⚫ Lima [Author POV]

68.3K 7K 734
                                    

      Pukul enam menjelang malam, Calvin sudah siap rapih dengan setelan kemeja putih berbalut jas hitam dan celana bahan dengan warna senada, gak lupa pakai sepatu pantopel.

"Gue berasa kek mau ngelamar kerja Je, tinggal nenteng map coklat doang deh ini."
Keluhnya kesal sambil berdiri di samping mobilnya.

Jeha yang lagi bersihin bagian dalam mobil, hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan tuan mudanya itu.

"Je, masih lama gasih? Udah gatel nih pantat gue."

Jeha mendelik kesal,  "Lah terus apa hubungannya sama pantat lo Vin?"

Calvin balas menatap Jeha dengan tatapan gak suka.  "Ya suka-suka gue lah."

Oke baik, Jeha harusnya paham kalau couo itu selalu benar, jadi Jeha sempat mikir, siapa yang bilang kalau cewek selalu benar? Buktinya selama sepuluh tahun ia hidup dengan Calvin, dia sudah merasakan bagaimana gak enaknya hidup dengan manusia maha benar sejenis Calvin itu.

Dengan gaya angkuh, Calvin bersender di mobil fortuner hitam miliknya sambil main handphone  ya gak jauh-jauh dari main instagram sih.

Selesai membersihkan dalam mobil yang sempat porak poranda karena ulah Calvin yang ngehamburin cemilan dan kulit kacang di mana-mana, Jeha mengambil satu bucket bunga mawar warna merah yang tadi sore sengaja dia beli buat di bawa Calvin ke acara pertemuannya dengan sang calon. Bukannya apa, di sini yang mau kawin itu Calvin tapi yang begitu bersemangat adalah Jeha. Jeha berusaha membuat pertemuan pertama ini jadi pertemuan yang punya kesan baik dan enak buat di kenang sama cewek yang nantinya akan jadi calon pendamping hidup cowok nyebelin kayak Calvin.

Jeha gak mau terjadi kesalahan di pertemuan pertama ini, sebisa mungkin dia membuat rencana agar Calvin terlihat seperti cowok-cowok idaman yang ada di drama korea, ya paling enggak cewek itu gak kabur atau batalin perjodohan ini.

Gak, gak! Gak boleh sama sekali ada kekeliruan di pertemuan pertama ini, tau? Kesan pertama itu penting.

Contoh nyatanya ya Jeha, kesan pertama ketemu Calvin saja sudah gak enak, jadi ya sampai sekarang terpatri dengan jelas betapa menyebalkannya orang macam Calvin itu.

"Vin, nih bunga buat calon lo."

Calvin justru melihat gak suka ke bunga yang di kasih Jeha. "Apaan nih?"

"Bunga lah , masa tai kotok." jawab Jeha asal.

Calvin menoyor jidat Jeha dengan jari telunjuknya.

"Gue juga tau Jeha maimunah! Maksud gue buat apa lo beli bunga mawar gini?"

"Ya buat di kasihin ke calon istri lah Oon."
Jeha ngegas kali ini.

Calvin makin kesal, dalam hidupnya belum pernah sekalipun dirinya memberi bunga ke perempuan. Terkecuali pada Jeha saat masih kecil dulu, itu juga bunga pasir alias tai kucing bercampur pasir, bukan bunga indah ala-ala romantis kayak gini. Calvin paling gak suka.

"Gue gak suka ngasih beginian ke cewek, buang aja."

Gak, gak boleh! Bisa hancur ceritanya kalo dia gak mau kasih bunga ini ke cewek itu.
Batin Jeha mencoba menyusun rencana.

Jeha memasukan bucket bunga itu ke dalam mobil, entah Calvin suka atau tidak, ya pokoknya Jeha mau bunga itu harus sampai di tangan calon istrinya Calvin. Kalau perlu dia yang ngasihin deh entar.

Calvin melempar kunci mobilnya ke Jeha,
"Ayo berangkat, biar kita bisa balik cepet."

Jeha memakai topinya, lalu masuk ke dalam mobil, duduk di bangku kemudi. Sedangkan Calvin duduk di sampingnya.

Theory of 'Bucin'  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang