Masih pagi, tapi Jeha sudah mual, pusing, kesel dan pengen muntah. Mungkin ini gejala kekurangan vitamin D.
DUIT.
Ngomongin soal duit, kantong Jeha sudah hampir sebulan kosong melompong kering tandus , kayak hati kamu-kamu yang jomblo sejak lama.
Dompet Jeha merintih kesepian, lama tak di huni oleh uang-uang warna biru dan merah.
Gimana gak kere? Semua uang milik Jeha sudah di rampas habis sama Bapaknya. Mau minta uang jajan sama Calvin, tapi Jeha gak enak. Urat malu Jeha masih nyambung belum putus kayak urat malunya Calvin.
Jeha duduk dengan muka bantalnya di atas kasur, baru saja dia bangun tidur, tadi subuh dia sudah bangun untuk sholat subuh, habis itu tidur lagi karena ngantuk berat efek kecapean berdebat sama Calvin tadi malam.
"Eh iya!" Jeha berteriak kaget saat ingat kejadian semalam. Ia baru sadar kalau dirinya sudah menikah dengan Calvin, itu artinya Calvin itu sudah menjadi suaminya.
Jeha masih kurang percaya, ini seperti mimpi buruk. Jeha sampai mencubit pahanya sendiri untuk membuktikan.
"Ahh awhhh! "
Ternyata ini nyata. Dan pagi Jeha menjadi lebih buruk lagi saat sadar kenyataan ini.Jeha mengikat rambutnya yang kusut lalu pergi cuci muka dan gosok gigi.
Gue harus ngapain ya sebagai seorang istri?
Tanya Jeha bingung. Jika biasanya jam segini cowok manja itu sudah bawel minta sarapan dan segala tetek bengeknya, tapi Jeha gak tau harus ngapain sebagai seorang istri baru. Maklum, biar bagaimanapun sifat menjengkelkan Calvin, tapi tetap saja Jeha sudah berjanji dalam hati akan berusaha menjadi seorang istri yang baik selama dirinya menjabat sebagai istri Calvin, nanti setelah Calvin menemukan wanita lain untuk di nikahi--lagi--itu artinya jabatan Jeha sebagai seorang istri telah lengser. Lalu Jeha akan memulai kehidupan barunya sebatang kara seperti Hachi yang mencari ibunya.Eh bacot.
Ini terlalu melow drama sekali. Stop-stop! Jeha bukanlah cewek menye-menye helokiti yang harus di kasihani.
Dia cukup strong untuk memikul beban kehidupan, strong kuat loh ya, bukan strong--stres tak tertolong--itu lain lagi ceritanya.
Jeha keluar dari kamarnya yang dekat dengan dapur, maklum saja, sejak kecil kamarnya memang dekat dengan kamar para pembantu, toh Jeha tak ada bedanya dengan mereka di rumah ini.
"Nyonya baru udah bangun tuh, berasa udah jadi Nyonya besar kali ah."
Sindir pembantu dengan bibir merah jablay, sebut saja namanya Mawar. Lalu pembantu yang satunya lagi melirik Jeha sambil menggoreng tempe, kita sebut saja ini Kantil."Sst, jangan gitu, nanti Nyonya baru kita marah, ups. "Nyinyir Kantil dengan alis super tebal mengalahkan alis sinchan. Jeha suka bingung sama dua pembantu yang bekerja di rumah ini, selain sibuk mengurusi urusan hidup orang lain, mereka juga masih sempat-sempatnya dandan menor padahal cuma di dapur doang. Jeha heran. Itu mau masak apa mau jadi biduan sih?
Jeha yang di julidin sama kedua Mbak-mbak bermuka dempul itu hanya masa bodo. Dia tak mau ambil pusing omongan orang, toh menurut Jeha, sebaik apapun kita pasti akan tetap ada orang yang ngejulidin di belakang. Jadi Jeha sudah kebal.
Tapi sebelum meninggalkan dapur, Jeha menyauti mereka berdua.
"Mbak, itu muka apa adonan? Dempul amat kayaknya, gih sana urusin muka mbak dulu daripada sibuk ngurusin hidup Jeha."
Ucapnya pada kedua pembantu yang memang wajahnya amat putih dempul seperti di taburi tepung beras rosebrand. Sudah begitu hanya putih di wajah, sedangkan lehernya hitam sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Theory of 'Bucin'
Ficción General[Story 10] Sinopsis Bucin. Siapa yang tidak tau satu kata ini? Banyak yang bilang kalau bucin itu singkatan dari budak cinta. Calvin Samudera Pramesta selebgram hits dengan ratusan ribu followers Instagram. Tipe cowok yang sangat narsis dan penganu...