⚫Dua Puluh Enam [Author POV]

72.3K 6.8K 1.1K
                                    

        

        Pernah gak sih kalian menyimpan rasa dalam diam pada seseorang begitu dalamnya? Begitu besarnya hingga kamu sulit untuk mengungkapkannya. Ingin coba jujurpun, rasanya enggan. Mau bilang ada rasa tapi gengsi juga, takut kalau itu hanya rasa sepihak lalu berakhir dengan drama galau termehek-mehek.

   "Emang kayaknya seharusnya Calvin gak usah tau kalau gue ada perasaan sama dia." ucap Jeha bermonolog pada diri sendiri sambil menyusun barang bawaan Calvin ke dalam mobil.

Gimana kalo suatu hari sebelum Calvin sempat tau perasaan gue  dia lebih dulu terlanjur suka sama orang lain? Ah nyesek.

Bayanginnya saja sudah cukup membuat hati Jeha nyesek dan potek.
Apalagi jika cewek itu sekelas Calvin, cantik, dari status sosial yang berada dan tentunya cewek pilihan Mami Calvin, seperti Keyzha misalnya.

Cepat atau lambat Jeha harus siap menghadapi hal seperti itu, toh harusnya ia sadar diri. Menikah dengan Calvin saja sudah sangat membuatnya bersyukur apalagi sejak kecil biaya hidupnya ditanggung, Jeha sampai bingung bagaimana harus membalas kebaikan dari keluarga Calvin, walau Jeha tidak diperlakukan seperti seorang keluarga, setidaknya dia aman di rumah ini, dia memiliki tempat untuk pulang. Apalagi sekarang, dia punya Calvin, suaminya. Jeha sedikit merasa lebih tenang.

"Jeha, body lotion gue udah lo masukin dalam tas kan?" tanya Calvin yang tiba-tiba muncul di belakang Jeha, membuat cewek itu kembali menyadarkan dirinya.

"Udah kok."

"Lotion anti nyamuknya juga udah?"

"Udah, lagian takut banget di gigit nyamuk sih lo." cibir Jeha. "Mau motret aja mesti bawa ini itu segala macam, berasa mau pergi piknik ke pegunungan.

"Bukan gitu Je, masalahnya kita entar pergi ke area yang rimbun. Lo gak tau aja nyamuk betina sekarang pada genit-genit apalagi sama cogan kek gue gini, emang lo mau kalau darah suami lo disedot sama tuh nyamuk kegatelan?"

Dengan bodohnya, Jeha ngangguk setuju dengan alasan non-logis Calvin.
"Iya juga ya."

Calvin yang melihat itu menahan tawa, lucu rasanya melihat Jeha yang mau saja di bego-begoin.

"Yaudah, ayo masuk."

"Kunci mobilnya mana?" tanya Jeha, biasanya kan dia yang menyetir. Namun Calvin langsung mendorong tubuh Jeha ke dekat pintu penumpang.

"Biar gue aja, perjalanan kita lumayan jauh soalnya."

Jeha menurut saja, mungkin Calvin lebih memilih menyetir karena memang perjalanan yang mereka tempuh itu lumayan jauh. Letaknya agak terpencil, sekitar tiga jam dari perkotaan, itu pun kalau di jalan tidak ada kendala macet.

Separuh perjalanan, keduanya hanya diam. Sesekali Jeha melirik Calvin yang sedang menyetir melalui jendela disebelahnya. Cowok itu nampak fokus ke jalan, mereka mulai masuk ke jalan yang jauh dari bisingnya perkotaan.

Karena bosan, Jeha menyalakan musik di dalam mobil. Membesarkan volume lagu yang menurut Jeha enak untuk didengar.

Lagu tersebut mengalun indah, sebuah lagu dari band ungu, band lokal yang sempat berjaya sampai kemudian sang vokalis lebih memilih jadi walikota Palu.

'Cinta dalam hati.' entah kenapa lagu tersebut seperti mewakili perasaan Jeha saat ini, sambil mendengarkan lagu itu, Jeha mencuri pandang pada sosok Calvin yang masih terus fokus ke jalanan.

🎼Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa dicintai.....

Dengan suara pelan, Jeha ikut menyanyikan lirik lagu itu.

Theory of 'Bucin'  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang