"Adora, gue suka sama lo," ucap Adora membaca tulisan yang ada di papan tulis kelasnya.
Pantas saja kala Adora dan Retta memasuki kelas sehabis dari kantin tatapan teman-teman sekelas tertuju ke arah mereka. Lebih tepatnya, ke arah Adora. Retta sadar, berdiri di sebelah Adora bukan pilihan yang tepat untuk saat ini. Akan lebih baik dia duduk di bangkunya dan membiarkan Adora dengan segala kebingungan berdiri di depan papan tulis.
Adora jadi berdebar-debar. Siapa yang menulis itu? Apakah hanya orang iseng atau ... orang yang benar-benar menyukainya?
"Adora!"
Adora yang membelakangi pintu masuk kelas pun berbalik kala seruan namanya terdengar. Deg! Semakin berdebar kala Mark berjalan ke arahnya dengan setangkai mawar merah di tangan cowok itu.
Sedangkan Retta, menopang dagunya dengan kedua tangannya. Ikut menonton sesuatu yang membuatnya ingin juga merasakan itu. Dia juga pengin Melvin seperti itu.
Dari wajahnya, kentara sekali kalau Mark gugup. "Adora!"
"Iya," balas Adora singkat. Jujur saja, dia tidak kalah gugup.
"Itu, gue yang nulis." Mark menunjuk papan tulis. Mawar merah itu terangkat tepat di hadapan Adora, berhenti di udara. "Gue ... su-suka sama lo Adora. Gue pengin lo jadi cewek gue. Kalo lo nerima gue, ambil mawar ini!"
Adora terdiam. Menatap mawar yang ada di hadapannya itu. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Empat detik. Lima detik. Adora tersenyum. Dengan malu-malu, dia mengambil mawar itu.
"Ciee ... Jadian, nih!" satu kelas mulai menggoda keduanya.
Sedangkan Retta, ikut tersenyum. Jujur, dia pengin juga. Padahal, semalam yang bermimpi dikasih mawar adalah dirinya. Tapi, di kehidupan nyata malah teman sebangkunya yang dapat mawar dan jadian.
"Makasih," ucap Mark tulus.
Adora mengangguk. "Sama-sama."
Mark mendekat dan berbisik ke telinga Adora. "Udah duduk sana! Pulang sekolah, kita punya banyak waktu kok."
Adora menahan senyumnya dan mengangguk lagi. "Oke."
"Eh, gak usah bisik-bisik juga kali! Hayo ... ngomongin apa?" goda Retta.
Adora berjalan ke arah bangkunya. "Ada deh, kepo banget lo!"
"Cih, gue iri sama lo!" ucap Retta terus terang.
"Lo masih nunggu di-notice Melvin?"
Retta mengangguk. "Gak bakalan kayaknya."
"Jangan pesimis gitulah! Mana tahu ... tiba-tiba jodoh lo adalah Melvin, suatu hari nanti."
Retta mengangkat tangannya dan mengaminkan ucapan Adora. Semoga saja Melvin itu benar-benar takdirnya.
🌠🌠
Melvin masih kepikiran. Apa benar kalau dirinya mulai menyukai Retta? Melvin sudah mencari informasi di internet, ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta. Melvin bukan tidak pernah jatuh cinta, hanya saja dia sudah lama terakhir kali merasakan itu. Jadi, sekarang dia agak asing dengan perasaan itu.
Untuk memastikannya, Melvin mencoba bertanya pada teman sebangkunya itu. "Zig!"
"Apaan?" tanya Ziggy cuek. Pasalnya cowok itu sedang fokus menyalin tugas rumah milik Melvin yang harus dikumpulkan di jam pelajaran terakhir hari ini.
"Gini, nih. Gue kan punya temen. Nah, katanya dia terus kepikiran sama satu cewek. Pas mau tidur dia terbayang wajah si cewek. Dia gak sabar pagi buat ketemu cewek itu. Menurut lo itu kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Approccio [Completed]
Teen FictionSatu sekolah tahu kalau Retta suka Melvin. Satu sekolah juga tahu kalau Melvin tidak suka Retta. Tapi, karena suatu hal, Melvin mulai mencemaskan Retta. Apalagi setelah keduanya sering bertemu di rumah yang sama. Dan memanggil seseorang dengan pangg...