⚫ Delapan Belas [Author POV]

61.3K 6.2K 1.2K
                                    

     

           Berkat Calvin, hari ini Jeha mendapatkan hukuman jalan jongkok sambil menirukan suara kambing kejepit pintu, ternyata tiap hari suara kambingnya akan berubah. Jika kemarin suara kambing keselek biji salak, hari kedua ini khusus edisi kambing kejepit pintu. Sialnya Jeha, hanya karena melihat Calvin tidur, dirinya harus menanggung malu sampai wisuda nanti.

   "Mbeheeeeheee~ngik!" dengan menahan rasa malu, Jeha keliling lapangan utama kampus sambil berjalan jongkok memegang telinganya, dia baru menyelesaikan tiga keliling dari lima keliling lapangan yang di suruh senior cewek berambut agak kemerahan seperti anak layangan.

Lo pikir lo keren apa rambut merah kayak gitu? Ewh.
Sungut Jeha dalam hatinya saat senior cewek itu meneriakinya untuk berjalan jongkok lebih cepat.

"MANA SUARA KAMBINGNYA?! LELET AMAT JALANNYA!"

"Aing maung Kak, bukan kambing!"
Balas Jeha kesal, sudah tau cuaca lagi panas-panasnya, tapi kakak kelas itu malah menyuruhnya berjalan jongkok lebih cepat.

"EH KAMU YANG PAKE KUNCIRAN WARNA MERAH, BERANI YA KAMU LAWAN SENIOR? KAMU MAU SATU KELOMPOK KAMU SAYA HUKUM?"
Emosi senior itu tersentil. Jeha bukannya takut tak ingin membalas, tapi ia harus ingat kalau salah sikap saja, teman satu kelompoknya bisa terkena akibatnya.

"Mbeheeeeheee e-Ngik!"
Jeha malunya sampai ke sum-sum tulang. Bagaimana tidak? Bukan cuma senior yang menyaksikan dirinya bertingkah kocak begini, tapi satu angkatan dari seluruh fakultas juga ikut melihat. Kalau banyak yang di hukum sih gak apa-apa deh, masalahnya yang di hukum itu cuma Jeha dan satu anak cowok dari fakultas berbeda  Jeha gak kenal siapa cowok itu, yang jelas berkat cowok itu, dia tidak terlalu di perhatikan sama mahasiswa baru lainnya. Ya terang saja lah, secara gitu cowok itu katanya sih di gadang-gadang jadi calon the most wantednya kampus baru Jeha.

Untung nih cowok ikut di hukum, coba kalo cuma gue doang? Wah gelah sih itu. Mau di bungkus kresek aja rasanya nih muka.

Sejak tadi banyak teriakan dari mahasiswa perempuan yang terus memberi semangat pada cowok yang entah siapa namanya itu. Jeha sama sekali tidak punya waktu untuk melihat nametag yang di kalungkan di leher cowok yang saat ini berjalan jongkok di sampingnya. Toh, sekalipun Jeha melirik cowok itu, sudah pasti cowok itu tak akan melirik Jeha balik. Cowok populer kayak dia mana sudi ngelirik cewek alakadarnya kek gue gini. Batin Jeha lalu terus menyemangati diri dalam hati.

Semangat Jeha, satu putaran lagi kelar.

Kaki Jeha pegelnya bukan main, untungnya tinggal satu putaran lagi dia bisa terbebas dari rasa malu ini.

"Mbeheeeeheee--Ngi--"

"Lo tuh sebenernya mau niruin suara kambing kejepit pintu atau suara kambing cegukan sih?"
Jeha menoleh ke arah cowok itu.

"Hah?"
Jeha masih tak percaya di ajak ngobrol sama cowok putih berbadan pelukable itu.

"Lo tuh dari tadi kesannya malah niruin suara kambing cegukan tau gasih?hahhaha kocak lo, Njir!" cowok itu tertawa meledek suara kambing yang di tirukan Jeha.

"Emang iya apa? Kayak lo dah bisa niruin dengan bener aja, Ish."
Balas Jeha, lalu terus berjalan jongkok memegangi telinganya.

"Bisalah, nih dengerin ya." cowok itu menarik nafasnya lalu mulai menirukan suara kambing kejepit pintu. "Mbeheeeeheee mbehhhe Ukk Ukk eh kejepit-kejepit!"

Jeha yang tadinya kesel, seketika ngakak mendengar suara kambing yang di tirukan sama Cogan kampus itu.

"Hahaha kok jadi latah gitu sih kambingnya?" tanya Jeha sambil tertawa.

Theory of 'Bucin'  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang