⚫ Tujuh [ Author POV ]

66.2K 6.6K 496
                                    

    Seminggu sudah sejak kepergian Jeha dari hidup Calvin. Rasanya hidup Calvin berjalan lambat seperti siput. Bayangkan saja, jika biasanya selalu ada Jeha yang membangunkannya untuk berangkat ke kampus, tapi di pagi itu untuk pertama kalinya dia kelabakan. Percaya lah, satu rumah heboh karena suara Calvin yang teriak-teriak manggil nama Jeha berulang kali, saat dia terbangun di meja makan hari itu, Calvin celingak celinguk plongo kayak anak hilang. Dia heboh karena gak tau di mana Jeha menaruh boxer spongebob kesayangannya.

"Je?"
Itu adalah satu kata pertama yang keluar dari bibirnya saat tak di dapatinya Jeha duduk di sampingnya.

Masih dengan pikiran positif thinking, Calvin pikir Jeha mungkin hanya sedang cuci mobil atau menyiapkan keperluannya, tapi Calvin cari di mana-mana, Jeha gak kunjung keliatan batang hidungnya.

Calvin yang gelisah, langsung menelepon Jeha, tapi sayangnya nomor Jeha tak bisa di hubungi, tentu saja karena dia sudah di blokir.

Anjirlah, WhatsAppnya cheklis satu doang, profilnya juga gak ada. Gue di blokir nih?

Calvin beneran gondok rasanya, dia bersumpah akan menggunduli rambut Jeha sampai kinclong kalau memang benar dirinya di blokir.

Calvin nanya sana sini sama pembantu di rumah, ke sopir di rumah, ke Papanya, ke tetangganya, bahkan sampai kecoa gak bersalah di rumahnya pun ikut dia introgasi, barangkali kecoa itu tau kemana perginya Jeha.

Calvin tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa Jeha, dia pikir semua akan baik-baik dan beres saja, tapi siapa bilang begitu? Dia saja sampai pakai celana terbalik, baju juga. Baju yang harusnya di dalam, justru di pakai terbalik olehnya. Membuat dirinya jadi bahan bisikan cewek-cewek di kampus. Pokoknya Calvin awut-awutan banget deh semenjak Jeha gak ada.

Calvin mulai sadar, ini pasti karena ulah Maminya beberapa waktu yang lalu saat dia tak sengaja mendengar pembicaraan Jeha dan Maminya di tangga.

Apa Mami ngusir Jeha ya? Ah tapi masa sih Mami tega gitu?

Hati nurani Calvin mengatakan iya, tapi logikanya mengatakan tidak. Ia tau mulut Maminya sepedas mercon, tapi dia juga tau kalau Maminya itu gak mungkin tega mengusir Jeha, kalau memang iya, kenapa gak dari dulu aja?

"Ya karena gadis itu sekarang udah dewasa Mas, dia bukan lagi anak-anak berdada rata dan polos seperti dulu." tegas Freya--Mami Calvin--saat suaminya menanyakan alasan pengusiran Jeha. Dirinya lah yang membawa Jeha ke rumah ini, harusnya dia juga ikut bertanggung jawab memulangkan Jeha secara baik-baik.

"Tapi bukan berarti karena dia udah jadi gadis terus dia bakal godain Calvin kan? Toh Papi perhatiin dia itu betul-betul mengabdikan dirinya untuk Calvin. Kenapa kamu gak bisa lihat dari sisi positif sih?"
Ucap Papinya Calvin---Damian Pramesta.

Tapi tetap saja Maminya itu sangat kekeuh dengan pendiriannya. Pokoknya dia gak akan tenang sampai Jeha keluar dari rumahnya. Bagaimana pun Jeha harus di jauhkan dari anaknya.

Calvin yang ternyata dari tadi berdiri menguping obrolan orangtuanya, kaget bukan main. Dia gak nyangka kalau sang Mami bisa berpikiran begitu drama begitu.

Ini kan dunia nyata bukan dunia Ftv, ngapain juga gue jatuh cinta sama kacung gue? Batinnya, merasa Maminya terlalu membuat skenario ala sinetron di pikirannya.

Calvin masih bingung, dia gak tau bagaimana caranya untuk membawa Jeha kembali ke sampingnya lagi tapi tanpa harus membuat dirinya terlihat memelas  memohon-memohon pada Jeha. Dia sadar dia butuh Jeha untuk mengurus hidupnya yang sembrawutan, tapi dia juga gak tau bagaimana caranya mengikat Jeha di sampingnya untuk waktu yang lama. Calvin pikir, seandainya nanti Jeha kembali, dia pasti akan mencari cara lagi untuk pergi dari hidupnya.

Theory of 'Bucin'  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang