⚫ Dua Puluh Sembilan [Author POV]

57.1K 5.9K 633
                                    

   
               ⚫song : oh my angel /ost angel last mission ⚫

       "Malam hani."

"Malam hani? Hhahahha!" Calvin tertawa kencang, tapi tawa yang terdengar kesal.

"Hani my biji!"
Calvin kesal sendiri mengingat kejadian di ruang tamu tadi. Oh bukan, tentu saja bukan karena Calvin dipertemukan secara live dengan anak dari mantan Papinya, Calvin sudah tau sejak lama kalau Papinya punya anak yang lain, tapi Calvin dibuat kaget saat cowok itu--yang notabene adalah saudaranya--memanggil istrinya dengan sebutan hani.

Bukk!

Efek kesal, Calvin meninju cermin di kamar mandi tempatnya sekarang berbicara sendiri dengan pantulan dirinya didepan cermin itu. Masih hanya dengan menggunakan handuk putih sebagai penutup area anunya, Calvin sejak tadi menggerurtu di dalam kamar mandi.

Sialan tuh cowok, bisa-bisanya dia manggil istri gue dengan sebutan hani!

Iya sih, Calvin tau, mungkin maksud saudara tirinya itu memanggil Jeha dengan panggilan hani bukan honey tapi kan tetap saja itu gak etis kalau di dengar orang lain. Gimana jadinya kalau Calvin dan Jeha pergi kondangan terus ketemu saudara tirinya di sana, apa gak aneh kedengarannya kalau istrinya di panggil hani oleh saudara iparnya.

Tok tok!

"Vin, masih lama gak lo di kamar mandi?"

Calvin diam tak menjawab, berulang kali dia membasuh wajahnya dengan air di wastafel, lalu melakukan itu lagi dan lagi sampai rambutnya juga ikutan basah, padahal tadi sudah mau kering.

Terdengar suara ketukan pintu untuk yang kedua kalinya kali ini lebih kencang, seolah mengisyaratkan kalau Jeha agak panik tak mendapat jawaban suara dari Calvin.

Tok tok tok!

"Vin, lo gak lagi ngobok-ngobok aer kloset kan?" Jeha mendekatkan kupingnya pada pintu kamar mandi, siapa tau saja di dalam sana, Calvin sedang main-main air, seperti yang selalu cowok itu lakukan saat kecil dulu. Alhasil dia jadi masuk angin, terus siapa pihak yang disusahkan di sini? Tentu saja Jeha, sudah kena omelan pedas Maminya Calvin, Jeha juga harus menggosok tubuh Calvin yang meriang dengan minyak kayu putih karena kelamaan main air di kamar mandi. Tapi itu cerita lama, Jeha pikir Calvin sudah gede, gak mungkin masih suka ngobok-ngobok air di kamar mandi.

Di saat kuping Jeha makin di tempelin dekat pintu, tiba-tiba saja Calvin membuka pintu kamar mandinya. Membuat Jeha yang sedang posisi nguping, seketika ngejengkang ke arah kamar mandi.

"Argghhh!"
Jeha berteriak saat dirinya mau kejengkang dilantai, namun sebelum kejadian itu terjadi, Calvin lebih dulu menarik tangan Jeha, menarik tubuh Jeha sampai menempel pada tubuh setengah telanjangnya.

Jeha yang memejamkan mata karena takut jatuh, mulai meraba-raba sesuatu yang agak lembab, tempatnya bersandar sekarang.

"Apaan nih?" tanya Jeha saat merasakan sensasi lembab lembab enak yang sedang di rabanya sekarang.

"Pegang aja terus Je, grepe aja sesuka lo sampe lo puas!"

Jeha membuka kedua matanya, tangannya berhenti meraba-raba saat tadi di bentak Calvin. Betapa terkejutnya Jeha saat mendapati tangannya berhenti tepat di nipel alias pentil milik Calvin.

Jeha diam tak berkedip, tanpa suara. Matanya bolak balik memandangi wajah Calvin yang terlihat marah, lalu balik memandangi tangannya yang singgah di pentil milik Calvin dan begitu seterusnya sampai akhirnya Jeha sadar dari kekhilafannya.

Theory of 'Bucin'  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang