12 | Sorry

4.1K 279 3
                                    

Alih-alih melajukan kendaraan roda empatnya menjauhi halaman rumah Indira, Melvin malah terdiam, menatap lurus ke depan sana. Di sebelahnya, ada cewek yang begitu lancang memeluknya semalam. Dan Melvin, masih marah. Dia sangat tidak suka pada orang yang menyentuhnya tanpa izinnya.

Tangan Retta sedikit gemetar. Nyalinya selalu menciut jika dia berurusan dengan Melvin. Tanpa senyum, itulah ekspresi wajah cowok yang duduk di sebelahnya itu. Kentara sekali, kalau cowok itu marah padanya. Beberapa detik kemudian, tatapan tajam itu menatap ke arah wajahnya.

"Kenapa, lo meluk gue?!" tanya Melvin dengan suara agak keras. Pertanyaan yang tidak sempat dia tanyakan semalam.

Retta menunduk. "Maaf, gue gak sengaja. Semalam gue takut banget. Gue gak tau itu lo. Gue pikir itu Ibu. Sekali lagi, gue minta maaf."

"Lo bodoh?! Gak bisa bedain gue sama Ibu?!"

"Tapi, semalam gelap. Gue takut," lirih Retta.

"Dasar pengecut! Oh iya, gue peringatkan, kalo gue gak suka disentuh. Apalagi sama cewek kayak lo. Jadi, tolong jaga jarak! Mengerti?!"

Retta mengangguk dengan pelan. Menggigit bibir bawahnya. Hatinya sakit saat ini. Matanya berkaca-kaca. Bayangkan, orang kamu suka bersikap kasar dan menghinamu seperti itu. Pasti sakit hati, kan?

"Bagi lo, gue bodoh, pengecut. Jadi, maaf, udah lancang suka sama lo. Gue tau, lo gak suka disukai oleh cewek kayak gue," batin Retta.

🌠🌠

Yang sudah sampai ke kelas masih bisa dihitung dengan jari. Tanpa semangat, Retta duduk di kursinya. Tatapan kosongnya lurus ke depan. Tampak sekali kalau dia tidak memiliki semangat sedikitpun. Ucapan Melvin selalu berpengaruh untuknya. Dia, ingin melupakan Melvin. Namun, tidak berhasil. Pasalnya itu bukan perkara yang mudah. Apalagi setelah dia dan Melvin sering dipertemukan.

Tatapan kosongnya buram akibat kedua temannya masuk kelas berbarengan. Ya, kedua temannya itu adalah Adora dan Mark. Keduanya sama-sama melukiskan senyum. Keduanya, tampak bahagia.

Kadang Retta cemburu, walau Adora dan Mark belum berpacaran, keduanya saling suka. Retta ingin juga seperti itu. Dia, ingin merasakan seperti apa disukai juga oleh orang yang dia suka itu. Dia ingin itu benar-benar terjadi.

"Pagi Retta," sapa Adora semringah sambil duduk di sebelah Retta.

Retta hanya membalas dengan senyum paksa. Kentara sekali di mata Adora kalau Retta sedang sedih.

"Lo kenapa, Rett?" heran Adora.

Retta menggeleng dan mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak bertemu pandang dengan Adora. Tidak ingin temannya itu bertanya lebih jauh lagi.

"Kemarin lo senyum-senyum sendiri. Lah sekarang, lo kelihatan sedih. Lo kenapa sih?" tanya Adora sambil mengeluarkan sebungkus keripik ubi ungu dari tasnya. "Lo mau keripik?"

Retta menggeleng. Dia bangkit berdiri, namun, Adora mencegatnya. Sungguh, dia ingin sendiri saat ini.

"Lo mau ke mana?" tanya Adora.

"Mau keluar sebentar. Cari angin," balas Retta.

"Lo lagi ada masalah?"

Retta menggeleng.

"Retta, lo lagi sedih, kan? Cerita sama gue. Gak usah dipendam! Gue bakalan dengerin lo, kok."

Retta menggeleng. "Gak mau, ah. Lo sering keceplosan."

"Iya juga, sih." Adora nyengir. "Kalo boleh tebak. Lo sedih pasti karena Melvin, kan?"

Retta menghela napasnya, tidak menjawab pertanyaan Adora.

"Sini duduk!" Adora menarik tangan Retta agak keras, membuat pantat temannya itu kembali mendarat di kursi. "Rett, cowok di dunia ini banyak. Coba aja deh lo suka sama cowok lain aja. Lupain si cowok suka marah itu. Gue heran, kok bisa sih lo suka sama cowok yang sifatnya kayak Melvin?"

Untuk kedua kalinya Retta menghela napasnya. Dengan lemasnya dia menatap ke arah Adora. "Lupain Melvin? Gak semudah itu, Ra. Apalagi gue sering ketemu sama dia bahkan di luar sekolah."

Adora mengernyitkan keningnya. "Kalian sering ketemu?"

"Ha?" Retta salah ngomong. Dia memang belum memberi tahu Adora perihal Melvin dan Indira. "Entahlah. Udah ya, gak usah bahas dia lagi. Bahas drakor aja yuk!"

Tanpa curiga sedikitpun, Adora mengangguk. "Eh, lo udah nonton endingnya extra--"

"Gak jadilah, gue pengin keluar aja. Cari angin," sela Retta sambil bangkit berdiri dan hendak keluar kelas.

"Kampret lo, Rett!" kesal Adora karena ucapannya dipotong oleh Retta. Sambil mengunyah keripik kesukaannya itu, Adora menatap kesal ke arah Retta yang perlahan-lahan menghilang dari pandangannya.

🌠🌠

Apa tadi, ucapannya terlalu kasar pada Retta? Melvin mengedikkan bahunya.

"Ah, bodo amat lah. Biasanya gue juga kayak gitu ngomongnya," gumam Melvin memikirkan ucapannya tadi pada Retta. Entah kenapa, dia jadi kepikiran atas ucapannya tadi itu.

"Woi, kingkong!" seru Ziggy sambil memukul bahu Melvin. "Tumben lo melamun. Apa gara-gara lo lagi gak punya mangsa?"

Melvin menatap Ziggy datar, dia bungkam, tidak berniat menimpali ucapan temannya itu. Melvin mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelasnya. Tanpa sengaja, dia bertemu pandang dengan Shinta. Namun, hanya sebentar. Toh, Shinta cepat-cepat melirik ke arah lain gara-gara kepergok olehnya. Jujur, bukan hanya sekali. Melvin kerap kali memergoki Shinta yang menatap ke arahnya. Namun, Melvin tak acuh. Baginya itu tidak penting.

"Sial, kenapa gue mau temenan sama orang kayak lo?" keluh Ziggy sambil duduk di sebelah Melvin lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya.

"Ya udah, gak usah temenan lagi sama gue!" ketus Melvin.

"Cih, ngambek lo?!" Ziggy tersenyum miring. "By the way, lo kenapa sih? Lo agak aneh gitu. Dari kemarin lo gak terlalu pemarah lagi. Apa mungkin lo udah dirukiah, ya?"

"Gue udah ketemu sama Ibu gue," jawab Melvin jujur.

Mata Ziggy terbelalak. Beberapa detik kemudian ada senyum bahagia di wajah cowok itu. Dia memang tahu banyak tentang Melvin. "Wah, selamat bro! Serius, gue ikut bahagia. Kapan nih lo mau ajak gue buat ketemu Ibu lo? Gue mau bilang kalo anaknya perlu di rukiah."

Alih-alih menimpali, malah tatapan tajam yang Melvin tujukan untuk Ziggy.

"Ya elah lo, hobi banget lo natap orang dengan tatapan tajam setajam silet," kelakar Ziggy. "Serius, mata lo serem amat, bro!"

"Oh."

"Kok 'oh' doang, sih?"

"Terus?"

"Lo itu jadi orang serius amat, heran gue. Kapan lo mau bercanda sesekali?"

Melvin mengedikkan bahunya cuek.

🌠🌠

See you...

Saya lagi banyak tugas kuliah. Jadi, maklum ya kalo telat update dan part-nya gak panjang;)

By Warda, 26 November 2019

Approccio [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang