⚫Dua Puluh Delapan

56.4K 6K 587
                                    

 

      ⚫Jeha POV⚫

     Melihat senyum Calvin, mendengar suaranya, ngebuat hati gue bahagia dan sedih secara bersamaan. Senang karena senyum dan tawa Calvin itu kayak bisa nular gitu ke gue, bikin bibir ikut senyum dengan sendirinya, namun sebaliknya, gue juga ngerasa sedih karena sadar akan satu hal, senyum itu nantinya bukan buat gue. Sekarang waktunya gue puas-puasin ngeliat senyum itu sampai suatu saat nanti gue gak bisa ngeliat senyum itu.

Kayak sekarang ini, gue duduk di salah satu bangku penonton, sambil menyaksikan Calvin yang sedang latihan drama di atas panggung. Karena pencahayaan dibagian bangku penonton agak redup, mungkin Calvin gak nyadar akan kehadiran gue yang sejak tadi ngeliatin dia beradu akting dengan Keyzha di atas panggung.

Sesekali Calvin berdiri sendiri, membaca naskah, menutup naskah, lalu mulai komat kamit membaca naskahnya, gila sih, dari sini gue bisa lihat gimana totalitasnya dia dalam bidang seni peran. Kadang gue mikir, sebenarnya dunia peran itu adalah dunia yang harusnya Calvin geluti, bukannya menjadi penerus perusahaan kakeknya hanya atas dasar kewajiban.

Di atas panggung, gue bisa ngeliat Calvin yang meraih tangan Keyzha. Cara Calvin menatap mata Keyzha begitu teduh dan dalam, rasanya jadi gue yang berasa di tatap. Ish apaan sih gue?

Di saat gue lagi ngeliatin Calvin yang megangin tangan Keyzha, tiba-tiba aja secara mendadak sorot mata Calvin tertuju ke gue.

Deg.

Siapa yang nyangka kalau dia bahkan bisa menemukan gue di tengah kegelapan gini. Gue langsung melempar senyum lebar gue, Calvin membalas dengan sebuah tatapan yang seolah ingin mengatakan 'Terima kasih'.

Lalu dia kembali berfokus ke lawan mainnya, Keyzha.

"Alana," panggil Calvin pada Keyzha yang berperan sebagai Alana di pentas drama yang mereka latihkan sekarang ini.

Keyzha balas menatap mata Calvin begitu dalam dan penuh dengan chemistry yang kuat, membuat semua panitia dan crew yang menyaksikan itu hanyut terbawa suasana. Gak terkecuali gue yang meresapi adegan mereka baik-baik.

"Ya?" jawab Alana lembut gemulai, biasalah, peran tokoh utama yang rapuh dan selalu mendapat peran teraniaya, peran yang biasanya di ambil oleh gadis yang cantik, itu sih udah pasti ya.

Calvin kemudian mengusap pelan tangan Keyzha sambil terus menatap mata gadis cantik itu, sangat mendalami karakter. Sampai-sampai banyak yang ikut videoin mereka latihan. Banyak juga cewek-cewek yang gigit jari liat Calvin di atas panggung, pengen teriak kejer tapi entar di tegur crew.

"Kita berdua itu bagaikan sebuah magnet," ucap Calvin. Semua mata tertuju pada mereka berdua.

Andaikan aja gue yang ada di sana, udah di lemparin gue pake batako sama fansnya Calvin.

"Gak peduli sejauh apapun lo pergi, percayalah lo bakal tetap kembali ke gue." ucap Calvin dengan tatapan super badasnya.

Setelah itu dia menuntun tangan Keyzha untuk memegang dada sebelah kirinya, tanpa sadar tangan gue juga megangin dada gue sekarang.

"Percayalah, selalu ada hati yang menunggu di sini." lanjut Calvin, lalu melirik sekilas ke arah gue.

Deg.

Theory of 'Bucin'  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang