⚫ Empat Belas [Author POV ]

62.9K 6.7K 812
                                    

         

        Jeha di buat bingung sejak tadi. Dia bingung mau menjemur baju di mana lagi? Semua jemuran sudah penuh dengan baju Calvin, hanya dua hari dia tidak mencuci baju Calvin, tapi jemuran sudah sepenuh ini. Tau sendiri kebiasaan Calvin yang suka gonta ganti baju walaupun tidak begitu kotor.

"Vin, kita perlu bicarain ini,"

"Kan gue udah bilang kalau gak muat sisanya di jemur di atas mobil gue aja, mobil di garasi banyak nganggur tuh gak kepake, sayang gak di gunain."

"SHOMBONG AMAT!"
Jeha hampir menjitak kepala Calvin, kalau saja dia lupa kalau Calvin itu sumber uang jajannya.

Jeha ikut naik ke atas ranjang Calvin, di mana cowok itu dengan enaknya leha-leha maskeran, sedangkan Jeha kesusahan jemur baju.

"Vin, bisa gak sih mulai hari ini lo pake baju sesuai kebutuhan aja? Jangan dikit-dikit main gonta ganti." Keluh Jeha, toh Jeha rasa tidak ada salahnya mengatur Calvin untuk hal ini, cowok manja itu kan sudah jadi suaminya, jadi sebagai istri, itu merupakan hak Jeha untuk mengatur anak Mami itu kan? Betul tidak jamaah?

"Gak bisa." jawab Calvin dengan cepat, enteng banget gitu mulutnya, kayak gak di pikirkan dulu sebelum nyeplos. "Gak bisa gue pake baju yang sama selama lebih dari tiga jam, entar gue keringat terus gak fresh lagi. Males lah kalau gue entar bau badan, gak ada cewek yang mau."

Jeha ingin mencakar ranjang ini sekarang juga. Sempat-sempatnya Calvin berpikir begitu, Jeha saja yang anak cewek bisa pakai baju untuk dua hari. Ini Jeha yang jorok atau Calvin yang boros baju ya?

"Vin," Jeha menyingkirkan handphone yang sejak tadi menjadi fokus Calvin.

"LO?! BERANI LO YA SEK-"

"Gue sekarang udah jadi istri lo, dan itu artinya gue berhak ngatur suami gue buat masa depan yang lebih baik." ucap Jeha seolah sedang kampanye.

"Bahasa lo Je, berat."

"Vin, gini dengerin gue ya," Jeha mengambil posisi di depan Calvin yang sedang bersandar di dashboard tempat tidur.  Jeha menyilakan kedua kakinya di depan Calvin.

"Vin, lo masih mau kan gue jadi istri lo?"

Calvin mengalihkan pandangan sejenak, lalu kembali melihat Jeha. "Sebenarnya sih enggak, tapi ya gue butuh lo juga sih, entar kalo lo pergi, siapa yang mau gue suruh-suruh lagi?"

Tangan Jeha secara refleks menepuk-nepuk puncak kepala Calvin.
"Bagus, anak pintar."
Ucapnya seolah seorang ibu yang mendidik anak batitanya.

Calvin diam sesaat lalu kemudian menepis tangan Jeha.
"ATAS IJIN SIAPA LO BISA NEPUK-NEPUK KEPALA GUE? LO PIKIR PALA GUE PANTAT BAYI APA?!" omel Calvin sok marah, padahal diam-diam dalam hati terasa ada bunga-bunga bermekaran saat Jeha menyentuh kepalanya tadi.

Selesai marah begitu, Calvin langsung mengambil handphonenya lalu ngaca di sana.

"LAH MASKER GUE JADI RETAK KAN GARA-GARA LO SAMIUN!"

"Yelah, lo lebay amat sih Vin, gue aja yang cewek gak sepeduli itu sama penampilan, ckck! "

"Ya lo kan emang burik dari sananya, sedangkan gue emang terlahir dengan wajah glowing, kita itu beda ya Je."

Glowing udel mu! Lo pikir pas baru keluar dari lubang mami lo, muka lo langsung berkilauan cling-cling gitu? Helowkity dalam perahu!

"Yaudah, maafin deh. Orang burik kek gue mana ngerti perawatan gituan."

"Muka gue tuh aset gue tau gak sih."

"Iya tau kok."

Muka doang, otak gak!

Theory of 'Bucin'  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang