Approccio END

7.3K 263 13
                                    

Retta senang sekali karena hari ini dia kembali berangkat sekolah dengan Melvinnya itu. Sebagaimana tercetak jelas di wajahnya. Selepas dari parkir, keduanya berjalan bersama.

Melvin merangkul bahu Retta yang lebih pendek darinya itu. Dia mengulas senyum manisnya. "Kayaknya lo senang banget."

Retta mendongak ke arah Melvin yang lebih tinggi ketimbangnya. "Iya, dong."

"Kenapa?"

"Karena udah baikan sama lo. Karena berangkat sekolah lagi sama lo. Walaupun wajah lo ada goresan, keliatan kayak bad boy aja."

"Kayak bad boy?" Melvin berpura-pura terlihat seperti orang yang sedang berpikir. "No, I look like a good boy. Because i'm a good boy."

"Good boy? Wah, lagi bercanda nih, Bang?"

Melvin menggeleng. "Kalo bercanda itu bukan kayak gitu, Mbak."

"Gimana juga?" tantang Retta.

Melvin menyeringai. Menghentikan langkah Retta, kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah cewek itu. Semakin dekat, namun, Retta menjauh darinya.

"Ini di sekolah. Dan itu bukan candaan!" Retta paham apa yang dimaksud Melvin.

"Iya, bohong. Itu bukan candaan. Iya, tau, ini di sekolah. Berarti di tempat lain boleh dong? Rumah misalnya." Melvin menggoda Retta.

"Boleh. Tapi, sehabis dari KUA, ya!" Setelah berucap demikian Retta langsung berlari kecil meninggalkan Melvin.

"Wah, udah berani ngomong kayak gitu pacar gue," gumam Melvin sambil geleng-geleng. "Tapi gak papa, gue suka."

Kemudian Melvin menyusul Retta, berlari kecil juga. Dia meraih tangan cewek itu. Hingga lari itu menjadi langkah biasa.

"Mau ke mana?" heran Retta. Pasalnya dia semakin dekat dengan kelasnya. Sedangkan kelas Melvin berada di arah lain. "Ini arah kelas gue."

"Gak usah pura-pura lupa. Gue mau anterin lo."

Retta tidak mungkin menolaknya. Sampai di koridor kelasnya, dia berucap, "Udah sampai."

"Iya gue tau. Oh iya, belajar yang rajin-rajin, ya! Jangan banyak ngomong di kelas. Lo gak lama lagi naik kelas dua belas," nasihat Melvin.

Retta mengangguk. "Lo juga belajar rajin-rajin. Gak lama lagi lo bakalan lulus. Lo bakalan kuliah di tempat yang jauh dari gue."

Melvin menyadari sarat kesedihan di kalimat terakhir Retta. Dia mengusap rambut Retta pelan. "Masuk sana, Sayang!"

Sebelum Retta masuk, seseorang yang berjalan cepat menabrak bahu Melvin. Seorang siswa berkaca mata, empat buku paket yang dibawa berantakan di lantai. Retta melirik wajah Melvin, apa Melvin akan marah lagi? Karena dia pernah dihadapkan dalam keadaan seperti itu dan pernah melihatnya juga. Melvin akan marah, biasanya.

Di luar dugaannya, Melvin malah membungkuk dan bantu memunguti buku-buku itu. Dia tersenyum ramah juga berkata agar lebih berhati-hati sebelum siswa berkaca mata tersebut berlalu. Berkat kejadian akhir-akhir ini, Melvin jadi berubah. Syukurlah. Retta senang.

"Kayaknya gue harus pasang spanduk nih di dada gue, tulisannya kayak gini 'Dilarang nabrak, harap hati-hati saat berjalan!'. Heran gue, banyak banget orang yang hobinya nabrak gue." Melvin berdecak.

"Lo lagi diuji kali."

"Iya, deh. Iya." Melvin mencubit pipi Retta.

"Ekhem, sibuk pacaran aja," sela Adora yang baru tiba dan berdiri di belakang Retta.

Approccio [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang