10 | Makasih

4.5K 291 7
                                    

Satu kata darinya itu sederhana. Tapi, berefek besar untukku.
🌠

Kemarin-kemarin, mungkin untuk melihat Melvin harus menunggu pagi terlebih dahulu alias menunggu waktu ke sekolah. Karena di sekolahlah tempat di mana dia sering melihat cowok yang disukainya itu. Selain itu, dia harus menunggu jam istirahat, jam kosong atau waktu lain di mana dia tidak sedang berkutat dengan pelajaran di kelas.

Tapi sekarang, semuanya berubah. Kini Retta perlu siap siaga bila jantungnya berdebar kencang. Dia akan sering bertemu dengan Melvin di rumah. Dan juga, memanggil seseorang dengan panggilan yang sama. 'Ibu', itulah panggilan yang sama darinya dan Melvin untuk Indira. Mengingat itu, Retta senyum-senyum sendiri. Sedikit lupa akan fakta bahwa cintanya tidak terbalas.

Retta berusaha agar tidak gugup, dia memantapkan langkahnya menuju meja makan yang ada di dapur. Dia tahu, pagi ini berbeda. Di meja makan, sudah bertambah orang. Ada Melvin di sana.

Melvin memang tidak menginap di sana. Tapi, pagi-pagi sekali cowok itu sudah mampir ke sana dengan seragam sekolah yang sudah melekat di tubuh jangkung cowok itu.

Retta duduk di sebelah kanan Indira, sedangkan di seberang sana ada Melvin. "Pagi, Bu!" sapanya pada Indira. Dia melihat Melvin sekilas, jujur dia juga ingin sekali menyapa Melvin. Namun, dia tidak berani.

"Pagi juga, Nak!" balas Indira dengan wajah bahagianya.

Sarapannya kali ini diselipi curi-curi pandang ke arah Melvin yang fokus dengan sarapan cowok itu. Seperti biasa, dan tentu saja hanya Retta yang melakukan itu. Melvin, melihat ke arahnya saja tidak. Cowok itu begitu cuek.

"Retta, Melvin," ucap Indira disela sarapannya.

"Iya, Bu!" ucap Retta dan Melvin bersamaan. Retta dan Melvin bertukar pandang karena itu. Namun, hanya sebentar karena Melvin cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah Indira.

Indira tersenyum mendengar kekompakan Retta dan Melvin. "Cowok yang Retta suka itu udah bikin Retta patah hati. Jadi, Melvin, kamu mau gak suka sama Retta? Dan juga kamu Retta. Bisa enggak suka sama Melvin? Kalian bisa saling suka, kan? Ibu pengin kalian nikah suatu hari."

Retta yang sedang minum air putih pun tersedak, lalu refleks menaruh gelas berisikan air itu di dekat piringnya. Indira yang melihat itu langsung menggosok punggungnya Retta tanpa curiga sedikitpun. Sedangkan Retta, masih tidak percaya atas ucapannya Indira. Aduh, bagaimana ini? Sebenarnya kan yang membuat Retta patah hati itu adalah Melvin? Lalu Indira malah menyuruhnya untuk bersama Melvin?

Retta menatap ke arah Melvin. Cowok itu melemparinya tatapan tidak suka sekaligus tajam, seperti biasa. Retta menundukkan kepalanya. Dia memang berharap ucapan Indira benar-benar terjadi. Dia sangat-sangat berharap kalau Melvin juga menyukainya. Tapi di sini, saat ini, hanyalah dirinya yang memiliki perasaan itu. Melvin tidak.

"Gimana, kamu setuju enggak Melvin?" tanya Indira pada Melvin.

Tanpa ragu Melvin langsung menggeleng. "Melvin hanya akan menganggap Retta sebagai adik angkat. Tidak lebih."

"Retta juga kayak gitu, Bu. Melvin biar jadi Abang Retta aja," ucap Retta sambil tersenyum paksa.

Indira terlihat kecewa. "Lah, padahal Ibu ingin kalian saling suka. Tapi, yasudahlah. Yang penting Ibu punya kalian di sisi Ibu."

Approccio [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang