09 | Often

4.4K 327 2
                                    

Malam itu, Melvin benar-benar datang ke rumah Indira. Ada banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan Indira. Sekaligus melepas rindunya pada ibu kandungnya yang baru hari ini kembali bertemu dengannya. Dia, duduk bersebelahan dengan Indira di sofa ruang tengah.

"Hari itu, kenapa Ibu ninggalin Melvin? Kenapa Ibu gak bilang sama Melvin kalo Ibu akan pergi?" tanya Melvin mengutarakan pertanyaan yang dari dulu ingin sekali dia tanyakan pada ibunya jika dia kembali bertemu dengan ibunya. Dan sekarang, dia sudah bertemu ibunya.

Indira terdiam. Ada siratan penyesalan di bola matanya. Wajahnya berubah sedih. "Ibu minta maaf, karena udah ninggalin kamu. Maafin Ibu, ya, Nak?!"

Melvin tidak menjawab, dia menunduk sesaat, mengingat rasa sedihnya kala ibunya itu meninggalkannya.

Indira kembali membuka suara, "Hubungan Ibu sama Ayah kamu tidak bisa dipertahankan saat itu. Ayah kamu udah punya wanita lain yang dia cintai. Jadi, Ibu kembali ke Indonesia setelah bercerai dengan Ayahmu. Saat itu, kamu masih kecil dan tidak mengerti hal seperti itu. Ibu sengaja ninggalin kamu di sana. Karena di sana hidupmu lebih enak ketimbang di sini sama Ibu. Ayahmu kaya dan kamu akan hidup layak di sana."

"Tapi, Melvin gak bahagia di sana, Bu. Melvin gak papa hidup susah di sini, asalkan Melvin sama Ibu. Melvin gak butuh kekayaan Ayah. Yang Melvin mau itu kasih sayang dari kalian, terutama dari Ibu," jelas Melvin tulus.

Indira meneteskan air mata terharunya. Tangannya terangkat lalu mengusap kepala anak kandungnya itu beberapa kali. "Sekali lagi, maafin Ibu, Nak.  Kamu tumbuh menjadi seorang remaja tanpa Ibu. Dan sekarang, kamu beranjak dewasa. Beberapa bulan lagi kamu akan jadi anak kuliah. Ibu bersyukur, Ibu kembali bertemu denganmu dan masih bisa melihatmu mengenakan seragam sekolah, walaupun tinggal hitungan bulan."

"Melvin maafin Ibu, kok. Lagian, itu bukan salah Ibu. Saat ini, Ibu satu-satunya orang yang sangat Melvin sayangi."

"Makasih, Nak." Indira menyeka air matanya.

Sementara itu, Retta yang sedari tadi di kamar pun keluar kamar menuju dapur untuk menuntaskan rasa hausnya. Namun, belum sampai dia ke dapur, langkahnya dihentikan oleh Indira. Ya, jika dia ingin ke dapur, dia harus melewati ruang tengah terlebih dahulu. Dia memang tahu, kalau di rumah sedang ada Melvin. Dia sempat mengintip kala tadi Melvin baru sampai ke sana.

Mulai hari ini, sepertinya Retta harus siap bila dia akan sering melihat Melvin di rumah. Karena rumah itu, akan menjadi rumah Melvin juga mulai hari ini, walaupun Melvin tidak menetap di sana. Tapi, itu kan rumah milik Indira. Maka dari itu, Retta perlu menyiapkan hatinya karena akan sering bertemu dengan sosok yang masih disukainya itu. Karena itu, bukankah itu berarti kalau dia akan sulit untuk mencoba melupakan Melvin?

"Retta!"

Ah iya, karena melamun dia hampir tidak peduli panggilan dari Indira. "Iya, Bu!" balasnya.

"Ke sini!" Indira memberi gesture agar Retta mendekat.

Retta melirik ke arah Melvin sekilas, jantungnya berdebar-debar kala matanya dan mata Melvin bertemu pandang sesaat. Dengan ragu-ragu Retta mendekat dan duduk di sebelahnya Indira. Jika diposisikan, maka Indira di tengah-tengah Melvin dan Retta. Melvin sebelah kiri dan Retta sebelah kanan.

"Ada apa, Bu?" tanya Retta gugup. Kentara sekali. Dia curi-curi pandang ke arah Melvin. Sayangnya Melvin melihat ke arah lain dan cuek.

"Duduk aja di sini, Ibu mau ngomong sama kamu dan Melvin," balas Indira.

Retta terdiam sebelum menatap ke arah Melvin. Kini, Melvin balas menatapnya. Tatapan cowok itu tajam dan terlihat seperti tak suka. Menyadari ketidaksukaan itu, Retta bangkit berdiri. "Retta gak mau ganggu Ibu sama Melvin. Kalian udah lama gak ketemu.  Dan juga, Retta gak berhak tahu masalah kalian. Retta ke kamar dulu, ya Bu!"

Retta pun bergegas masuk ke kamarnya. Membiarkan Indira dan Melvin lanjut melepas rindu.

"Pas Ibu pulang ke Indonesia, Ibu sangat kesepian dalam waktu lama. Ibu sedih saat lihat anak kecil yang berjalan sama ibunya. Ibu cemburu saat ibu-ibu mengantar anaknya ke sekolah. Ibu sangat rindu padamu, Nak. Tapi, saat bertemu dengan Retta, Ibu udah gak kesepian lagi. Senyumannya dia buat Ibu bahagia walau dia bukan anak kandung Ibu. Retta selalu menemani Ibu. Dia mengisi hari-hari Ibu. Makanya, Ibu sangat menyanginya sekarang. Dan juga, ibu juga sangat menyangimu, Melvin. Selalu," ujar Indira tulus.

"Melvin juga, Bu. Oh iya, kenapa Ibu sering di mini market depan sekolah?" heran Melvin.

Indira tersenyum. "Mini market itu punya Ibu."

"Wah, benarkah?"

Indira mengangguk. Senyum terlukis di wajahnya. Hari ini, dia bahagia sekali.

Begitupun dengan Melvin. Sekarang, dia sudah kembali bertemu dengan sosok yang sangat dia sayangi. Mungkin, sekarang hanya Indira satu-satunya orang yang sangat dia sayangi. Dan di kemudian hari, bisa saja perempuan yang disayanginya itu bertambah.

🌠🌠

See you;)
By Warda, 19 November 2019

Approccio [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang