37 | Masak

2.6K 187 6
                                    

"Coba cium," ucap Retta sambil mendekatkan tangannya ke hidung Melvin.

Melvin menjauhkan wajahnya dari tangan Retta. Ada-ada saja cewek itu. Pasalnya Retta sedang membersihkan ayam yang sudah dipotong-potong, lalu tangan yang bau amis itu Retta dekatkan ke hidungnya. "Bau, ih!"

Retta terkekeh. "Maafkan saya, Tuan."

Retta kembali fokus dengan apa yang dikerjakannya. Melvin di sebelahnya, hendak mencuci sayuran yang akan dimasak. Benar, malam ini keduanyalah yang mengurus makan malam. Sedangkan Indira kali ini diminta untuk bersantai di depan televisi.

Hanya makanan rumahan dan sederhana yang akan mereka masak—sayuran kuah bening dan ayam goreng. Makanan sederhana, namun momen atau kebersamaan yang istimewa.

Usai ayam itu dibersihkan, Retta memanasi minyak goreng di atas kompor. Sambil menunggu minyak panas, dia mendekat ke arah Melvin yang masih mencuci sayuran. "Sini, biar aku aja. Kamu goreng ayam aja."

"Oke, Nona." Melvin mencubit pipi Retta gemas, kemudian mendekat ke arah kompor, tugas menggoreng telah beralih padanya.

Retta tersenyum simpul. Dia menyiapkan bahan-bahan untuk kuah bening. Berdiri di sebelah Melvin, menggunakan bagian kompor satunya lagi. Sambil memasak, sesekali dia menatap ke arah Melvin yang tampak cool ketika menggoreng ayam tersebut. Dia jadi senyum-senyum sendiri. Perasaannya pada Melvin kian hari semakin bertambah.

"Kenapa senyum-senyum sendiri? Lo gak apa-apa, kan?" Melvin membalikkan ayam dalam penggorengan agar matangnya merata.

Retta menggeleng, tidak berniat memberi tahu pacarnya itu.

Seraya menunggu ayam matang merata, Melvin menaruh tangannya di bahu Retta. Dia mengulas senyumnya. Sangat bersyukur, bertemu dengan Indira kembali, juga dipertemukan dengan cewek yang mencintainya tulus. "Gue senang."

"Senang kenapa?" Retta mendongak ke arah wajah Melvin. Tangannya bergerak-gerak, mengaduk kuah.

"Ini pertama kalinya gue masak dengan orang yang spesial selain ibu," jawabnya dengan suara pelan.

Retta tak kuasa menahan rasa senangnya. Kerap kali bibirnya itu tertarik melukis senyum karena cowoknya itu. "Berarti sama."

"Benarkah?"

Anggukan mantap dari Retta membuat Melvin mengangkat tangannya, mengacak-acak rambut Retta gemas.

"Eh, itu ayamnya dilihat dulu! Jangan sampai gosong," ucap Retta memperingati Melvin.

"Iya, Nyonya. Tenang aja."

Setelah acara memasak selesai, keduanya menyajikan masakan sederhana itu ke meja makan. Retta memanggil Indira, mengatakan bahwa makanan sudah siap mereka masak.

"Wah, malam ini Ibu makan masakan anak-anak Ibu." Mata Indira berbinar.

"Iya, dong. Masakan Chef Retta dan Chef Melvin," canda Retta.

"Kalo bisa kalian sering-sering, ya, masaknya."

Melvin dan Retta yang duduk bersebelahan pun mengangguk. Kemudian membalas bersamaan, "Siap, Bu!"

Syukur, kehangatan tampaknya sering hadir di meja makan itu.

Indira memasukkan nasi ke dalam piringnya, tak lupa ayam goreng dan kuah bening.

Berbeda dengan Melvin, karena Rettalah yang menaruh nasi ke dalam piring cowok itu.

"Nasinya ditaruh cuma buat Melvin aja, nih. Buat Ibu enggak, ya?" sindir Indira.

"Maaf, Bu. Hehe." Retta terkekeh.

"Kamu harus sering-sering masak, ya, Retta. Nanti kalo udah jadi istri Melvin, kamu yang akan selalu masak buat Melvin. Masak yang enak buat anak Ibu ini." Indira menuangkan air putih ke dalam gelasnya.

Retta dan Melvin saling berpandangan beberapa detik. Retta malu dengan ucapan Indira. Namun, hatinya tetap mengaminkannya.

"Nanti bisa Melvin bantu, kok. Kalo gak enak Melvin tetap bakalan makan," ucap Melvin dengan wajah tenang. Padahal dia agak gugup mengatakannya, apalagi di depan ibunya sendiri.

Mendengar itu, seperti ada kembang api yang meletus di hatinya Retta. Berarti Melvin juga ingin menikah dengan dia. Ah, Retta senang sekali.

"Ini enak, kok." Indira sudah merasakan masakan keduanya.

"Enak karena ada Melvin yang bantuin," balas Melvin memuji dirinya sendiri.

"Cih," decih Retta seraya menepuk bahu Melvin.

"Kenapa?" heran Melvin karena ditepuk oleh Retta. "Emang kenyataannya, kan?"

"Iyain aja, deh."

Ketika Indira telah selesai makan, wanita itu duluan beranjak, pergi ke kamarnya.

Piring-piring dan gelas-gelas kotor dibawa Retta dan Melvin ke tempat cuci piring. Tugas mereka sekarang adalah mencucinya. Sama-sama mengerjakannya memang tidak terasa. Retta bagian membersihkan dengan sabun. Sedangkan Melvin bagian membilas piring-piring serta gelas itu.  Lengan keduanya berdempetan, karena berdiri bersebelahan.

Iseng, Retta mengambil sedikit busa sabun lalu menempelkannya ke wajah Melvin. Dia tertawa karena itu.

"Jangan main-main, Retta!" tegur Melvin sambil membersihkan wajahnya. Dia pun iseng, menciprat air ke muka Retta.

"Ih, jangan main-main, Melvin!" tegur Retta balik sambil menahan tawanya.

"Siapa yang duluan?"

"Gak sengaja."

"Gak sengaja apanya? Jelas-jelas lo yang nempelin busa itu ke wajah gue." Melvin menciprat air sekali lagi ke wajah Retta.

"Cukup, Vin." Retta melangkah ke belakang satu langkah.

"Iya, iya, padahal lo duluan yang mulai. Ya udah, lanjut cucinya."

"Oke-oke."

Setelah semuanya beres, Melvin berniat pulang ke rumah ayahnya.

"Gue mau pulang dulu, ya! Besok ke sini lagi, kok." Melvin sudah berpamitan pada Indira, dan sekarang sedang berpamitan pada pacarnya itu.

"Iya, hati-hati."

Keduanya berada di teras saat ini. "Gue izinin, ya?"

Retta mengernyitkan keningnya, tak mengerti. "Izinin apa?"

"Habis ini lo mau tidur, kan?"

Retta mengangguk.

"Kalo lo mau mimpiin gue, gue izinin kok." Melvin mengacak-acak rambut Retta.

"Oh." Retta tersenyum manis. "Lo juga gue izinin, kok. Hehe."

"Ya udah, gue pulang dulu." Kini Melvin mencubit pelan pipi Retta. "Sampai jumpa besok, mine."

Pipi Retta merona kala Melvin menyebut kata 'mine' untuknya. "Sampai jumpa juga. I'm yours."

Keduanya saling melambaikan tangan. Saling membalas senyum tulus.

"Hati-hati di jalan!"

🌠🌠

Hai, aku up nih, ada yg nunggu gak?Gk ada, ya?^^

Aku minta maaf sebesar-besarnya karena sering lama up. Percayalah, di real life banyak yang harus aku kerjakan.
Ngejar deadline lomba, banyak tugas, terus beberapa mata kuliah yang akan UAS, dan beberapa hal lainnya.

Makasih banyak bagi yang udah setia nunggu cerita ini. Big love for you all❤️

Jangan lupa jaga kesehatan!

See you next part 😉

Sincerely,

Warda.

Approccio [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang