatap satu per satu teman sekelasnya yang tengah menatap ke arahnya saat ini. Sekarang adalah kali kedua dia menjadi pusat perhatian dalam hari ini. Retta berjalan ke arah kursinya, masih dengan perasaan campur aduknya.

"Wah, lo itu kalo di depan gue berani banget. Tapi, pas di depan Melvin lo jadi bodoh!" cibir Leo setelah beberapa saat terdiam. Cowok itu seperti ingin memperpanjang adu mulut dengan Retta.

Sayangnya Retta sudah tak acuh, cewek itu duduk di kursinya setelah menatap Mark dan Adora sekilas. Kedua temannya masih di tempat yang sama seperti saat dia belum keluar kelas tadi.

"Ada kejadian apa lagi, Rett?" Adora penasaran.

"Gue lagi gak mau cerita apapun sekarang. Jadi, lanjut bicara aja sama Mark," balas Retta cuek. Saat ini dia memang berada dalam keadaan dimana tidak ingin berbicara dengan siapapun. Dia ingin menenangkan pikirannya.

🌠🌠

Pulang sekolah. Melvin mampir ke minimarket depan sekolah. Dia tampak mengedarkan pandangannya. Mencari keberadaan Indira yang sudah berjanji dengannya untuk bertemu di sana. Sejauh matanya memandang, tak juga dia menemukan keberadaan ibunya itu.

Lucas yang duduk di tempat kasir, menatap ke arah Melvin, dia tampak berpikir. "Permisi!" ucapnya pada Melvin.

Melvin menoleh ke arah cowok yang duduk di tempat kasir itu.

Approccio [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang