⚫ Delapan [Author POV ]

63.7K 7K 841
                                    

      

   Mata Jeha memerah dan bengkak. Rasanya dari semalam, tangisnya tak kunjung berhenti. Bahkan saat ia sudah di make up dan menggunakan baju kebaya seperti ini, tetap saja ia tak berhenti menangis. Iya, sejak bapaknya memutuskan untuk menikahkannya dengan enkong-engkong tua yang mungkin sekali senggol bisa langsung reot, Jeha di kurung di kamarnya, ia di kunci dari luar oleh Bapak dan Ibu tirinya. Alhasil dia tak punya kesempatan untuk kabur.

Sebentar lagi acara akad nikahnya dengan laki-laki lapuk itu, ia sama sekali gak ikhlas lahir batin. Bayangkan saja, dirinya masih tersegel alias ting ting belum pernah terjamah oleh lelaki manapun, terus secara tiba-tiba dirinya mau di jadikan istri oleh laki-laki bergigi ompong yang sudah punya lima istri itu?

Najis! astagfirullah. Jeha menolak banget. Tapi apa daya dia sama sekali tidak memiliki celah untuk kabur, jendela kamarnya saja sudah di paku dari luar. Kalau begini caranya, Jeha bisa nekat meracuni pria tua itu dengan racun tikus jika benar dia nantinya jadi suami Jeha.

Jeha memeluk lututnya, lalu membenamkan wajahnya di kakinya yang tertekuk. Dalam keadaan seperti ini siapa yang bisa menolongnya?

Jeha melirik handphonenya yang sudah tiga hari tidak di cas. Hanya ada 2% baterainya yang tersisa. Kuota juga tinggal 99 MB yang tersisa.

Entah kenapa, Jeha rasa ingin sekali meminta tolong pada Calvin. Tapi apa iya cowok egois dan maha manja seperti dirinya sudi untuk menolong Jeha?

Jeha bimbang. Antara kepengen langsung chat Calvin, tapi takut juga Calvin bodo amat, apalagi Jeha dengan tidak sopan sudah memblokir nomornya.

Tok! Tok!

"Jeha, hapus air mata kamu. Tiga puluh menit lagi penghulu datang."
Teriak bapak Jeha dari balik pintu yang terkunci.

Jantung Jeha berdetak luar biasa, ia benar-benar tidak mau menyerahkan keperawanannya untuk kakek-kakek bau tanah seperti Pak Sobari yang sudah punya istri lima tapi masih doyan bergoyang. Malah bak seorang Cogan, dengan pedenya Pak Sobari berjanji bahwa Jeha adalah gadis terakhir yang ingin ia nikahi sebelum ajal memanggil. Jeha jijik tralalla ya mendengar itu, tapi bapaknya yang gila harta itu justru senang, karena dengan begitu warisan Pak Sobari jatuh ke tangan Jeha sang istri muda.

Najisun! Ewhh. Jeha geli geli najis membayangkan hal itu.

Tanpa pikir panjang lagi, dia langsung membuka aplikasi WhatsApp lalu langkah pertama yang ia lakukan adalah membuka blokir kontak Calvin terlebih dahulu.

Baterai handphonenya sudah kedap kedip mau mati. Jeha gak bisa melewatkan kesempatan ini, dia segera mengetik chat yang ia kirimkan untuk Calvin.

Vin, plis baca...

Kentut kecoa

Vin, tolong gw. Plis...
Gw g mau kawin sama kakek"🙏
✅✅

Jeha berharap Tuhan menyentil hati Calvin barang secuil telur semut saja, tidak apa-apa yang penting Calvin mau membaca pesannya. Untuk keputusan menolong Jeha atau tidaknya, itu kembali kepada Calvin sendiri.

Calvin, tolongin gue plis.

****

Sementara itu di tempat lain,

Calvin sudah rapih dengan setelan kemeja putih dan jas hitam miliknya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Theory of 'Bucin'  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang